TRANSTIPO.com, Mamuju – Kelincahan Meydiyani Adventina di lapangan tepok bulu alias badminton tidak datang begitu saja. Ia ditempa dengan latihan yang serius oleh ayahnya sendiri di rumahnya, di kota Manado, Sulawesi Utara.
Teh Mey—sapaan akrab Meydiyani—menyebut nama guru tepok bulunya itu sejak kecil adalah Ayah Boy, ayah kandungnya sendiri.
Tak hanya Teh Mey yang rajin berlatih di rumah: tentu di pekarangan rumah. Rekan-rekan sepantarannya secara rutin tandang ke rumahnya untuk latihan bermain bulutangkis.
Seiring waktu berjalan, Teh Mey dan rekan-rekannya itu telah jadi atlet bulutangkis dengan torehan nama untuk beragam prestasi.
Flandi Limpela (Man’s Double Indonesia) misalnya, dia kini telah menjadi pelatih bulutangkis di negara Swiss.
Ada pula nama Deyana Lomban (Women’s Double Indonesia), sekarang jadi pelatih di USA, negeri Paman Sam.
Dan, yang satu ini publik sejagat begitu mengenal nama dan sosoknya: Lilyana Natsir, yang saat ini bertengger sebagai peringkat pertama dunia di sektor Mix Double.

Beberapa waktu lalu, Meydiyani Adventina menuliskan tautan melalui layanan perbincangan WhatsApp berupa kisah pendek tentang perjalanan karirnya.
“Pertama kali saya masuk lapangan hijau pada tahun 1992 di Gor Ari Lasut Manado, Sulawesi Utara. Ayah Boy memberanikan untuk menurunkan saya di pertandingan lokal. Saat itu pesertanya saya, termasuk Greysia Polii (Women’s Double Indonesia) yang kini masih aktif di pelbagai perhelatan kejuaraan bulutangkis dunia,” tulis Teh Mey.
Meydiyani ingat persis, sebutnya, pada 1992 Ayah Boy menuntunnya dalam berlatih dengan menguraikan penjelasan dari catatannya yang ia tulis sendiri pada sebuah kertas dengan memakai pensil.
Sang ayah, pelatih Teh Mey itu, menjelaskan cara menghitung poin, juga teknis dasar. “Meski begitu cepat saya pahami,” kisah Teh Mey.
Alhasil, ia mengaku, “Saya berhasil menjadi pemenang.”
Waktu terus berjalan. Ketika pada waktu yang tepat, “Saya telah memutuskan untuk jadi seorang pelatih yang serius.”
Memasuki awal tahun 2005, Teh Mey benar-benar telah menjadi seorang pelatih—ia meneruskan karir kepelatihan Ayah Boy, ayah kandungnya sendiri.
Ia ingat ketika untuk kali pertama menangani Fitriyani, dari sejak 2005 hingga 2008. Tak kepalang, pemain tepok bulu Fitriani ini berhasil masuk ranking 34 dunia untuk Women Single.
Meydiyani juga jadi mentor untuk pemain muda Fajar Alfian, dari 2007 hingga 2011. Dan, Fajar Alfian ini berhasil masuk ranking Mens Double di BWF 12.
Kebanggaan Meydiyani sebab pernah menjadi asisten pelatih Mix Double Richard Maenaky pada ajang persiapan Olimpiade Brazil 2016.

Ketika itu tercetuslah prestasi yang luar biasa: anak asuhnya, Ahmad Tantowi-Lilyana Natsir pada sektor ganda campuran merengkuh medali emas untuk Indonesia tercinta.
“Saat itu, 2015-2016, sebetulnya saya sedang melatih salah satu club di Malaysia. Tapi karena ini panggilan Ibu Pertiwi jadi saya kembali dan dipercaya mendampingi mas Richard,” kisah Teh Mey.
Sejumlah nama beken tak lupa Teh Mey sebut. Misalnya, Flandi Limpele, mantan pemain bulutangkis nasional yang begitu tangguh di eranya.
Boyke Runtunuwu, kelahiran Manado pada 11 Juli 1957. Banyak prestasi yang ia rengkuh. Detty Pungus yang juga kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 12 Desember 1960.
Diana Lomban juga adalah mantan pemain bulutangkis nasinal. Ia suksesor di lapangan setelah era ‘srikandi’ bulutangkis Indonesia, Susi Susanti.
“Sengaja saya sebut sejumlah nama-nama yang pernah begitu lama menghiasi wajah pemberitaan di media massa nasional dan dunia, untuk satu hal, bahwa pemain-pemain bulutangkis dari Sulawesi Utara pernah merajai kontestasi berkelas internasional,” begitu Meydiyani Adventina menutup perbincangan ini untuk transtipo.com.
Di ujung perbincangan kala itu, Teh Mey masih menyela, “Semoga tetap sukses Bang Jay di Amerika sana.” Bang Jay itu adalah suami Teh Mey, yang juga pelatih badminton di Amerika Serikat.
MUH. SABARUDDIN/SARMAN SHD