Menag RI Prof. Nasaruddin Umar Sampaikan Kuliah Umum di STAIN Majene

518
MENAG RI PROF. Dr. KH NASARUDDIN UMAR, MA BEEI KULIAH UMUM DI STAIN MAJENE, SABTU, 30 NOVEMBER 2024. (FOTO: ALAN)

Inspiratif! Orasi di Studium Generale STAIN Majene, Menteri Agama: Bukti Masyarakat Mandar Bersahabat dengan Alam

TRANSTIPO.com, Polewali – Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA menyebut Geointelektual Mandar yang bersahabat dengan alam saat memberi orasi di kegiatan Studium Generale di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene, Sabtu, 30 November 2024.

Studium Generale (Kuliah Umum) Prof. Nasaruddiin Umar adalah bagian dari rangkaian agenda kunjungan kerja selaku Menteri Agama di Sulawesi Barat, 30 November 2024.

Selama di Sulawesi Barat Menag didampingi oleh Pj Gubernur Sulawesi Barat Bahtiar Baharuddin, Pj Bupati Mamasa Dr. Kuh. Zain, Pj Bupati Polman H. Ilham Borahima dan Bupati Majene Andi Syukri Tammalele.

Agenda pertama Menag setibanya di Polman yakni menghadiri kegiatan Haul ke-28 Anregurutta KH Abdurrahman Ambo Dalle.

MENAG RI PROF. NASARUDDIN UMAR DI STAIN MAJENE, SABTU, 30 NOVEMBER 2024. (FOTO: ALAN)

Kegiatan Haul tokoh Agama asal Wajo, Sulawesi Selatan itu dipusatkan di Kanang, Binuang, Polman. Acara ini berlangsung pagi hingga menjelang siang, Sabtu kemarin.

Kegiatan Menag selama di Polman dan Mejene cukup padat. Kegiatan itu di antaranya, menutup kegiatan pelatihan juru sembelih halal hingga kunjungan ke Ponpes As’adiyah Wonomulyo, Polman.

Saat menyampaikan ceramah, Prof. Nasaruddin Umar mengatakan bahwa Allah menciptakan bumi beserta para penghuni dan Geointelektualnya. Setiap daratan, bukan hanya geografis dan topografi berbeda. Namun juga peradaban Intelektualnya juga berbeda.

“Masyriq wal Maghrib, Timur dan Barat punya kekhususan. Barat melahirkan tokoh-tokoh Pilsuf, karena geointelektualnya mengandalkan otak kiri. Sementara di Timur cenderung menggunakan otak kanan,” kata Nasaruddin Umar.

Di depan patusan peserta, Menteri Agama memaparkan perbedaaan antara fungsi otak kanan dan kiri. Menurutnya, otak kanan lebih banyak digunakan untuk memainkan rasa. Sementara otak kiri memainkan rasio. Kualifikasi manusia lahir didikte oleh rasio dan rasa.

“Timur lebih banyak bersahabat dengan alam. Alam berpartisipasi dengan manusia. Sementara di Barat, alam hanya menjadi objek belaka. Barat membantah tempat angker dengan rasionalitas. Akibatnya tidak bersahabat dengan alam, bahkan eksploitasi alam. Inilah yang dilakukan oleh manusia modern,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Prof. Nasaruddin mengimbau mahasiswa mesti mampu menyelaraskan antara rasa dan rasio. Perilaku Agama para leluhur kita di Mandar menggunakan rasa, mereka bersahabat dengan alam bahkan berkomunikasi dengan alam. Mereka hidup dengan stabil tidak butuh peralatan modern. Terkadang pendekatan ilmiah dikibuli oleh alam. Mencoba menyingkap alam, namun alam tidak membuka sebagaimana dirinya.

“Coba baca Disertasi Prof. Baharuddin Lopa, dijelaskan bahwa nelayan Mandar sebelum melaut, mereka melangkahkan kakinya ke laut sampai di lutut. Mereka membaca alam dan saling berinteraksi. Ada waktu kapan akan berangkat, ada waktu untuk tidak melaut,” masih Menteri Agama.

“Masyarakat Mandar tidak butuh teknologi tinggi untuk berinteraksi dengan alam. Justru alam itu yang membuka dirinya kepada mereka. Pemberian makan dengan laut bukan untuk menyembah laut, tetapi mengadakan acara persahabatan dengan laut,” tegas Prof. Nasaruddin.

CIVITAS AKADEMIKA STAIN MAJENE KETIKA MENGHADIRI KULIAH UMUM MENAG RI PROF. DR. NASARUDDIN UMAR, MA, SABTU, 30 NOVEMBER 2024. (FOTO: ALAN)

Di tempat yang sama, Pj Bupati Mamasa, Dr. Muhammad Zain juga menyampaikan bahwa Prof. Nasaruddin Umar menginginkan STAIN Majene menjadi lembaga pendidikan Islam, tempat bersemainya antara rasa dan rasio.

“Beliau meminta agar ilmu hudhuri tidak hilang dari kurikulum pendidikan Islam di Indonesia. Rasio salah satu metode untuk mendapatkan kebenaran namun memiliki keterbatasan, sedangkan rasa (dzauq) punya keistimewaan unlimited,” ucap Zain saat diwawancara setelah Studium Generale.

Selanjutnya, dia memaparkan bahwa Ilmu laduni, ibarat menimbah air dari samudera yang sangat luas. Sementara orang yang mengandalkan rasio, ibarat mengambil air dari Cawang. Orang yang memiliki kemampuan menyeimbangkan antara rasa dan rasio akan memiliki keunggulan kompetitif.

ALAN – SARMAN

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini