Tobaine, peserta PIFAF 2019 pakai sarung saat mengikuti kegiatan perkenalan di pantai Gusung Toraja, Tonyamang, Binuang, Kabupaten Polman, Minggu, 4 Agustus 2019. (Foto: Humas PIFAF)
Tobaine, peserta PIFAF 2019 pakai sarung saat mengikuti kegiatan perkenalan di pantai Gusung Toraja, Tonyamang, Binuang, Kabupaten Polman, Minggu, 4 Agustus 2019. (Foto: Humas PIFAF)

TRANSTIPO.com, Polewali – Perempuan-perempuan Eropa sedang berjalan, bersenda gurau, dan bermain petak umpet di pinggir pantai Gusung Toraja di Tonyamang, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Minggu, 4 Agustus 2019.

Para perempuan-perempuan bule itu adalah peserta PIFAF 2019. Oleh panitia, seperti yang dirilis panitia acara ini, sedang melaksanakan satu kegiatan yang disebut Games and Gathering.

Kegiatan ini bertujuan untuk saling mengenal antara negara yang dilaksanakan di objek wisata pantai Gusung Toraja.

Pulau Gusung Toraja ini dikenal dengan pasir putih yag bersih, salah satu dari sekian banyak obyek wisata maritim yang dapat dituju ketika berada di Kabupaten Polman. Objek wisata ini berada di bagian timur kota Polewali dan memiliki pesona pasir putih serta suasana yang sejuk.

Menurut ketua panitia PIFAF Andi Sukmawati A. Tjinta, salah satu tujuan mengunjungi tempat wisata yang ada di Polman beserta para delegasi negara adalah untuk mengenalkan potensi wisata yang ada.

“Nantinya setelah mereka pulang bisa menceritakan tentang potensi pariwisata yang ada di daerah kita ini,” kata Andi Sukmawati.

Dikatakannya, ini juga salah satu cara mempromosikan keindahan alam Polman di mancanegara agar dikenal lebih luas.

“Kita ingin mengenalkan destinasi wisata lebih luas lagi,” katanya.

Di pulau yang indah itu para delagasi negara diberikan sarung untuk digunakan saat mandi, sehingga terlihat laiknya gadis Mandar.

Tobaine, peserta PIFAF 2019 pakai sarung saat mengikuti kegiatan perkenalan di pantai Gusung Toraja, Tonyamang, Binuang, Kabupaten Polman, Minggu, 4 Agustus 2019. (Foto: Humas PIFAF)

Seperti yang tampak pada gambar, perempuan asing ini pakai sarung dengan ujung atasnya diikat simpul pada sisi bagian kanan dan kiri, dan pada ujung sarung bawahnya persis melewati lutut.

Cara pakai sarung untuk laki-laki misalnya, di kampung-kampung umumnya di Mandar, Sulawesi Barat ini, dengan membebatkan ujung sarung di bagian pinggang tanpa pola khusus.

Bagi para tetamu terhormat yang pakai sarung di pulau wisata ini, oleh Andi Sukmawati menambahkannya, “Supaya mereka mengikuti kebiasaan masyarakat Mandar yang ketika mandi menggunakan sarung atau dalam bahasa Mandar disebut Mippasseq.”

Salah satu delagasi negara Slovakia, Fatrisia mengaku jika baginya dengan mengikuti kebiasan gadis Mandar (Tobaine Mandar) tidak manjadi soal.

“Saya tidak ada masalah dengan ini (sarung, red). Saya menyukai apalagi untuk perempuan karena kita di negara religius walaupun agak panas,” tuturnya via LO.

Ia mengaku jika waktu sepekan berada di Bumi Tipalayo itu terlalu singkat baginya untuk menikmati objek wisata yang ada di Polman.

“Apalagi baru kali ini saya menginjakkan kaki ke Polman yang banyak wisatanya, rasanya pengen lama-lama di sini,” ujar Fatrisia.

WAHYUANDI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini