Lahan Sawit Telantar di Luyo

2623

TRANSTIPO.com, Polman – Puluhan hektar lahan sawit yang diterlantarkan di dusun Batupanga Desa Batupanga Daala, Luyo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Petani di dusun itu bermohon agar lahan itu diselamatkan. Harapan itu disampaikan oleh Udin, salah seorang pemuka agama di desa itu ketika ditemui di areal perkebunan sawit, Sabtu, 20 Agustus 2016.

“Kita sudah tandatangani kontrak di perusahan pengembang usaha perkebunan sawit di desa kami. Saat itu kami sepakat dan ikut program karena dijanji nantinya sawit kami akan dibeli oleh perusahaan dan akan dibuatkan pabrik.

Jadi kami menandatangani kontrak yang berjangka 25 tahun. Setelah berhasil, kita ada kewajiban pengembalian. Kini sawit kami sudah hampir dua tahun umurnya, namun pihak perusahan tak lagi muncul. Jadilah kebun kami sekitar dua hektar itu  terlantar dan telah ditumbuhi ilalang dan semak belukar,” jelas Udin.

Masih kata Udin, “Betul-betul kami dirugikan. Dulu, di lokasi kami sejumlah tanaman produktif seperti kakao, kepala, dan tanaman lainnya ditebang dan diganti dengan tanaman sawit. Namun apa yang terjadi semuanya diterlantarkan oleh pengembang dan sudah tak pernah muncul di desa, bahkan di kantornya tak ada lagi pegawai di sana.

“Kami mohon agar pemerintah setempat menyelamatkan lahan kami,” pinta Udin.

Mantan legislator Polewali Mandar Haeruddin, kepada media bilang, “Dulu ketika saya masih di DPRD Polewali Mandar, saya tolak program penanaman sawit. Makanya saya heran ketika tiba-tiba program penanaman pohon sawit ini berlangsung. Jadi saya bertanya, siapa yang loloskan program ini? Nah, karena itu yang meloloskan ini yang harus bertanggungjawab. Kasihan petani kita.”

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Polewali Mandar Abdul Salam, mengatakan, “Dari awal kita sudah tegur agar program penanaman sawit di kawasan bantaran sungai Maloso dihentikan.

Kita pahami di wilayah itu sudah ada tanaman komoditi kakao, apalagi kita pahami sawit ini sangat rakus dengan unsur hara serta menyerap air berlebihan.

Memang tak pernah kita rekomendasikan, namun ketika kita tegur rupanya pihak pengelola tidak indahkan. Jadi kalau sudah begini, petani yang sudah terlanjur nanam akan menuai masalah di kemudian hari, terutama soal pasca panen.”

BURHANUDDIN HR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini