TRANSTIPO.com, Mamuju – Dulu, sebelum ia menyudahi perkuliahan di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulsel, ia lebib dulu menginjakkan kaki di Wonomulyo, Polewali Mamasa (Polmas), Sulsel—kini, kabupaten itu sudah bernama Polewali Mandar (Polman) seiring lahirnya Kabupaten Mamasa. Dan, telah menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).
Ketika itu, ia datang di Wonomulyo tentu tak sendiri. Ia bersama satu rombongan besar dari kampus Unhas. Saat itu ia sedang melaksanakan satu kegiatan penting sebagai salah satu prasyarat seorang mahasiswa sebelum ia mengakhiri tugas akademiknya.
Tepatnya Kuliah Kerja Nyata (KKN). Memang, Naskah M. Nabhan—lelaki yang dimaksud itu—KKN di Wonomulyo, tempo itu. Maka itulah perkenalan pertamanya dengan kawasan yang kini jadi Provinsi Sulbar.
Sekian tahun kemudian. Naskah benar-benar berpijak di bumi Manakarra—satu kawasan besar di provinsi di ‘malaqbiq’ ini.
Waktu itu awal 2004. Tahun itulah Radar Mandar—koran harian pertama di Provinsi Sulbar—mulai membangun ‘peradaban bacaan’ seiring hadirnya provinsi di bagian barat Sulawesi ini.
Radar Mandar berubah, mengikuti ‘kehendak waktu’ dan ‘selera pengucapan’: jadilah koran harian Radar Sulbar—waktu persisnya perubahan nama ini tak teringat betul.
Naskah M. Nabhan—di Sulbar populer dipanggail Nanang—telah mampu membangun simbiosis untuk sosokya dengan lembaga media harian terbesar di Sulbar itu sendiri. Hal ini, tak sedikit orang yang mengakuinya.
“Naskah dan Radar memang seolah tak bisa dipisahkan,” begitu sentilan seorang kawan di Mamuju, beberapa waktu lalu kepada laman ini.
Waktu terus berputar. Beberapa waktu lalu Naskah M. Nabhan kemudian membangun satu media baru, Harian Sulbar Ekspres atau SULEKS—masih di bawah payung FAJAR Group.
Kehadiran SULEKS ‘mungkin imbas’ dari perubahan pucuk pimpinan manajemen radar. Apa itu? Naskah bergeser dari harian radar, dan datanglah Mustafa Kufung—pimpinanan tertinggi di Harian Radar Sulbar sejak 2015, hingga kini.
Sejak itulah, Naskah dan Mustafa jadi punggawa untuk dua media cetak harian di bawah satu gedung yang sama: Graha Pena Mamuju.
‘Rivalitas’ kemudian terjadi. Sebuah fakta membuktikan bahwa sumberdaya kewartawanan ‘Graha Pena’ masih yang terbaik, hingga saat ini.
Bukti ‘rivalitas’ itu, dan sebuah kenyataan sumberdaya itu, adalah ketika jelang Konferensi Provinsi (Konferprov) III Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulbar, dua sosok itu—Naskah dan Mustafa—sudah digadang-gadang jadi pucuk pimpinan PWI Sulbar.
Apa yang terjadi kemudian, pada Selasa, 24 Oktober 2017, ketika Konferprov PWI itu benar-benar terlaksana, nama Naskah M. Nabhan dengan Mustafa Kufung disorong secara formal untuk jadi calon Ketua PWI Sulbar oleh pendukungnya.
Sayang di balik sayang, Mustafa Kufung harus gugur di tengah jalan dalam sengitnya konferensi itu. Apa sebab? Mantan wartawan Harian FAJAR itu keabsahan berkas pencalonannya—sebagai syarat mutlak seorang kompetitor—ditolak oleh pimpinan rapat atau dalam ini Steering Committee (panitia pengarah)—yang diperkuat oleh utusan PWI Pusat.
Satu syarat yang tak dipenuhi oleh Mustafa yakni tak bisa menunjukkan bukti tertulis bahwa ia pernah jadi pengurus PWI Sulsel untuk satu periode kepengurusan di masa lalu.
Sementara Naskah mampu meyakinkan forum dan SC—pula kepada utusan PWI Pusat—bahwa berkas administratif pencalonannya memenuhi syarat. Maka, oleh pimpinan rapat menetapkan Naskah M. Nabhan sebagai calon tunggal Ketua PWI Sulbar, yang karena itu ia sekaligus terpilih secara aklamasi.
Dengan posisi seperti itu, maka secara otomatis Naskah ditetapkan jadi Ketua PWI Sulbar periode tahun 2017-2022. Penetapan ini mengundang interupsi bertubi-tubi—tentu datangnya dari “pendukung” Mustafa Kufung.
Kilatan suara mengaung membahana di aula Hotel Pantai Indah, tempat koferensi ini dilaksanakan. Keributan ‘kecil’ sempat terjadi. Memaksakan kehendak agar figur Mustafa tetap diterima maju bertanding dengan Naskah. Numun SC tetap bertahan, atau tepatnya kukuh sikap pada ketentuan Tata Tertib (Tatib) dan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT) PWI.
“Melihat dan mencermati berkas dari saudara Mustafa Kufung beberapa syarat memang terpenuhi. Tapi, yang tak dilampirkan dalam berkas ini adalah bukti SK kepengurusan. Sehingga saudara Mustafa tak memenuhi syarat,” tegas Atal S. Depari, Ketua Bidang Pembinaan Daerah PWI Pusat.
Maka di ujung perhelatan ini, jelang magrib tiba, dikukuhkanlah Naskah M. Nabhan sebagai Ketua PWI Sulbar. Tim formatur yang dipilih kemudian bekerja menetapkan susunan pengurus baru PWI Sulbar.
Berikut di antara Pengurus PWI Sulbar periode 2017-2022:
Ketua Dewan Penasehat Andi Sanif Atjo, Ketua Dewan Kehormatan Provinsi (DKP) Sulaeman Rahman, Ketua Umum Naskah M. Nabhan, Sekretaris Umum Sarman Sahuding, Bedahara Umum Muhammad Solichin, dan Ketua SIWO PWI H. Abd. Halim Ahmad.
Susunan pengurus PWI Sulbar secara utuh memang dibacakan oleh Atal S. Depari sebelum pelantikan berlangsung. Setelah itu, Ketua PWI Sulbar yag baru, Naskah M. Nabhan, tampil beri sambutan singkat.
Kemudian disusul oleh Ketua Bidang Organisasi Sasongko Tedjo sekaligus menutup secara resmi Konferprov III PWI Sulbar ini.
Di ujung acara pelantikan ini, Sasongko Tedjo menyerahkan secara simbolik bendera pataka PWI kepada Naskah M. Nabhan yang disaksikan oleh seluruh pengurus PWI Sulbar yang baru.
ARISMAN SAPUTRA