
Dalam ekonomi—dikutip dari mesin pencari google—deflasi adalah suatu periode di mana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah.
Sementara inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat. Jadi, deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar.
TRANSTIPO.com, Mamuju – Sekitat pukul 11.30 Wita pada 1 Novenber 2017, kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Perwakilan Sulbar adakan jumpa pers di kantor BPS Sulbar, Rangas, Simboro, Mamuju, Sulbar.
Berdasarkan hasil survei harga konsumen di bulan Oktober 2017, dari 82 kota di Indonesia yang diurvei, ada beberapa kota yang mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Tual, sebesar 1,05 persen dengan IHK 155,24, dan yang terendah berada di kota Cilegon dan Surakarta sebesarar 0,01 persen.
Masih menurut data BPS, dari 82 kota berdasarkan survei konsumen, Mamuju sendiri berada di urutan ke-10 dari 38 kota yang mengalami deflasi, yakni sebesar 0.48 persen dan 44 kota yang mengalami inflasi.
Pada Oktober 2017, Mamuju mengalami deflasi dikarenakan adanya penurunan indeks harga yang ditunjukkan oleh tiga kelompok pengeluaran, yakni: kelompok makan bahan makanan 2.06 persen, kelompok sandang 0,1 persen, dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesarb 0,03 persen.
Sedangkan di kelompok pengeluaran mengalami inflasi, yaitu: kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,09 persen. Kelompok makanan jadi: minuman, rokok, tembakau. Kelompok kesehayan, kelompok pendidikan rekreasi, dan olaraga relatif stabil atau tidak mengalami perubahan.
Uraian data BPS Sulbar disampaikan oleh Markus, Kepala Bidang Distribusi BPS Sulbar. Ia mengatakan, jika dilihat dari data yang ada di BPS tahun 2017, Mamuju mengalami inflasi sebesar 2.72 persen.
“Tapi bila dihitung dari tahun 2016 bulan Oktober ke waktu sama di tahun 2017, maka inflasi yang terjadi sebesar 4,20 persen,” kata Markus.
ARISMAN SAPUTRA