Warisan Ilmu dari Budong-budong, Bekal Titian Karir Aso’

1270
Dr. H. ASKARY, CALON WAKIL BUPATI MAMUJU TENGAH, SULAWESI BARAT. (FOTO: RULI)

Menuntut ilmu lama hingga merengkuh gelar akademik tinggi, selain angannya yang membathin, juga melanjutkan titisan darah dari Ibu yang seorang Guru

TRANSTIPO.com, Topoyo – Dulu, seorang Guru dipandang sungguh mulia. Betapa penting jerih payah Guru sehingga kala itu gelar yang disematkannya begitu luhur: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.

Jasa besar seorang Guru di masa lalu yang melahirkan banyak generasi baru yang kemudian menjadi pemimpin daerah, bahkan tingkat nasional.

Askary beruntung. Dalam darahnya mengalir darah seorang Guru teladan untuknya, juga adek-adeknya. Sang guru teladan yang dimaksud itu adalah Ibu Hj. Rastiah Atjo, ibunda Askary.

Selain tekad Askary sendiri, dari potret perjuangan ibunya sebagai seorang guru, yang disaksikan benar Askary sejak kecil, yang membuatnya memiliki kegigihan sekolah hingga pada level sekolah tinggi formal: Doktoral.

Waktunya tak banyak yang luang untuk sekolah, selain karena dirinya pejabat daerah, terutama 10 tahun terakhir dengan posisi penting di Kabupaten Mamuju Tengah, yakni Kepala Bappeda dan Sekretaris Daerah (Sekda).

Meski begitu, Askary pandai-pandai menyisakan waktu pendek, paling tidak di hari Sabtu dan Minggu mengebut waktu dan menyiasati jalan berangkat ke Makassar untuk sekolah tinggi itu.

Ibu Askary selain seorang Guru SD di Budong-budong, ia juga pejuang keluarga. Hj Rastiah Atjo mengajar sekolah di tiga tempat sekaligus dalam wilayah eks Budong-budong yang luas.

Ia mengajar di Tumbu, Kire, dan Patulana. Askary menyaksikan betul kerja keras ibunya mendidik anak-anak Budong-budong (lama).

Budong-budong dalam sejarahnya adalah sebuah Distrik di jazirah Manakarra. Luanya membentang, bahkan hingga ke Karossa sekarang.

Tak jarang ibunya berangkat ke sekolah untuk mengajar berjalan kaki di tiga tempat itu. “”Saya biasa temani jalan kaki dari Babana ke Kire sejauh 8 kilometer. Semangatnya untuk mengajar luar biasa,” puji Askary pada ibunya.

Dari perjuangan ibunya ini, Askary memetik hikmah bahwa hidup ini perlu kerja keras, berusaha dan berjuang supaya kita mendapatkan hasil.

Ia adalah guru dengan ilmu ajar apa saja, walau spesifikasi ilmu yang digemari dan materi ajar utamanya di kelas adalah Bahasa Inggris.

Ibunya mengajar banyak murid. Karena itu waktunya sangat terbatas berdiri di setiap kelas saat mengajar. Ia mengajar banyak mata pelajaran.

Sejak sekolah dasar (SD) ibu Guru Rastiah telah mengenalkan anak-anak didiknya di wilayah bekas Distrik Budong-budong tentang bahasa asing itu (Inggris).

Askary bercerita, ayahnya, Haji Anwar (almarhum) pernah membantu istrinya — Ibu Askary — mengajar Bahasa Inggris di kelas,  tempat Rastiah mengajar.

Meski Haji Anwar berprofesi seorang pedagang, ia tahu sedikit Bahasa Inggris. Melihat istrinya kewalahan mengajar di banyak kelas itulah makanya sang suami menyempatkan waktu mengajar tak rutin di kelas.

Rastiah mengajarkan ilmu pengetahuan, tapi yang tak kalah penting ia mendidik dan menanamkan karakter kepada anak didiknya. Dengan karakter akan menjadi modal penting kelak.

