
Sejak dahulu kala, soal iuran bagi warga selalu jadi perbincangan, dan cenderung tak berujung.
Tapi tidak untuk kami: di neo Graha Nusa ini. Keputusan mesti ditentukan. Rasa aman, nyaman, dan hidup rukun pun sudah tak gratis lagi.
Tempo dulu, warga secara bergilir meronda seisi kampung. Pula tak gratis. Pakai penerang obor, tentu beli minyak tanah. Lampu center, apalagi. Tak ada batrei yang hanya bisa dicomot di toko manapun.
Ini sekadar bacaan pengantar bagi warga Graha Nusa yang hendak mudik. Hati-hati di jalan. Semoga selamat sampai di tujuan.
TRANSTIPO.com, Mamuju – Siapa saja ‘tamu istimewa’ dimaksud? Sekprov Sulbar Ismail Zainuddin, baru kali pertama berkunjung ke Perumahan Graha Nusa 2 Tahap II.
Ismail datang bersama Haji Tajuddin. Beliau ini Wakapolda Sulbar saat ini. Sudah dua tokoh yang disebut. Keduanya datang di perumahan baru ini tentu dengan sejumlah ‘pengawal’ dan rekan.
Pada petang itu, Rabu, 21 Juni 2017. Salah seorang penghuni perumahan dimaksud adalah Dr. Junda Maulana, M.Si. Penasehat perumahan ini sedang laksanakan hajatan kecil dengan tamu tak kurang 300 orang—termasuk ‘tamu istimewa’ itu.
Yang tampak makan-makan ramai memang, tapi tentu ini wujud ‘ibadah’ sebab masih dalam Ramadhan. Jadi nama hajatan kecil ini adalah Buka Puasa Bersama.

Beberapa hari sebelumnya keluarga Junda Maulana telah melayangkan ratusan lembar undangan. Sehari sebelum Rabu dipasanglah empat buah tenda super modern—entah apa namanya sebab modelnya seperti piramida lancip.
Pakai tenda terowongan itu sudah ‘ditelan masa’. Penutupnya berwarna putih, laiknya matras yang tipis. Bukan lagi pakai terpal. Ratusan kursi disusun secara rapi. Pekarangan rumah Junda yang lapang, ditambah satu ruas jalan ditutup maka jadilah seolah pertemuan besar.
Waktu berbuka telah usai—sekitar 30 menit kemudian—ketika sebuah rombongan kecil kembali memasuki Perumahan Graha Nusa baru ini. Rupanya yang datang adalah Wagub Sulbar Hj. Enny Anggraeni Anwar.
Lengkap sudah 3 ‘tamu istimewa’ yang tandang ke Blok B-1 itu kan!
Rabu petang hingga seperempat malam kemarin itu, Junda Maulana mendadak jadi ‘rebutan’ arah yang dituju. Memang tak salah juga. Dalam karir birokrasinya lelaki titisan darah tentara angkatan darat ini cenderung ‘mengilap’.

