TRANSTIPO.com, Mamuju – Seorang ibu paruh baya ini sedang terbaring sakit di rumahnya. Ia bernama Nurhayati, istri dari seorang suami bernama Sudirman. Keduanya telah dikaruniai dua orang anak, Dini (15 tahun) dan Lakmi (13 tahun).
Nurhayati terbaring sakit sudah empat tahun lamanya. Kondisi tubuhnya kian hari hari kian merosot, semakin kurus.
Kedua anaknya juga hidup dalam keadaan tidak normal (cacat). Sudirman sebagai seorang ayah tidak bisa berbuat apa-apa melihat keadaan istri dan kedua anaknya itu. Walau tetap kukuh menafkahi keluarganya, tapi dari hasil bekerja serabutan di kampungnya, bisa dibilang tidak cukup. Apalagi untuk biaya berobat istrinya itu.
Menurut keluarga dekatnya, keluarga ini hidup dari uluran tangan saudara dan tetangganya. Keluarga yang ‘miskin’ ini adalah warga Dusun Limbeng, Desa Takandeang, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar).
Kru laman ini menemukan keluarga ini pada satu pekan setelah lebaran Idul Fitri yang lalu. Anca, salah satu kerabat Sudirman di Takandeang, berbagi cerita.
“Ibu Nurhayati ini mengalami penyakit langkah yang sudah 4 tahun ini tidak kunjung sembuh,” kata Anca pada akhir pekan di minggu pertama Juni 2019.
Menurut Anca, pada 2016 lalu pihak keluarga pernah membawa keduanya untuk untuk berobat di rumah sakit di kota Mamuju. Tapi hasil pemeriksaan dokter di rumah sakit tidak menemukan penyakit apa yang diderita oleh Nurhayati.
Sebetulnya, kata Anca, Nurhayati memiliki kartu BPJS Kesehatan, tapi ada pengobatan lain yang membutuhkan biaya dan hal itu mereka tidak mampu. Oleh karena itu, keduanya dibawa kembali ke kampung untuk berobat seadanya.
“Hanya sekali itu saja kami bawa berobat ke rumah sakit,” ujar Anca.
Tinggal di rumah berukuran sekitar 3×4 meter. Berdinding papan. Dari dalam sebuah kelambu yang kusam itu, Nurhayati kerap beroleh ‘dongengan’ untuk terus bertahan hidup dari kerabatnya dan tetangga rumah yang kerap datang menjenguknya.
Anca berharap, keluarga ini membutuhkan bantuan dari pemerintah. Pernah, pada separuh pertama tahun 2018 keluarga ini dapat bantuan berupa raskin, tapi sampai pertengahan 2018 bantuan itu berhenti dan sampai saat ini sudah tidak ada lagi.
“Pemerintah desa juga tidak pernah beri bantuan kepada keluarga Nurhayati,” aku Anca. “Jangankan bantuan untuk berobat, yang dibilang PKH itu pun sama sekali tidak dapat, padahal keluarga ini berhak untuk mendapatkan bantuan. KTP-nya ada,” ujar Anca.
Satu pesan yang Sudirman dan Anca titipkan, “Kami sampai saat ini selalu berharap agar saudara kami, Nuhayati, ada perhatian dari pemerintah seperti pengobatan dan rumah bedah. Sudah sangat lama menahan sakit yang diderita saudara kami ini. Semoga dapat dibantu perobatan. Hanya tetangga dan saudara-saudara yang sering membantu keluarga ini.”
Pada Kamis malam, 20 Juni 2019, laman ini mengonfirmasi kepada Ibrahim, pejabat eselon III di Dinas Sosial Kabupaten Mamuju.
“Saya butuh data BNBA,” tulis Ibrahim dalam WhatsApp, menjawab pertanyaan laman ini. Menurut Ibrahim, kalau keluarga tersebut ada tercatat dalam sistem data kemiskinan sangat membantu.
Intinya, tulis Ibrahim lagi, “Nanti kami bantu.”
RULI SYAMSIL/SARMAN SHD