Menurut Askary, karakter dan moralitas anak didik itu adalah hal yang paling penting. “Itu yang diajarkan ibu saya sejak dulu,” ujar Askary.

Ibunya juga dipandang masyarakat sebagai tokoh. Hal itu adalah cermin dari ketulusannya dalam mengajar. Rasa empati kepada sesama ditunjukkan Rastiah Atjo bertahun lamanya, bahkan hingga kini.

Dalam kaca mata Askary, ibunya itu mengajar, mendidik, sekaligus mempraktekkan bagaimana memberi contoh kepada anak-anaknya, dan mewujudkan keramahan dan elas kasih kepada sesamanya.

 

ASKARY lahir di Mamuju, 7 Agustus 1970. Ia memiliki seorang istri bernama Faigah Marwan, SE, MM. Pasangan ini dikaruniai seorang anak lelaki bernama Muhammad Arif.

Saat wawancara berlangsung di rumah Askary yang mungil di sebuah kompleks perumahan di Tobadak, Mateng, pada Sabtu, 9 November lalu, Muhammad Arif menemani ayahnya.

Ayah Askary bernama Haji Anwar. Bersama Rastiah membangun satu keluarga, Allah mengaruniai 5 orang anak. “Saya anak pertama,” kata Askary.

Haji Anwar adalah pedagang komoditi atau hasil bumi.Beliau berdagang hingga ke Palu, Sulawesi Tengah. Kalau jalur ibunya adalah Mandar-Mamuju, ayahnya dari jalur Melayu-Mamuju.

Dalam sejarahnya, kakek buyut (jalur ayah) Askary berasal dari Melayu. Dari Melayu Sumatera melalui Selat Makassar lalu bermukim dan beranak pinak di Pulau Sabutung, Makassar.

Keberadaannya di Pulau Sabutung ini lantaran hadiah dari Raja Tallo ketika itu. Sang Raja menghibahkan pulau itu kepada kakek buyut Askary sebagai balas jasa atas upayanya dalam mengajarkan Ilmu Agama Islam kepada masyarakat kerajaan tempo dulu.

Seiring waktu, dari Makassar-lah kemudian melanjutkan perjalanan ke Mamuju, selain sebagai pedagang juga menyiarkan Qalam Tuhan. Dari jalur inilah melekat darah Melayu dalam diri Askary.

Kakek Askary sendiri dari jalur ibu, tersebutlah seorang nama, Atjo Hanafi (Mandar). Bagi Askary, kita ini sebenarnya satu keluarga. Bahkan, katanya, jika dirunut jalur keluarga kami, iru bahkan sampai ke Mamasa (Parinding).

 

IBU Askary kian menua. Dari ajarannya yang membathin dalam relung Askary, hidupnya begitu sederhana. “Dinda sudah lihat seya sejak kenal, kan! Saya menjalaninya hidup sederhana. Kecuali pendidikan, kami perhatikan betul,” ujar Askary.

Askary memang memiliki rumah yang sederhana di Tobadak dan Mamuju kota. ia tak silau menumpuk harta yang tak terbilang. Harta paling mulia baginya adalah pengabdian itu sendiri.

Hidup sederhana dengan raihan pendidikan yang tinggi telah cukup baginya dan keluarga kecilnya. Tahun 2023 lalu Askary berhasil meraih gelar Doktoral (S3) di Makassar. Ini sebuah bukti bahwa Askary sadar berul betapa pentingnya pendidikan formal.

Jejak Askary di birokasi Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Provinsi Sulawesi Barat terbilang panjang dan berliku. Dari pegawai biasa, CPNS (2001) sebagai Penata Muda dengan Pangkat III/a dan PNS (2003), hingga menjadi Sekda Mateng (Pembina Utama Madya) dengan Pangkat IV/d (2022).

