TRANSTIPO.com, Tobadak – Telah menjadi pengetahuan jamak di Indonesia, dalam setiap keluarga — ini juga hasrat besar dan mulia bagi setiap orangtua ketika sudah menyekolahkan anaknya di level atas — hendak melihat berakhir di bangku sekolah dengan modal menenteng ijazah, bisa berkarir sebagai PNS.
Menjadi Pegawai Negeri Sipil atau Aparat Sipil Negara (ASN) masih dipandang primadona sesiapa pun, dan tak cukup sederhana menemukan kosakata menjelaskan kebanggaan itu, hingga kini.
Status sosial sebagai ASN atau Pamong juga seolah menempati strata tersendiri dalam masyarakat — dulu dan saat moderen kini. Jaminan beroleh penghasilan tetap adalah jawaban ke sekian mengapa menjadi ASN disebut primadona, juga dipandang akan terpenuhinya jaminan hidup kelak di hari tua.
Bagi Pemerintah Kabupaten atau Pemkab Mamuju Tengah (Mateng) hari ini, ini fakta baru. Ini kejadian yang tak lumrah. Seorang perempuan pemikir yang berasal dari pucuk pimpinan Bappeda Litbang didapuk jadi (Pj.) Sekretaris Daerah (Sekda).
Dari tiga nafas utama pemerintah daerah, selain posisi yang mengepalai Inspektorat dan Dinas Pendapatan, Bappeda adalah tempat yang sangat strategis.
Dan, sosok perempuan karir, Litha Febriani, SE, M.Si, yang dilantik jadi Sekda Mateng besok, Rabu, 4 September, bukan perempuan biasa: telah 21 tahun berkarir ASN, dan dalam dirinya mengalir darah Bangsawan Mamuju.
Ia besar di Mamuju, berasal dari keluarga pesohor: H. Akhmad Mustamin dan Hj. Asdia Andi Azis DAI — sebuah garis klan keluarga biru yang menyejarah.
Litha kelahiran Ujungpandang, Sulsel, 15 Februari 1983. Pangkat Pembina Tingkat I dengan Golongan 1V.b. Suaminya bernama Hermawan B. Husain dan telah dikaruniai 3 orang anak.
Relatif jarang media ini mempublikasi peran dan kiprah inovatifnya selama mengabdi di Bappeda Litbang Mateng, selain satu dua kali semata dan apresiasi penjelasannya relatif baik dan respek.
Undangan digital pelantikan Litha Febriani sebagai Pj. Sekda Mateng telah diterima media ini Selasa siang, 3 September.
Setelah besok, Rabu, Litha akan menjadi pembina untuk seluruh jajaran PNS di Kabupaten Mateng
Sekda adalah jabatan paling puncak dalam pola karier PNS di daerah. Posisi ini juga semacam Ibu bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah — jabatan politis yang diraih dari proses pemilihan demokratis. Ia tahu dan punya kuasa atas lekuk dan lika-liku keuangan daerah.
Jabatan prestisius memang. Dalam struktur jabatan, ia pemilik Eselon II.a, membawahi seluruh jabatan tekhis apa pun di pemerintahan daerah.
Perempuan Litha Febriani berjuang membangun karir dari bawah. Pada 1 Desember 2003, ia belum apa-apa selain statusnya sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), lalu terangkat jadi PNS dan pada 1 Januari 2005 mulai berpangkat Pengatur Muda, Golongan II.a.
Seiring waktu yang cukup lama — dari membaca Riwayat Kepangkatannya secara resmi — tibalah raihan Pembina Tingkat I/IV.b. Dan, sebagai Sekda tentunya, lebih tinggi lagi.
Jenjang jabatan pun demikian. Ia merangkak dari bawah, mengutip dari Curriculum Vitae-nya, yang dikirimkan ke media ini pada Selasa malam, ia memulai jabatan rendah sebagai Kepala Sub Bidang Pengembangan Penelitian Daerah Bappeda (12 Januari 2012).
Menjadi Kepala Bappeda Litbang Mamuju Tengah (2022 sampai sekarang) adalah titian panjang dari kesungguhan meniti karir yang tak mudah. Terutama setelah Sekda Mamuju Tengah kini.
Dalam jalur pendidikan formal setali tiga uang. Keharusan mengecap ilmu bagian dari tuntutan pekerjaan, terutama setelah ia mengepalai Badan Perencanaan Pembangunan Pengembangan dan Penelitian Daerah (Bappeda Litbang). Ia tahu makna dan efek Ilmu Pengerahuan.
Ia mulai Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Mamuju (1995). SMPN 1 Mamuju (1998) dan tamat di SMAN 1 Mamuju pada 2001. Melanjutkan pendidikan di jenjang lebih tinggi di STIE Muhammadiyah Mamuju (2006) dan seterusnya ke Makassar menempuh pendidikan Magister (S2) di Universitas Hasanuddin (2010).
Menjadi Sekda bukan kehendak dan hasratnya tentunya. Jawaban dari proses yang tak instan-lah yang membawanya hingga di posisi itu.
Meski nyaris semua insan cendekia muda yang telah merengkuh ijazah sarjana — minimal diploma sekalipun — memiliki impian jadi PNS, tapi sangat sedikit Pamong Negara berhasrat kukuh hingga ke puncak karir: Sekda.
RULI SYAMSIL – SARMAN SHD