TRANSTIPO.com, Mehalaan – Angka Kematian Bayi (AKB) di Kecamatan Mehalaan, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar) meningkat drastis dalam tahun 2020.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Mehalaan, mencatat sebanyak delapan bayi yang baru lahir dinyatakan meninggal dunia. Kasus ini terjadi sejak Januari hingga Juni 2020.
Dari jumlah tersebut, empat bayi yang meninggal dunia secara beruntun pada bulan Juni 2020, diantaranya terdapat bayi kembar.
Hal tersebut dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa, dr. Hajai S Tanga, saat dikonfirmasi via telpon genggamnya, Sabtu 27 Juni 2020.
Hajai mengatakan, beberapa waktu lalu pihaknya telah mengkonfirmasi kepada Kepala Puskesmas Mehalaan, Nikmat Muslimin, terkait terjadinya kasus AKB yang tinggi di wilayah kerjanya.
Berdasarkan laporan Kepala Puskesmas kata Hajai, terjadinya kasus AKB yang tinggi dikarenakan pihak keluarga dari ibu hamil rata-rata menolak untuk dilakukan rujukan ke Rumah Sakit (RS), meskipun kondisinya urgen.
“Ada bukti surat pernyataan pihak keluarga menolak untuk dirujuk,” kata Hajai.
Selain itu, beberapa diantaranya disebabkan karena perkawinan umur 15 tahun, sehingga hamil dalam keadaan resiko tinggi atau hamil muda.
“Tapi seandainya mereka mau dirujuk pasti RS yang menangani akan melakukan berbagai upaya, tapi persoalannya tidak mau sementara resikonya sangat tinggi,” terang dr. Hajai.
Meski begitu, pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) dalam waktu dekat kan melakukan audit internal bagi para tim medis di Puskesmas, untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus AKB yang tinggi itu dari aspek kesehatannya.
Kata Hajai, dugaan sementara dikarenakan tidak adanya kesadaran masyarakat untuk mengikuti anjuran kesehatan saat sedang hamil.
“Tapi kami akan melakukan audit untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus AKB ini, dalam waktu dekat kami akan tinjau,” tandasnya.
Sementara itu pihak keluarga ibu hamil, Irdamayanti ketika dikonfirmasi mengatakan, saat ditangani pihak Puskesmas Mehalaan dirinya meminta untuk dirujuk ke RS Polewali Mandar (Polman), mengingat kondisi pasien memburuk. Namun pihak Puskesmas masih terus menunda.
“Beberapa kali kami minta untuk dirujuk, tapi selalu disampaikan jangan dulu, tunggu waktu dulu sebentar,” kata Irdamayanti.
Kepada keluarga pasien, pihak Puskesmas meminta untuk tidak secepat mungkin dilakukan rujukan karena masih menunggu proses kelahiran tiba.
“Kami masuk di Puskesmas jam 11 malam, nanti kami dirujuk besoknya pas jam 6 sore, setelah kondisi ibu hamil sangat memburuk,” katanya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak media belum mendapat konfirmasi dari pihak Puskesmas, beberapa kali dilakukan upaya konfirmasi kepada Kepala Puskesmas via aplikasi whatsapp, namun, tidak satupun direspon.
WAHYUANDI