TRANSTIPO.com, Majene – Pesepakbola yang satu ini namanya tiba-tiba mencuat setelah sukses bermain di kasta tertinggi sepak bola Liga Indonesia.
Sebelumnya, namanya tidak terlalu dikenal, karena memang dia jarang bermain di turnamen-turnamen besar di wilayah Sulawesi Selatan khususnya, seperti Habibie Cup, Piala Suratin ataupun turnamen lainnya.
Awal mengenal dan bermain sepak bola atas dorongan mendiang pamannya, Syaiful Ridwan atau yang akrab disapa Soang. Keempat kakaknya, semuanya pemain sepak bola di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar).
“Rumah saya dekat stadion, setiap mereka (kakak dan paman) latihan atau bertanding, saya kerap menyaksikan sembari main di pinggir lapangan dengan teman-teman dengan kaki telanjang,” ujar pria kelahiran Majene 1981 ini.
Dari perbincangan singkat dengan pesepakbola yang semasa merumputnya identik dengan nomor punggung 81 ini, Ia mengisahkan bahwa ketika duduk di bangku SMA, dia dan teman-temannya kerap memperkuat sekolahnya SMA Negeri 2 Majene, diberbagai turnamen antar kampung (tarkam).
Pada Tahun Ajaran 1996/1997, Diklat PPLP (Pembinaan dan Latihan Pelajar) Makassar, melakukan try out di Kabupaten Majene, dan SMA 2 salah satunya yang menjadi lawan dalam laga uji coba tersebut.
Dari ajang ini, Bapak Mustari — Pelatih PPLP — melihat potensi yang dimiliki M. Ilham, sehingga dia meminta kepadanya untuk bergabung dengan Diklat PPLP Makassar.
Melalui pertimbangan orang tua, paman dan saudara-saudaranya yang lain, akhirnya M. Ilham memilih pindah sekolah ke SMA Negeri 7 Makassar dan segera bergabung dengan Diklat PPLP.
Selama di PPLP M. Ilham pernah mendapat panggilan untuk memperkuat PSM Yunior.
Selesai Pendidikan SMA-nya tahun 1999, M. Ilham akhirnya kembali ke kampung halamannya, Majene.
Di Majene, Ilham bergabung dengan beberapa klub amatir seperti PS. Samsat, PS. Poralle yang bermarkas di Salabose, dan terakhir Persia Majene.
MERANTAU
Hampir dua tahun menganggur, setelah lulus dari sekolah SMA, Ilham memutuskan untuk merantau keluar pulau.
“Saya pergi merantau bukan dengan cita-cita untuk menjadi pemain sepak bola profesional, tapi untuk mencari pekerjaan seperti menjadi karyawan di perusahaan,” tuturnya.
Maka dipilihlah Kota Batam, Kepulauan Riau, sebagai kota tujuan untuknya mengadu nasib.
Tidak memerlukan waktu yang lama, M. Ilham diterima sebagai karyawan di perusahaan Telkom Batam.
“Saat itu mereka (pihak Telkom) lagi butuh pemain sepakbola, makanya saya langsung diterima setelah mereka melihat saya bermain,” ucap bapak tiga anak ini.
AWAL DILIRIK
Selama menjadi karyawan, Ilham berhasil mengangkat pamor PS.Telkom di berbagai turnamen.
Dari turnamen ke turnamen yang diikutinya, dia selalu mendapat pujian dari penonton dan pengurus sepakbola yang ada di Kota Batam.
Manajemen PS. Batam yang melihat kemampuannya, langsung merekrutnya untuk mengisi skuadnya pada kompetisi Devisi III PSSI yang diselenggarakan di Stadion Hang Tuah, Pekanbaru, Riau.
“Saat itu PS.Batam hanya sampai di semifinal,” cerita M. Ilham.
Setelah Devisi III berakhir, Ilham kembali mendapat panggilan untuk memperkuat Kota Batam pada Porda Kepulauan Riau 2003. Di event dua tahunan ini, Kota Batam berhasil meraih medali emas di cabang olahraga (cabor) sepakbola.
PSPS PEKANBARU
Menonjol di Porda membuat pelatih PSPS Pekanbaru Sofyan Hadi memanggilnya untuk bergabung di skuad “Askar Bertuah”.
Pada saat itu PSPS Pekanbaru dihuni sederet bintang eks PSSI Primavera, seperti Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto, Aples G Tecuari, dan lain-lain.
Satu musim di PSPS kembali mendapat panggilan untuk memperkuat Pra PON Kepri yang akan berlaga di Provinsi Lampung.
BERKARIR DI PULAU JAWA
Musim 2004/2005 M. Ilham bermain di kompetisi Devisi I bersama Petrokimia Putra Gresik, dan berhasil meloloskan Kebo Giras ke Devisi Utama.
Musim 2005/2006 hengkang ke Pelita Kratau Steel selama satu musim.
2006/2007 Mendapat tawaran dua klub bersamaan, yakni Persija Jakarta dan Persikota Tangerang. Namun Ilham lebih memilih bergabung dengan tim “Bayi Ajaib” dengan alasan bisa bersama Mundari Karya — pelatih yang dianggapnya sudah seperti orang tua sendiri.
Di Persikota, dia hanya bermain satu putaran, karena pada paruh musim pihak manajemen melakukan perombakan total, baik pelatih maupun pemain.
“Di paruh musim itu, Persita Tangerang juga meminang saya, namun Persikota tidak merelakan kalau saya sampai bergabung dengan Persita karena dianggap sebagai rival se-kota. Sehingga saya menerima tawaran Persija Jakarta untuk bermain di putaran kedua,” papar M. Ilham.
PERSIJA DAN TIMNAS
Musim 2007 – 2011 Adalah musim M. Ilham merumput untuk “Macan Kemayoran”, bermain di Ibukota dan menjadi idola The Jak Mania. Tidak terbayangkan kala masih bermain untuk PS. Poralle yang merupakan Klub asalnya bersaudara.
Berhombase di Gelora Bung Karno, tidak pernah diimpikan kala masih menendang bola dengan kaki telanjang di pinggir lapangan Stadion Prasamya Majene.
Itulah yang dirasakan M. Ilham di puncak karirnya, pesepakbola dari Mandar yang bersinar di Ibukota.
Selama membela Persija Jakarta, permainan M. Ilham kian cemerlang yang membuat Benny Dollo, pelatih PSSI, kepincut dan memanggilnya untuk bergabung di skuad Merah Putih.
M. Ilham mengisi Skuad Merah Putih saat Pra Piala Dunia 2014. Selama bergabung dengan skuad Merah Putih, Ilham berhasil membukukan dua gol.
Pertama, saat laga away ke Turkmenistan, pertandingan yang dihelat di Stadion Olympic Ashgabat. Kala itu Timnas sudah tertinggal 0 – 1. Berkat kecekatannya berhasil memanfaatkan bola rebound tendangan M. Ridwan sehingga mengubah kedudukan menjadi 1-1, hingga bunyi pluit akhir.
Kedua, saat Friendly Match melawan Timnas Pra.Olimpiade Selandia Baru, disaksikan ribuan pasang mata yang memadati Stadion GBK Senayan Jakarta malam itu, M.Ilham berhasil menciptakan gol semata wayang untuk Timnas Garuda, hingga kedudukan menjadi 1-0 untuk Indonesia.
PANGERAN BIRU DAN BAJUL IJO
Musim 2011/2012, Ilham pindah ke Persib Bandung, yang merupakan musuh bebuyutan Persija Jakarta. Seperti yang kita tahu, apabila kedua tim ini bertemu, pasti selalu berjalan “panas”, bahkan dianggap sebagai El Clasico-nya Indonesia.
Bersama Pangeran Biru, Ilham hanya merumput setengah musim karena pada putaran kedua musim ini, ia kembali ke Klub lamanya PSPS Pekanbaru sampai berakhirnya putaran kedua.
Musim 2013/2014 kembali ke kandang “Macan Kemayoran” Persija Jakarta, namun kali ini hanya setengah musim saja, karena setengah musim berikutnya dia menjadi bagian dari “Green Force” Persebaya Surabaya.
Musim 2014/2015 kembali berlabuh di tim Ibukota Persija Jakarta, yang merupakan musim terakhirnya bermain di kasta tertinggi Liga Indonesia, dan akhirnya memutuskan untuk pensiun karena di musim ini juga sepakbola bola Indonesia mengalami dualisme kepengurusan dan kompetisi.
KEMBALI
Setelah malang melintang di berbagai klub profesional dan kompetisi Liga Indonesia lagi tidak stabil, M. Ilham memutuskan untuk pensiun dan pulang kampung.
Sekarang M. Ilham menetap di kota Makassar sambil fokus mengembangkan usaha yang dirintisnya, yakni bisnis travel Umroh dan Haji.
“Sudah nyaman di sini Bang, tanpa harus pergi meninggalkan keluarga lama-lama,” ujar pesepakbola yang menunaikan ibadah Haji bersama istrinya, Hj. Winda Pramitasari, pada tahun 2015 lalu.
“Kalau ingin menjadi pemain sepakbola, teruslah berlatih, jangan langsung merasa cepat puas, jangan sombong, dan paling penting disiplin,” pesan Muhammad Ilham.
YUDI SUDIRMAN