Bagian SATU
Memori perjuangan Demmatande Cs di Benteng Salu Banga, Paladan, Kecamatan Sesena Padang, Kabupaten Mamasa.
(11 Agustus 1914 serangan pertama pimpinan Detasemen Vragaan, 24 Oktober 1914 Demmatande gugur di Benteng Salu Banga)
“JASMERAH — Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bangsa yang besar adalah Bangsa yang tidak melupakan sejarahnya”. Pesan Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama.
Izinkan kami mengulas secara singkat sejarah perjuangan Demmatande melawan penjajah kolonial Belanda di Bumi Kodosapata — Mamasa. Perjuangan Demmatande adalah salah satu bukti sumbangsih hadirnya Kemerdekaan Republik Indonesia.
TRANSTIPO.com, Mambi – Demmatande lahir di kampung Paladan, Distrik Orobua pada tahun 1862, atau 100 (seratus) tahun silam. Warga di pesisir pantai (Mandar) san tentara kolonial Belanda menyebut pemuda Paladan ini dengan sebutan Daeng Matande.
Kampung Paladan kini jadi Desa Paladan, Kecamatan Sesena Padang, Kabupaten Mamasa. Demmatande lahir dari pasangan Bongga Masarin (Ayah/Tawalian) dengan Aruan Bulawan (Ibu/Paladan).
Demmatande memiliki 5 (lima) saudara, yakni: Paotonan, Deppalana, Bongga Upa’, Sembanggayang, dan Langi’ Masirrin. Demmatande bersama istrinya Tasik Mentodo’ dikaruniai seorang anak yang bernama Aruan Bulawan.
Jiwa kepemimpinan dan patriotismenya sudah mulai nampak sejak masa mudanya.
Demmatande sangat dekat dengan warga yang dipimpinnya. Kampung Paladan di bawah kepemimpinan Demmatande berada dalam kondisi aman, tenteram, dan damai.
Demmatande juga sudah mulai membangun hubungan baik dengan pejuang-pejuang lainnya di wilayah Pitu Ulunna Salu (PUS), dan daerah-daerah lainnya seperti Toraja, Mandar, dan Bugis. (Bersambung)
IRVANDI DEMMATANDE – SARMAN SAHUDING