Ia terangkat jadi PNS di Pemkab Mamuju (2001).  Setelah Mamuju Tengah ditetapkan sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB) pada tahun 2013 Askary pindah dan mulai membangun kabupaten baru yang dirintis dan diperjuangkan sampai jadi oleh Haji Aras Tammauni. Ia dibantu tokoh lainnya, salah satunya Haji M. Ruhul Thahir (almarhum) dan keluarga HM Amin Jasa.

Di Mateng-lah Askary memulai hidup baru. Di Bappeda Mateng, mula-mula ia diberi tugas oleh Penjabat (Pj) Bupati Mateng Dr. Junda Maulana sebagi tim yang menginventarisasi PNS yang mau pindah ke Pemkab Mateng.

Dulu itu, cerita Askary, disiplin ilmu untuk mengisi OPD terbatas yang dibentuk tak memerhatikan disiplin ilmu meski bersesuaian dengan jabatan di mana yang bersangkutan ditempatkan.

Yang penting mau pindah dulu ke Mateng. Birokrasi baru dan Sumberdaya Manusia (SDM) diperlukan untuk mengayun bersama pelayanan dan pembangunan daerah baru tersebut.

Askary menyebut, dulu pegawai yang dipunyai Kabupaten Mateng berstatus pegawai kecamatan. Struktur dan kelembagaan baru dibentuk. Semua itu ia konsultasikan ke pusat dan provinsi. Askary pasang badan. Ia terjun langsung mengurusi semua ini.

Aakary bercerita, dulu saya punya mobil yang kerap dipakai bolak-balik Topoyo-Mamuju bahkan ke Makassar. Di mobil itu ada laptop lengkap dengan printer. Segala administrasi yang dibutuhkan untuk keperluan semua hal dikerjakan di mobil. Pakaian, jangan dibilang.

“Di mobil ketika itu sudah kayak tempat jemuran. Pakaian tergantung di sisi kiri dan kanan dalam mobil,” kata Askary sembari tertawa.

Kondisi listrik Mateng saat itu juga menjadi beban berat dalam bekerja memulai menata kelembagaan daerah baru.

“Kalau sudah mati lampu, kadang tunggu 1 sampai 2 hari baru menyala,” kisah Askary mengenang. Air bersih juga masih susah.

Kedatangan awalnya di Mateng ia menumpang di rumah seorang kerabatnya di salah sebuah perumahan di Tobadak. Berbilang tahun kemudian uangnya dirasa cukup untuk mulai mencicil sebuah rumah. Di rumah itulah tempat berteduh istri dan anaknya.

Meski menghadapi kondisi daerah begitu, semangat Askary dan tim tiada surut. “Ini kampung halaman. Daerah yang mekar lewat perjuangan berat orang tua kita,” tekad Askary.

Tahun 2013 Kabupaten Mateng belum punya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Daerah ini hanya bermodalkan Rp2 miliar, bantuan dari induk (Pemkab Mamuju) sebagai konsekuensi daerah induk memekarkan Mateng. Modal dua miliar tentu tak cukup. Tapi Askary dan tim bekerja dengan mengandalkan gaji masing-masing sebagai PNS.

Ia ingat, ketika menyelenggarakan seminar untuk keperluan legalisasi Lambang Daerah Mateng. Dari seluruh proses hingga pemateri seminar yang didatangkan di Mateng mengandalkan uang pribadi masing-masing tim.

Askary bersyukur karena Lambang Daerah Mateng berhasil dibawa ke proses selanjutnya hingga ditetapkan dalam sebuah Peraturan Daerah (Perda). Atribut dan lambang daerah itulah yang ada sekarang, yang dikenakan pada seragam Linmas ASN Mateng.

Tanggungjawabnya begitu besar membantu Bupati Mamuju Tengah (Mateng) H. Aras Tammauni dan wakilnya, HM Amin Jasa selama masa pengabdiannya selaku Sekda (per Agustus 2023).

 

ASKARY paham jerih payah mengisi dan membangun Mateng, terutama di sisi birokrasi. Pamong sebagai salah satu tulang punggung daerah mesri dibuat berubah maju.

