
TRANSTIPO.com, Mamuju – Suatu waktu di awal malam pada 2015, ia mengenalkan diri kepada selusinan wartawan di sebuah warung kopi di bilangan kota baru Mamuju.
Jika tak salah, warung kopi tempat ngerumpi dan saling perkenalan itu adalah Warkop 89, tempat menebar cakap dan menyeduh isi gelas hitam susu milik seorang pengusaha properti di Mamuju.
Lima buah meja dijejer berhimpitan memanjang, dan selusin lebih kursi disusun melingkari meja itu. Maka cukuplah untuk duduk sejumlah ‘tetamu’ dari para kuli tinta itu—dan tentu sang ‘tuan rumah’ dan ajudan dari kantornya.
Pengundang acara santai di malam itu adalah seorang perwira kepolisian. Seorang lelaki tampak segar, badan berisi, dan wajah ceriah yang menjadikan tampangnya menarik. Senyum kerap tersungging membuat suasana perkenalan cepat tersambung—akrab.
Nama lelaki 34 tahun ini adalah Ade Chandra, CY, SIK. Sejak 2015 itu, ia mulai menjejak kota Mamuju, Sulawesi Barat, atas perintah tugas.

Lulusan Akademi Kepolisian (AKPOL 2006/Angkatan 38 Setia) ini rupanya ditugaskan Mabes Polri sebagai Kasat Reskrim Polres Mamuju, 2015-2017.
Dengan jabatan sebagai Kasat di Polres kota itulah Ade merasa perlu mengenal para wartawan, dan sekaligus dikenal sosoknya.
Sebelum ke Mamuju, Ade mula-mula diamanahi tugas di bidang Reserse dan Intel di Polres Medan, Sumatera Utara.
Dari Medan ia kembali diberi jalan mengasah karirnya sekolah lanjutan selama dua tahun di Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta—perguruan tinggi resmi untuk perwira polisi.
Berbekal ‘gelar akademik’ kepolisian itu, Ade kemudian dipercaya dengan jabatan serius: Kasat Reskrim Polres Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Sembari dalam memangku jabatan itu, ‘perintah Trunojoyo’ terus hinggap untuknya. Ade dikirim bertugas sebagai tim Pasukan Perdamaian PBB/UNAMID di Darfur, Sudan selama setahun (2008-2009).
Pasca pendidikan di perguruan tinggi kepolisian itu, Ade Chandra lalu ‘dikirim’ jauh: ia ditempatkan di Polda Sulawesi Selatan—seterusnya hinggalah ia di Bumi Manakarra ini.
Kini, atau sejak 2018, Ade Chandra di posisi menantang, sebagai Kapolsek Urban Mamuju. Bolehlah ia disebut kini sebagai punggawa keamanan dan ketertiban kota. Tapi sebelum itu, ia sempat berdinas di Polda Sulawesi Barat sebagai Kasat Narkoba, tapi itu tak lama.
Banjir dan Bukti Ade

Sejumlah pertanyaan dari transtipo.com yang dilayangkan melalui layanan WhatsApp, Ade Chandra menjawabnya secara lugas, cermat, dan padat. Tentang banjir Mamuju fokusnya.
“Setelah mendengar info terjadinya banjir bandang yang terpusat di sekitar Simbuang, kami koordinasi dengan jajaran Polres, dan kami lalu turun ke objek dengan kekuatan full,” kata Ade Chandra kepada laman ini, Jumat pagi, 23 Maret 2018.
Ade jelaskan, kami—bersama aparat TNI/Polri dan elemen masyarakat—berjalan menembus derasnya air yang meninggi.
Dari pantauan kru laman ini selama banjir pada Kamis kemarin itu, Ade dan sejumlah pasukan memang tampak berjibaku. Ia seolah hendak melawan kerasnya banjir.
Tampak di lapangan, tim pengamanan ini melaju—melawan arus—dengan menggunakan peralatan seadanya.
“Karena kejadiannya menrdadak, ya kami pakai peralatan seadanya, seperti tali untuk diikatkan pada tiang-tiang sebagai pegangan penyelamat hidup. Kami harus mengevakuasi warga yang terdampak, seperti di daerah BTN Muthmainnah,” jelas Ade Chandra.
Belum berhenti di situ. Seusai evakuasi warga, kisah singkatnya, kami juga melakukan penyisiran bersama Tim SAR gabungan di seputaran Simbuang dan area sungai yang di situ tampak banyak rumah warga yang hanyut atau sudah rata dengan Air.
Selanjutnya, cerita Ade lagi, kami mesti memastikan bahwa para pengungsi segera dievakuasi, “Dan, ini sesuai perintah pak Kapolres Mamuju agar warga itu diantar hingga ke Aula Polres Mamuju. Sampai hari ini sudah hampir 200 orang pengungsi tertampung di sana.”
Meski sempat salah seorang anggotanya jadi korban, terluka, akibat gigihnya menolong warga yang jadi korban banjir, tapi kerja Ade dan tim gabungan itu tak sia-sia.
Anak tentara ini tak salah jadi pemimpin pengamanan kota yang ramai, dan plural.
SARMAN SAHUDING