TRANSTIPO.com, Mamuju – Pondasi di salah satu sudut bangunan Gedung Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng) yang berada di Kecamatan Tobadak – ibu kota Kabupaten Mateng – mengalami pergerakan.
Dari gambar yang beredar, pondasi bangunan itu turun atau amblas. Dengan ini mengakibatkan Gedung tampak miring. Bentuk gedung berlantai dua yang sudah tak normal itu berdampak bagian lain terpengaruh secara tak normal sesuai bentuk konstruksi awalnya.
Pondasi yang turun dan bangunan tampak miring itu juga diakui oleh Ifrad. Lelaki ini adalah Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Mateng.
Kepada media ini, yang dikonfirmasi pada Jumat, 23 Maret 2024, Ifrad mengatakan, “Saat hujan turun aktifitas di kantor terganggu akibat rembesan air hujan yang tetap lari masuk ke dalam gedung akibat konstruksi bangunan yang sedikit mulai miring.”
Terendusnya kerusakan pada bagian pondasi dan kemiringan Gedung itu semua bermula dari robohnya plafon di lantai dua Gedung akibat genangan air hujan dengan debit yang besar sehingga mengakibatkan plafon itu runtuh.
Plafon yang runtuh itu viral di media sosial, dan oleh Ifrad mengatakan hal itu benar namun terjadi pada Januari 2024 lalu saat hujan turun.
“Video itu benar, tapi kejadiannya di Januari 2024 lalu, saat itu hujan deras,” kata Ifrad, menambahkan.
Menurutnya, Ifrad, genangan air di lantai itu karena rembesan air hujan dari samping gedung yang masuk ke atas plafon, dan kemungkinan rembesan air lainnya berasal dari corong atap yang lepas lalu masuk plafon.
“Itu yang mengakibatkan plafon runtuh karena banyaknya air di atas,” ujar Ifrad. Tapi, katanya, kerusakan itu pada esoknya (di bulan itu) langsung ditangani oleh penyedia (pihak kontraktor).
Menuruut Ifrad, bangunan itu sebenarnya belum rampung 100 persen, baru sekitar 90,84 persen. Gedung Perpustakaan Mateng itu dibangun pakai dana DAK (APBN) dengan besaran sekitar Rp11 miliar.
“Bangunan ini anggaran DAK pusat, Rp11 miliar,. Masa kontrak dengan pihak pelaksana, penyedia, berakhir pada tanggal 10 Oktober 2023, saat itu belum rampung baru 90,84%, sehingga diberikan perpanjangan waktu 50 hari, namun pihak pelaksana belum juga bisa merampungkan sehingga kita lakukan pemutusan kontrak pada tanggal 29 November 2023,” jelas Ifrad.
Karena belum selesai, tambah Ifrad, rencananya dirampungkan atau dilanjutkan di 2024 karena sisa anggarannya masih ada sekitar Rp800 juta.
Ifrad, menambahkan, sebenarnya alasan kita numpang di sini karena kontrak di gedung sebelumnya sudah habis, jadi kita inisiatif numpang di gedung (baru) ini.
Dilansir dari Portalsulawesi.Id, proyek yang dimenangkan oleh CV. Mattampa Jaya, beralamat di Jl Trans Sulawesi, Desa Tobadak, Mamuju Tengah, semula dilelang dengan nominal angka Rp9.750.000.000. Saat pengumuman pemenang, perusahaan CV. Mattampa Jaya satu-satunya perusahaan yang memasukkan dokumen pascapendaftaran paket dengan nilai penawaran terkoreksi berkontrak Rp9.747.780.006.39.
Pada saat paket ini dilelang, masih dari media online yang berbasis di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) menyebutkan, ada 10 perusahaan yang mendaftar sebagai perusahaan yang mengikuti lelang. Tapi hingga lelang ditutup dan diumumkan pemenang, hanya satu perusahaan yang melengkapi dokumen tender, dan itu yang dinyatakan sebagai pemenang, yakni CV. Mattampa Jaya.
Media ini menulis, kuat indikasi dugaan kekeliruan dalam pelaksanaan metode kerja oleh kontraktor pelaksana. Beberapa item yang menjadi pekerjaan utama terlihat mengalami retak dan cacat mutu.
“Selain plafon bangunan yang jebol pascadigerus hujan di bulan Januari, tampak juga lantai bangunan sudah mengalami pergeseran dan miring. Kondisi tersebut diperparah retakan memanjang pada tembok bangunan yang mengindikasikan cacat struktur pada pekerjaan utama,” tulis Portalsulawesi.Id, Selasa, 25 Maret 2024.
Dalam analisisnya, amblasnya pondasi pada salah satu sudut bangunan itu mengindikasikan tak berfungsi maksimal pondasi cakar ayam: sebuah rekayasa tehnik konstruksi yang dipakai pada tanah lunak. Hal ini bisa terjadi disebabkan beberapa hal, di antaranya pengurangan volume pembesian, dangkalnya galian cakar ayam, dan metode kerja yang keliru.
Selain itu, diduga kuat struktur pondasi yang dikerjakan oleh kontraktor pelaksana kemungkinan tak memperhatikan struktur tanah yang labil dan lunak, tak melakukan pengerasan lewat metode penimbunan urugan pilihan atau bahkan pembuatan pondasi yang asal-asalan.
Hasil penelusuran di lapangan juga ditemukan pasangan keramik pada lantai bangunan telah lepas dan retak memanjang, demikian pula struktur bangunan di bawah keramik sudah menganga dan terbelah.
SARMAN SAHUDING