Seminar dan pembekalan ASN ditujukan untuk peningkatan kualitas SDM aparat. Askary sadar benar, SDM yang dimiliki Mateng berbasiskan pegawai kecamatan dan tenaga pindahan. Maka seminar dan pelatihan-pelatihan menjadi solusi untuk merubah kualitas SDM itu.

Hasilnya mulai terlihat kini.  Ganjaran kabupaten inovator dari pemerintah pusat adalah salah satu hasil upaya menciptakan inovasi pelayanan oleh Pemerintah Kabupaten Mateng.

Askary menyebut, Pemkab Mateng telah bertengger di ururan ke-77 sebagai daerah inovator terbaik. “Bahkan, dari segi inovasi pelayanan publik ini, Mateng terbaik di Sulawesi Barat,” aku Askary.

Meski sudah bukan lagi birokrat sejak Agustus 2024 karena memilih pensiun dini untuk mendampingi Haji Arsal Aras berlaga di Pilkada Mateng 2024, baginya memperjuangkan perubahan SDM di Mateng adalah kunci keberhasilan daerah.

Dalam hematnya, peningkatan SDM di daerah akan bermuara pada perubahan pola pikir, dan itu akan mengantar kita merubah hidup untuk lebih baik: lebih bahagia, lebih sejahtera.

Membangun infrastruktur jalan di semua kecamatan adalah panggilan dari relungnya bersama Arsal Aras, kelak ketika diberi amanah memimpin Mateng hingga 2029 nanti.

Mendambakan kemajuan Mateng berpulang dari ingatannya di masa lalu ketika bersekolah di Mamuju, SLTA.

Dari Babana menuju Mamuju dilaluinya di atas perahu kecil bermesin. Selama susuri pinggir laut Mamuju, terkadang di benak Askary mendambakan satu hal: kelak Mateng tak senasib di masa kecilnya.

Aso’, nama kecil Dr. H. Askary, M.Si layak bangga. Pernah jadi sekda, jabatan paling prestisius di dunia birokrasi. Dan, sekarang telah Doktor pula.

Mama Aso’, ibunda tercintanya, layak bangga pada anak tertuanya ini.

 

BIODATA

Karir

Penata Muda (CPNS), III/a, 2001

Penata Muda (PNS), III/a, 2003

Penata Muda Tk. I, III/b, 2005

Penata, III/c, 2007

Penata Tk. I, III/d, 2009

Pembina, IV/a, 2012

Pembina Tk. I, IV/b, 2015

Pembina, IV/a, 2012

Pembina Utama Madya, IV/c, 2018

Pembina Utama Madya, IV/d, 2022

Pendidikan

Sarjana Ilmu Administrasi Publik Universitas Hasanuddin

Magister Ilmu Administrasi Publik Universitas Hasanuddin

Doktor Ilmu Administrasi Publik Universitas Hasanuddin

Jabatan

Kasubag Administrasi Pembangunan Bagian Bina Program Sekretariat Daerah Kabupaten Mamuju Tengah (2005-2008)

Kepala Bidang Pengembangan Fisik dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mamuju Tengah (2008-2011)

Inspektorat Pembantu Wilayah IV pada Inspektorat Kabupaten Mamuju (2011)

Sekretaris Dinas Pertambangan, Energi dan Perindustrian Kabupaten Mamuju Tengah (2013-2015)

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Mamuju Tengah (2013-2015)

Asisten Bidang Administrasi dan Pembangunan Sekretaris Daerah Kabupaten Mamuju Tengah (2015, 2016, 2021)

Sekretaris Daerah Kabupaten Mamuju Tengah (2023)

Organisasi

Ketua Perbakin Kabupaten Mamuju Tengah

Ketua Orari Kabupaten Mamuju Tengah

Ketua Pordi Kabupaten Mamuju Tengah

Dewan Pembina Forkompak Kabupaten Mamuju Tengah

RULI – SARMAN

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini