TRANSTIPO.com, Makassar – Jumat malam, 3 November 2017, saya dapat chat dari seorang teman. Dia ngajak ngopi rupanya. Lumayan, di Clarion Hotel, Jalan Andi Pangeran Nomor 3 Pettarani Manuruki, Tamalate, Makassar, Sulsel.
Kekika sedang menyeruput kopi Mamasa, dengan cita rasa yang khas, sejurus dengan itu seorang teman terlihat melambaikan tangan dari jarak yang hanya sepelemparan batu.
Rupanya teman itu orangnya Andi Idris Manggabarani—pengusaha real estate yang juga Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Sulsel.
Dari ayunan telunjuknya, saya sudah paham jika yang dimaksud gerakan tangannya ke lantai dua hotel berbintang empat itu.
Dengan sekelebat pula saya beranjak lalu menghampirinya. Teman itu bilang pada saya, “Kita ke atas. Ada pak IMB di atas.” IMB dimaksud adalah Idris Manggabarani.
Pada sebuah ruang yang lapang—ruang Jasmine—sedang ada perhelatan ‘kecil-kecilan’. Sebuah ajang silaturahmi partai pendukung Prof. Nurdin Abdullah, salah satu calon Gubernur Sulsel, tahun depan.
Saya tahu jika acara sudah berlangsung. Dari suara artis Sulsel Dian Ekawati—yang memandu acara saat itu—terdengar sahutan dan selingan tawa riang para hadirin.
Suasana tampak terasa akrab. “Profesor Andalan”, tagline Prof. Nurdin Abdullah, tengah bersiap tampil ke depan.
Dari balik sound system, begitu jelas suara Nurdin Abdullah mengucapkan terimakasih kepada sejawat yang hadir. Secara khusus ia haturkan kepada sejumlah pimpinan partai di Sulsel yang telah resmi mendukungnya untuk berlaga di Pilgub Sulsel 2018.
Keempat partai itu adalah PDIP, Partai Gerindra, PAN, dan PKS. Cukup mengantar sang profesor maju bertanding.
Prof. Andalan mengakui sudah road show di 24 kabupaten dan kota di Sulsel—paling tidak setahun terakhir ini. Ia bersyukur sebab di tiap kabupaten dan kota, pengurus dan anggota keempat partai pendukung itu bekerja dengan baik.
“Saya bersyukur mesin empat partai ini bekerja dengan baik,” kata Prof. Nurdin Abdullah di Jumat malam itu.
Kelompok relawan yang tumbuh sebelum adanya dukungan partai menjadi kian kuat sebab bisa bersinergi dengan partai yang lebih terstruktur dalam bekerja.
Sang Profesor kembali ke tempat duduknya. Dian Ekawati kembali mengundang sang tokoh, satu persatu.
Ketua PDIP Sulsel, Andi Ridwan Wittiri, tampil pertama mengemukakan alasan partainya mendukung Prof. Nurdin Abdullah (NA).
“Saya ditanya bu Mega. Kenapa milih NA. Maka kujelaskan, ‘Prof ini sudah membuktikan keberhasilannya dalam membangun’. Ibu pun memakluminya,” kata Andi Ridwan Wittiri.
“Bu Mega jadi yakin,” sebut Andi Ridwan lagi.
“Oke. Anda nanti pertanggungjawabkan. Semua perangkat partai harus mendukung. Jika ada anggota tidak setuju, ya pecat,” kata bu Mega (Megawati Soekarnoputri, red) seperti ditirukan Andi Ridwan Wittiri.
Mallarangan Tutu, Ketua PKS Sulsel, hampir senada dengan Wittiri. Mengusung Prof. Andalan pun melalui saringan Majelis Syuro.
“Majelis Syuro PKS mengamanahkan kita fokus pada figur yang didukung. Kalau ada yngg main dua kaki, kalau dia legislator, maka dia akan kena PAW,” tegas Mallarangan Tutu.
Salah seorang tokoh Mandar, Andi Idris Manggabarani, yang tampil sebagai Ketua Gerindra Sulsel semalam, mengatakan, partainya sengaja mengulur-ulur pengumuman dukungan karena menunggu Prof. Andalan mengembalikan formulir pendaftaran cagub, tempo hari.
“Kami menganalisa dengan baik tokoh sukses yang akan membawa Sulsel benar-benar maju. Sejak dua tahun terahir, elektabilitas pak Prof makin baik dan banjir dukungan,” sebut Idris.
Ini yang terakhir.
“Saya orang Bantaeng, dan tentu dukung sesama Bantaeng,” kata Ashabul Kahfi , Ketua PAN Sulsel.
Tapi, Ashabul Kahfi tambahkan, alasan yang lebih konkrit adanya bukti bahwa Prof. Nurdin Abdullah sukses membawa Bantaeng menjadi daerah surplus.
“Rakyat Bantaeng makin sejahtera,” singkat Kahfi, menutup.
SHAIFUDDIN KADIR