TRANSTIPO.com, Mamasa – Upacara pemakaman bagi seorang tokoh Adat Mamasa atau dalam bahasa lokal disebut Rambu Solo’.
Rangkaian pesta adat ini merupakan penghormatan terakhir kepada sang tokoh yang telah wafat.
Panitia pemakaman Obdenego Depparinding telah jauh-jauh hari melakukan rangkaian kabiasaan (acara adat) menjelang pemakaman Obed.
Pihak keluarga besar alm. Obednego Depparinding memercayakan David sebagai ketua panitia acara pemakaman ini.
Dihubungi pada Sabtu malam, 9 September di tengah kesibukannya di rumah duka di Desa Tondok Bakaru, Mamasa, mantan Kepala Dinas Pendikan Kabupaten dan telah purna tugas sebagai pamong ini bersedia menjawab pertanyaan media ini.
“Selamat malam dinda,” David menyambut dari Mamada pada Sabtu malam itu.
Berikut prosesi lengkap Adat Mamasa hingga penguburan mayat Obednego Depparinding, dijelaskan oleh David.
Upacara kematian alm. Drs Obednego Depparinding, MH adalah tingkatan tertinggi yang disebut allun. Almarhum disemayamkan selama 11 bulan.
Obednego Depparinding meninggal di Rumah Sakit (RS) Siloam, Makassar pada Rabu petang, 9 September 2022.
Untuk tingkatan Allun diawali dengan mendudukkan jenazah dan penyembelihan kerbau minimal 4 ekor. Penyembelihan ini disebut ma’kaloli’.
Selanjutnya, jenazah dimasukkan ke dalam peti yang berbentuk perahu diikuti penyembelihan 1 ekor kerbau. Penyembelihan ini disebut patamaan Allun.
Telah menjadi pemandangan umum, jenazah sang tokoh disimpan dalam sebuah peti dengan balutan didomonasi warna merah. Baik pada peti maupun rangkaian bangunan khas adat sebagai penutup peti itu.
Peti yang digunakan disebut kayu mate.
Jenazah yang telah dimasukkan ke dalam kayu mate lalu disemayamkan.
Menjelang upacara pemakaman, jenaah dikeluarkan dari kayu mate (mangngangkaran) diikuti penyembelihan 1 ekor kerbau.
Selanjutnya jenazah dibungkus sampai berbentuk silinder (mebalun). Setelah dibungkus lalu dipindahkan ke ruang bagian depan rumah atau Tado’.
Jenazah disemayamkan di Tado’ selama 3 hari lalu dipindahkan ke panggung yang dibuat di bagian depan rumah yang disebut Tado’ Paya.
Jenazah kemudian diletakkan di keranda (Laduran) dan dihiasi dengan kepingan-kepengan emas (mambulawanni). Tahap ini kembali dilakukan sembelihan 1 ekor kerbau yang disebut Ma’batang.
Setelah semua area duka dihiasi, selanjutnya penerimaan tamu. Setelah penerimaan tamu, dilakukan penyembelihan hewan dalam jumlah banyak (Mebaba’).
Mebaba’ dilakukan di area tertentu di luar kampung (Pebabasan) dengan ritual tertentu. Setelah Mebaba’, besoknya dilakukan penguburan.
Ini secara singkat prosesinya. Foto-foto nanti menyusul sebab masih sangat sibuk dinda.
Penguburan atau pemakaman jenazah Obednego Depparinding akan dilakukan pada Jumat, 15 September 2023.
SARMAN SAHUDING