Jika ditarik ke waktu lampau—dalam periode tahun yang Pembaca sudah bisa tebak sendiri—lelaki dengan hidung mancung dan model rambut cepak penyuka seni dalam berpakaian ini, pernah menduduki jabatan penting di Pemkab Mamuju.
Salah satu yang paling anyar dalam benak Pembaca adalah sebagai Kepala Bappeda Mamuju. Kabar-kabar yang acap berlintasan dalam segala berita ketika alumnus STPN ini dilantik oleh Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh adalah, sebagai Penjabat Bupati Mamuju Tengah (2013).
Setelah setahun di Topoyo, Mamuju Tengah, Junda ditarik ke ‘Rangas baru’ dengan posisi tak kalah menyolok: Kepala Bappeda Sulbar. Pantaslah banyak tamu yang datang di waktu berbuka itu.
Dengan hadirnya Ismail Zainuddin di Graha itu, maka laman ini kemudian sebut: dua mantan Bupati Mateng duduk semeja di Rabu sore yang sejuk.
Adzan magrib telah berkumandang. Tapi dereten kursi belum berubah. Apa pasal? RT perumahan ini, Budianto, telah pula layangkan undangan—namun yang ini khusus diperuntukkan warga perumahan.
Maksud ini, seusai sholat Tarwih, seisi warga akan rapat. Apa saja isi rapat itu? Akan terurai singkat berikut ini.
Yang tampak pada gambar (gambar d) tak cukup selusin orang. Padahal seisi warga di perumahan ini sudah 91 kepala keluarga dari 127 rumah. Alasan yang lain lalai dalam rapat jelas: sudah tidur, masih lanjut ibadah malam, dan telah lebih duluan mudik. Ada pula yang sengaja tak mau hadir. Malas? Mungkin iya.
Ketika Junda mengantar rapat, bahasan pembuka adalah iuran. Keputusan rapat sebelumnya bahwa iuran wajib sebesar Rp 90 ribu per-kk dikoreksi secara resmi sebab banyaknya masukan warga (baca: protes).
Di rapat itu diputuskan secara resmi iuran wajib Rp 75 ribu dengan peruntukan: gaji security, jasa angkut sampah, dan ‘dana abadi’ RT—dengan segala urusannya. Pengumpulan iuran setiap bulan, atau sejak Mei, dilakukan security resmi dan dipegang oleh seorang bendahara.
Masih pula ada yang anggap iuran Rp 75 ribu ini tinggi/berat. Oleh Junda dan peserta rapat sepakat, “Kita pakai saja sistem subsidi silang. Yang mau bayar Rp 50 ribu saja silahkan, atau bahkan di bawah dari itu pun boleh, nanti kita genapkan saja.”

“Yang penting tidak boleh gratis. Kalo ada warga yang maunya gratis kita aka bicarai baik-baik. Jika masih tak terima, kita beri terguran sesuai undang-undang dalam perumahan. Saat kita ijab kabul dulu kan ada aturan yang di-TTD sebelum ambil kunci rumah,” urai Junda Maulana, tegas.
Ketua RT Budianto melaporkan. Portal untuk jalur masuk di pintu gerbang sudah terpasang. Portal besi untuk jalur keluar sudah jadi dan akan dipasang seusai Idul Fitrih nanti. Setiap jam 11 malam akan ditutup oleh satpam/security.
Tambahan pengaman di bagian belakang perumahan sudah pula dipasang. Sisanya menyusul. Lampu menerang di depan pos jaga juga sudah dipasang. Ade Candra—Kasat Narkoba Polda Sulbar—juga beri ketegasan.
“Perlu bikin stiker untuk kendaraan roda dua dan empat milik warga. Jadi bisa dikenali setiap pelintas, ini warga atau bukan,” usul Ade Candra—yang malam itu kerap diselingi untaian-untaian Ayat-Ayat Qur’an.
Soal mudik juga dipertegas. Bagi warga yang hendak mudik, wajib lapor ke security. Barang apa yang ditinggal di luar rumah. Semuanya perlu dilapor ke satpam agar dijagai. Yang dalam rumah tentu di luar tanggungjawab security—sebab setiap rumah tentu dikunci pemiliknya.
Tentang yang lainnya yang banyak-banyak itu, semisal agenda pembangunan Masjid, acara Halal bi Halal, perbaikan dan pembuatan taman akan dipertegas dalam perbincangan WhatsApp Grup Warga Graha Nusa 2 Tahap II.
Demikian ‘laporan hasil rapat’ ini yang diolah dalam gaya jurnalisme bertutur—sebuah gaya dalam ‘paradigma baru’ dunia jurnalistik modern.
Melalui sajian singkat dan sederhana ini, dari palung hati Mohon Maaf Lahir Bathin. Semoga kita semua kembali Fitrah di hari Kemenangan nanti.
SARMAN SHD