TRANSTIPO.com, Mamasa – Sekretaris Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Mamasa Obed Nego Depparinding, menyebut lapangan kerja di Mamasa minim.
Dengan minimnya lapangan kerja, membuat sebagian besar masyarakat Kabupaten Mamasa, harus keluar daerah mencari lapangan kerja demi kebutuhan sehari – harinya. Sementara Kabupaten Mamasa merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak potensi, namun, tidak dimanfaatkan dengan baik.
Hal itu, disampaikan Legislator Provinsi Sulbar Obed Nego, saat menggelar haering dialog di Royal Cafe, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulbar, Sabtu 7 Maret 2020, tadi malam.
Menurut Obed, itu terjadi dikarenakan masyarakat tidak mampu menciptakan lapangan kerja dengan memanfaatkan lahan pertanian yang ada, sehingga yang terpikirkan hanya keluar mencari pemasukan untuk kebutuhan hidup.
Sementara kata dia, sejumlah daerah di wilyah Kabupaten Mamasa ini sangat berpotensi untuk menciptakan lapangan kerja sendiri, jangka pendek umpamanya, seperti jagung, sayur – sayuran, kentang dan yang lainnya.
“Itu kan menjanjikan kalau kita fokus, daripada ke kampung orang jadi buruh,” ujar Obed.
Selain itu, ia berharap Kabupaten Mamasa kembali seperti dulu, yang menjadi daerah penghasil kopi terbanyak. Hal ini dapat terwujud jika masyarakat Kabupaten Mamasa benar – benar serius untuk bertani.
Ia berharap kepada para penyuluh pertanian, untuk terus memberikan penyuluhan kepada para petani tentang bagaiamana menjadi petani yang moderen, dan menjadi petani kopi yang baik agar dapat dirasakan hasilnya dengan cepat.
“Ini tugasnya para penyuluh yang ada di Kabupaten Mamasa, untuk menuntun para petani khusunya kopi,” katanya.
Obed menambahkan, kunci kesuksesan bagi petani adalah fokus dalam menggarap lahan pertanian yang ada, mislnya tanam kopi atau padi, itu harus ditekuni dengan baik agar dapat berhasil. Inilah yang dinamakan menciptakan lapangan kerja sendiri, jangan hanya mengharap bantuan dari pemerintah saja, tanpa adanya usaha dan kerja keras.
“Ini saya lia petani kita, terlalu berharap sama pemerintah sehingga tidak fokus dalam bekerja,” pungkasnya.
WAHYUANDI