TRANSTIPO.com, Mambi – Desa Indobanua dan Desa Salubanua setali tiga uang dengan nasib sama berada di pinggiran. Tak hanya jauh dari ibu kota kecamatan, kondisi jalan menuju kedua desa ini belum bisa dilalui kendaraan roda empat.
Salubanua dan Indobanua bisa dibilang nasib terisolirnya sama. Kedua desa ini berada dalam rahim pemerintahan Kecamatan Mambi, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
Jarak dari Kelurahan Mambi — ibu kota kecamatan — ke Desa Salubanua sekitar 17 kilometer, sedangkan jarak ke Indobanua sekitar 16 kilometer.
Dua desa ini berjauhan. Jika Salubanua berbatasan dengan Kecamatan Tubbi Taramanu, Kabupaten Polewali Mandar, Indobanua berbatasan dengan Kecamatan Ulu Manda’, Kabupaten Majene.
Desa ini adalah kampung tua di Mambi yang mengalami peruntungan nasib baik seiring pemekaran desa belasan tahun silam.
Meski telah menjadi desa definitif, akses jalan ke sana belum lebih baik dari sejak zaman dahulu kala: menjangkaunya masih harus jalan kaki, atau dengan kondisi terpaksa bisa berkendara motor sembari beradu selamat di jalan.
Begitulah nasib desa pinggiran — pinggiran Indonesia yang belum berdaya untuk banyak hal.
Desa Indobanua mendadak viral pada Senin, 4 Desember 2023 lantaran si pemuda Hasriadi Age Putra (30 tahun). Lelaki Mambi pecinta berpetualang ini berdendang di media berjejaring WhatsApp, Senin.
Age — sapaannya — menyebarkan foto sebuah jembatan gantung yang tampak tergulung akibat hempasan air sungai yang meluap.
Menurut postingan Age, jembatan itu tergulung dan nyaris terhempas terbawa banjir setelah hujan berbilang jam melanda Kecamatan Mambi, Senin.
Camat Mambi Irwan (54 tahun) juga mengetahui kejadian tersebut. Ia dikonfirmasi pada Senin malam, 4 Desember, sekitar 22.30 WITA.
Kerusakan jembatan gantung di Dusun Palado, Desa Indobanua itu berdampak serius bagi 60 KK warga yang berdiam di dusun itu.
Jembatan gantung ini satu-satunya jalur lintasan menjangkau ke dusun lain bahkan hingga ke Kelurahan Talippuki dan Kelurahan Mambi.
Bagi warga dusun yang nekat menyeberang, terpaksa menggantung di bentangan besi tua pada jembatan itu.
Miris memang, tapi hidup warga Dusun Palado sangat banyak bergantung pada jembatan tua yang kini tampak seperti bekas putaran gasing akibat digulung banjir.
“Tidak ada akses atau jalur lain, kalau mau ke seberang ya menyeberang dengan berenang di sungai atau menggantung pakai tali besi jembatan,” kata lelaki Age kepada media di Mamasa, Senin.
Kepada Desa Indobanua, Dulla (58 tahun) belum berhasil dikonfirmasi. Telepon dan WhatsApp (mungkin) tak mendapatkan akses jaringan di tempat ia berada saat ini.
Camat Mambi Irwan menambahkan sedikit fakta terkait Indobanua.
Penduduk Desa Indobanua sebanyak 450 jiwa. “Kondisi jalan belum ada yang diaspal, baru ada sekitar 250 meter yang dibeton,” sebut Irwan dalam keterangan tertulisnya, semalam.
Dari Mambi ke Indobanua bisa dijangkau pakai motor.
Yang dibeton sedikit itu, dalam keterangan Irwan, dari Mambi sampai persimpangan SD Salubulung (Talippuki) baru pengerasan, disambung beton dan selebihnya jalan tanah.
Masih terngiang dalam ingatan. Belum lekang oleh waktu, ketika dulu warga berbaris dalam kelompok kecil berangkat dari Indobanua menandu pasien hingga ke Puskesmas Mambi.
Keterisolasian Desa Indobannua seolah “terbuka” kembali lantaran banjir trengginas dengan ketinggian air tak kepalang.
Air manggasak ke ketingggian membuat jembatan tua nyaris terbawa jauh ke muara sungai di pesisir pantai.
Hingga tulisan ini dibuat, tak tersiar kabar ada korban disertakan petaka di Senin naas itu.
SARMAN SAHUDING