Erwin Feri Ramdon (kedua kanan). Lelaki kelahiran Jawa Barat 30 tahun silam ini adalah pelatih bulutangkis profesional. (Foto: Ist.)

TRANSTIPO.com, Mamuju – Tak sedikit maestro bulutangkis di Indonesia datang dari Provinsi Jawa Barat. Dua di antaranya, misalnya. Masih ingat ketika Sang Saka Merah Putih berkibar di sebuah gelaran olahraga pentas dunia?

Latarnya adalah Susi Susanti. Perempuan berkulit putih nan tinggi semampai itu terlahir di kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Pada Olimpiade Barcelona 1992, Susi Susanti menyabet medali Emas, untuk Indonesia.

Lain cerita dengan Taufik Hidayat—pebulutangkis flamboyan, di masanya. Lelaki Bandung yang kini telah jadi seorang ayah, pada puncak karirnya sebagai pemain bulutangkis, ia persembahkan mahkota yang begitu berarti bagi Indonesia.

Pada 2005, Taufik Hidayat berhasil menyingkirkan Lin Dan—pemain tunggal nomor satu dunia asal Tiongkok—di babak final kejuaran dunia bulutangkis. Setahun sebelumnya di Olimpiade Athena, Taufik juga berhasil sumbang medali emas.

Dari Desa Kersamenak, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, adalagi pemain penerus para maestro di atas—tentu dengan kelas yang berbeda. Namanya Erwin Feri Romdon.

Lelaki ini lahir pada 13 Juni 1987, di Jawa Barat. Erwin terlahir dari pasangan Amang Sumarna dan Titin Komala.

Kali pertama mengenal dunia tepak bulu datang dari ayahnya juga, Amang Sumarna. Kala itu Erwin masih terbilang belia, umurnya baru 8 tahun. Di sekolah , ia sudah duduk di bangku kelas 2 SD.

Bakat dan talenta Erwin jika ia bakal jadi pemain badminton—sebutan lain bulutangkis—sungguhan, sudah tampak sejak masih kanak-kanak.

Mengikuti putaran waktu, dengan pembinaan latihan, tekankan kedisiplinan, dan cita-cita besar yang tertanam dalam relungnya, terbukti—meski ia masih berusia remaja–banyak prestasi telah ditorehnya.

Sebutlah, sepanjang tahun 2001 hingga 2003, raihan Erwin itu, antara lain: Juara 1 Tunggal Remaja Putra Cirebon Open, Finalis Tunggal Taruna Zona A Padang, dan Finalis Tunggal Taruna Putra Zona Palembang.

Pada kurung waktu empat tahun (2004-2007), kala itu Erwin sudah memasuki usia taruna. Prestasi pun seolah datang satu persatu. Misalnya, Juara 1 Li-Ning Open Batam Internasional, Juara 1 Ganda Taruna Putra Mersing Open Johor Baru Malaysia, dan Semifinalis Porda West Java.

Prestasi di level nasional dan internasional tak kalah banyak seperti yang disebut di atas. Dua tahun kemudian, Erwin memutuskan cara membangun prestasi yang lain: jadi pelatih bulutangkis.

Di 2009, hingga 2011 itulah sejak mula sebagai asisten pelatih. Tapi menjadi asisten pelatih sosok Rikki Subagja, menjadi kebanggaan tersendiri baginnya.

Erwin terus mendampingi Rikki di Pussat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Bulutangkis CBN Island Indonesia. Tahun 2011-2014 Erwin sedah jadi Headcoach (pelatih kepala) PBSI Sungai Gunting Pekanbaru, Riau.

Kejutan baru kembali datang pada diri Erwin. Pada 2014 hingga 2016, ia memilih bermukim di negeri jiran, Malaysia. Di sana ia melatih Club Mersing Johor Baru.

Tak sampai berakhir tahun 2016, Erwin memutuskan kembali ke tanah air. Setibanya di Indonesia, ia dipercaya jadi headcoach (kepala pelatih) di Pusdiklat Bulutangkis Telkom Bandung, Jawa Barat—hingga sekarang.

Di Pusdiklat Telkom itulah, binaan Erwin mencecap prestasi yang gemilang—dari kelas remaja hingga taruna. Lewat sentuhan tangan dingin Erwin, nama Pusdiklat Telkom Bandung kian melejit, dan nama perkumpulan yang dipimpinnya itu sangat dipehitungkan kalangan klub-klub bulutangkis ternama di negeri ini.

Tak terbantahkan memang—dan tentu tak sekedar isapan jempol—seabrek medali/tropy pun sudah ditorehkan atlit-atlit bulutangkis dari Telkom Bandung sepanjang tahun 2016-2017.

Prestasi yang paling membanggakan, yakni anak-anak binaan Erwin—Pusdiklat Telkom Bandung lebih tepatnya—berhasil menembus Pemusatana Latihan Nasional (Pelatnas) Indonesia. Tersebutlah nama: pasangan ganda taruna putra Aldi Efendy/Guntur Tetuko dan Robby Darwis, pemain mix double.

Pasangan ganda taruna putra lainnya, Abiyyu Fauzan/MS Fikri menjadi yang terbaik di danda taruna. Ujungnya, ia berada di peringkat nomor satu nasional, dan sekaligus mewakali Indonesia di kejuaran Asian Junior Championship (AJC), akhir Juli lalu.

Sedangkan pasangan Steven Henri Cornelis/Habib Alfariz pada ganda taruna dan ganda campuran, terpilih membawa bendera Indonesia di ajang Asian School di Singapore, 13 -23 Juli 2017.

Erwin Feri Ramdon (tengah). (Foto: Ist.)

Di bawah ini, prestasi atlit-atlit Telkom Bandung di pelbagai event nasional.

Juara 1 Junior Master 2016 di Nomor Ganda Taruna Putra di Semarang, Jawa Tengah: Juara 1 Ganda Taruna Putra Sirkuit Nasional (Sirnas) 2016 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan; dan Juara 1 Ganda Taruna Putra Sirnas Jawa Barat 2016.

Bukan itu saja. Dalam perbincanganya dengan Penulis, Erwin Feri Ramdon tak mau sesumbar terlalu banyak. Yang pasti, katanya, telah setumpuk prestasi yang sudah diraih pebulutangkis muda binaan Pusdiklat Telkom Bandung—di bawah nakhoda lelaki periang ini.

Sayang, kini Erwin sudak tak di sini: ia telah meninggalkan Indonesia—untuk sesaat tentunya—dan kini telah berada di negeri paman sam, Amerika Serikat.

Di sana, Erwin melatih anak-anak bule main bulutangkis.

MUH. SABARUDDIN Kontributor

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini