Perpustakaan Alexandria

1166
Alexandria, Mesir. (Foto: Tomi Lebang)

PEREMPUAN muda, ayu, dan ramah itu sudah menunggu kami di pelataran dalam gedung Bibliotheca Alexandria Egypt di kawasan bernama Ban Sharqi saat kami tiba.

Mengenalkan diri sejenak, Alma Abdullah lalu berjalan memandu kami menyusuri koridor-koridor bangunan modern, besar, dan ramai pengunjung siang itu.

Udara cukup panas di kota Alexandria, tapi ruang dalam bangunan ini begitu sejuk. Bukan karena hembusan mesin pendingin semata-mata, tapi konstruksi bangunannya yang unik membuat suhu turun menukik.

Inilah Perpustakaan Alexandria Mesir, gudang buku dan pengetahuan yang pernah — ratusan tahun lamanya — menjadi perpustakaan terbesar di dunia.

Alma mengajak kami ke pelataran bersekat kaca tembus pandang ke ruangan besar perpustakaan itu.

“Ruangan di bawah ini bisa menampung 2.000 pembaca bersamaan. Ini ruang baca terbesar di dunia,” katanya. Nun di balik kaca terhampar ruangan besar yang sebenarnya adalah sembilan lantai yang tampak seperti undakan.

Langit-langit ruangan itu tinggi di bawah atap yang miring dengan jendela-jendela berbentuk alis mata yang sedemikian rupa menyaring sinar matahari yang sampai ke ruangan. Seluruh pengaturan itu demi kenyamanan pembaca dan kelestarian koleksi perpustakaan.

Dapat dimaklumi karena Perpustakaan Alexandria menyimpan koleksi tak biasa, terutama naskah-naskah dan gulungan papirus yang ditulis ribuan tahun silam.

Perpustakaan Alexandria dibangun lebih 2.200 tahun lalu, tepatnya pada tahun 232 Sebelum Masehi oleh raja Ptolemey untuk semua karya kesusastraan Yunani. Pengurus pertama perpustakaan ini adalah murid langsung Aristoteles bernama Demetrios dari Faleron.

Demi membesarkan perpustakaan ini, Raja Mesir membeli ratusan ribu buku dari seluruh pelosok negeri. Setiap kapal dan penjelajah yang singgah ke Mesir akan digeledah. Buku dan naskah yang ditemukan langsung disita untuk jadi koleksi perpustakaan ini.

Perpustakaan Alexandria telah mengarungi begitu panjang sejarah peradaban manusia dan jatuh bangun kekuasaan besar di dunia.

Perpustakaan ini redup semenjak tahun 300 Masehi sampai 1700 tahun kemudian, tepatnya tahun 1990, ketika UNESCO dan pemerintah Mesir kembali membangunnya.

Perpustakaan yang terlihat seperti sekarang adalah bangunan yang diresmikan oleh Presiden Mesir Husni Mubarak pada 17 Oktober 2002.

Dunia menyambut kembalinya bekas pusat ilmu pengetahuan itu dengan menjadikan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Perpustakaan Sedunia.

Bangunan Perpustakaan Alexandria modern ini berbentuk bulat beratap miring yang terbenam ke dalam tanah. Ada lima lantai bangunan di dalam tanah dan empat lantai menjulang ke atas.,

Pemandu Alma menunjuk dinding granit hitam di sisi dalam. Katanya, itu lempengan batu granit Zimbabwe seluas delapan ribu meter persegi yang dipahat dengan aneka huruf dari berbagai bahasa yang pernah dikenal manusia selama 10.000 tahun.

Dan di sebuah ruangan, dua lempengan lebar dipajang sejajar berupa susunan ubin kuno yang tak utuh. Ini mosaik lantai dari bangunan perpustakaan Iskandariyah yang asli.

Ditemukan di antara reruntuhan yang sudah berusia 2000 tahun, lempengan itu masih nyaris utuh. Lempengan satu dengan lukisan anjing berwarna di tengah-tengahnya, dan lempengan kedua bergambar gladiator.

“Ini salah satu koleksi kami yang paling penting,” katanya.

Selain dua lempeng mosaik itu, Perpustakaan Alexandria memiliki ribuan manuskrip klasik pengetahuan dari abad 10 M-18 M, dari Alquran dan Injil kuno, sampai kitab-kitab Yahudi.

Perpustakaan Alexandria kini menyimpan koleksi digital manuskrip bersejarah yang terbesar di dunia. Selain sebagai rujukan ilmu pengetahuan dan museum, Perpustakaan Alexandria menjadi obyek kunjungan wisata terpenting di Mesir bersama dengan piramida, Sungai Nil, dll.

Tak terasa beberapa jam lamanya kami berkeliling menyusuri koridor dan bagian-bagian ruangan Perpustakaan Alexandria siang itu dipandu Alma Abdullah.

Sore menjelang ketika kami dilepas di pelataran bangunan untuk lanjut melancong ke kawasan kota tua yang menghadap ke laut mediteran.

TOMI LEBANG

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini