“Wonderful Indonesia sukses besar semalam. Saya terharu menyaksikan pagelaran tarian Nusantara kita, sangat membanggakan,” kata Raakhe Punjabi pertelepon, Minggu, 1 Oktober habis Maghrib waktu Jakarta.
Pertunjukan tarian Nisantara dimaksud berlangsung Sabtu, 30 September malam di pelataran Capitol Hill, Washington DC, AS.
Istri Raja Sinetron Indonesia, Raam Punjabi, itu berada di Washington DC, ikut mengawal Duta Budaya “Wonderful Indonesia” dan menjadi saksi mata pementasannya dalam rangka World Culture Festival di AS,29 September – 1 Oktober.
“Sekarang baru jam 7 pagi di sini. Luapan kegembiraan ini mau saya share ke banyak orang di Tanah Air,” sambungnya di ujung telepon malam ini.
Sehari sebelumnya, Raakhe mengirimi saya foto-foto delegasi Indonesia, mulai saat persiapan hingga pementasannya.
Tarian kolosal Nusantara ”Wonderful Indonesia” merupakan gubahan seniman Indonesia, Rio Silaen, Sutan Martozet, dan Erna Widyastuti, yang melibatkan lebih dari 100 penari.
Dari Tanah Air 15 orang yang diboyong ke AS, selebihnya pertunjukan ditopang diaspora Indonesia di AS.
Koreografi dan kostum ditangani Bang Ozet dari Medan. Pentas Wonderful Indonesia memadukan tarian dari delapan etnik, yaitu Aceh, Batak, Jawa, Sunda, Bali, Banjar, Minahasa, dan Papua. Tarian diiringi musik kombinasi dari lagu-lagu dari daerah tersebut.
Raakhe menceritakan festival budaya skala global lima tahunan itu menampilkan beragam budaya dari ratusan negara. Beberapa negara ada yang membawa rombongan seninya dalam jumlah besar, sampai 600 orang.
“Kita nggak bisa bawa banyak-banyak, maklumlah terbentur soal biaya,” akunya.
Pagelaran acara itu berlangsung di Capitol Hill yang merupakan gedung bersejarah dan sangat terkenal di Amerika Serikat.
Capitol Hill adalah salah satu bangunan paling mengesankan secara arsitektural dan secara simbolis, dianggap penting di dunia. Selama lebih dari dua abad, Kongres AS melangsungkan rapatnya di gedung ini.
Selain digunakan secara aktif oleh Kongres, Capitol Hill juga difungsikan sebagai museum seni dan sejarah Amerika. Setiap tahun, diperkirakan dikunjungi oleh 3 juta hingga 5 juta orang dari seluruh dunia.
Menurut Wikipedia, gedung itu dianggap sebagai contoh sempurna dari arsitektur neoklasik abad ke-19, yang menggabungkan fungsi dengan estetika.
Dua tahun lalu gedung itu kembali menyita perhatian dunia saat digeruduk oleh relawan pendukung Presiden AS Donald Trump yang mengamuk karena “junjungannya” dikalahkan oleh Joe Biden, Presiden AS saat ini.
“Sekitar 200 sampai 300 ribu penonton menyaksikan pertunjukan kita. Luar biasa sambutan penonton,” tambah Raakhe menutup percakapannya.
ILHAM BINTANG