TRANSTIPO.com, Topoyo – Bisa dibilang lebih separuh kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Barat adalah daerah tujuan transmigran dari Pulau Jawa. Sebutlah, Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Kabupaten Pasangkayu, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), dan Kabupaten Mamuju.
Kabupaten Mamasa pada beberapa tahun lalu juga coba menerima program transmigrasi tapi untuk ini bisalah disebut berantakan alias gagal. Kawasan transmigrasi yang ada di Kabupaten Mamasa hanya terbuka saat memulai program itu, tapi seolah menjadi hutan tak bertuan belakangan. Para transmigran dari luar pergi entah kemana.
Pada Kamis, 22 November 2018, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mateng menerima warga sekaligus mengantar warga transmigrasi yang berasal dari Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta ke lokasi pemukiman mereka, yakni di UPT Salundeang, Desa Batu Parigi, Kecamatan Tobadak, Mateng.
Hadir dan ikut serta saat pengantaran rombongan warga transmigrasi tersebut adalah Bupati Mateng Aras Tammauni Kepala Bagian Perencanaan Dirjen PKPI2trans RI yang diwakili oleh Kabag Program PKPI2 Sudarti, Wagub Sulbar Enny Anggraeni, penghubung Dandim 1418 Mamuju, Kapolsek Tobadak, Camat Tobadak dan sejumlah unsur OPD Mateng.
Saat Bupati Aras Tammauni beri sambutan, ia bertanya kepada warga transmigrasi dalam bentuk kuis atau jawaban rebutan.
“Apabila pertanyaan ini dapat dijawab dengan benar, saya kasi bonus Rp 300.000. Ini spesial, khusus masyarakatku yang baru. Ini uang pribadi saya,” kata H. Aras Tammauni sembari merokoh uang dalam kantongnya.
Pertanyaannya, “Siapa nama Bupati Mateng?” Dengan cepat warga transmigrasi berlomba mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan tersebut. Dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan H. Aras Tammauni, ada 4 warga transmigrasi yang berhasil mendapat bonus atau hadiah masing-masing Rp. 300.000.
Setelah kuis sedekah uang itu, Aras Tammauni bercerita. Jika dibandingkan transmigrasi yang sekarang dan yang dulu, bedanya seperti antara bumi dan langit. Mengapa saya katakan demikian, karena transmigrasi dulu masih minim transportasi. Jangankan motor, sepeda saja waktu dulu sangat susah. Dulu kalo kita masuk dengan cara berjalan kaki untuk nyampai di lokasi perumahan transmigrasi. Rumah transmigrasi saat itu berlantai beralaskan tanah, belum ada tembok, lantai kayu saja tidak ada, yang ada hanya tanah.
Sekarang, cerita Aras Tammauni, rumah para transmigrasi sudah layak dan indah, lantainya permanen yang dicor dengan semen, dan jalan masuk transmigrasi bagus serta transportasinya lengkap.
“Jadi, berani saya katakan transmigrasi di Salundeang, Tobadak ini adalah tamu transmigrasi yang spesial dan istimewa bagi saya, karena bagi saya saudara kita ini adalah pahlawan. Kenapa saya katakan pahlawan, karena mereka berani datang ke tempat ini yang asalnya dari kota dan berkecukupan, tapi mau ke desa terpencil seperti ini,” ungkap H. Aras Tammauni.
Aras berharap, saudara-saudara kita khususnya transmigrasi ini dapat membagi ilmu pertaniannya ke petani lokal yang ada di Mateng, begitu juga sebaliknya.
“Transmigrasi yang datang sekarang adalah warga Mamuju Tengah, kita sama,” terang Bupati Mateng ini.
Wakil Gubernur Sulbar Hj. Enny Anggraeni Anwar juga akan mendukung pembangunan insfrastruktur dalam peningkatan perbaikan jalan transmigrasi.
Ia mengatakan, saya selaku wakil gubernur berjanji mulai tahun 2019 kami akan masukkan anggaran jalan transmigrasi di sini. “Jadi insya Allah tidak cukup setahun jalan ini sudah bagus,” katanya.
RULI SYAMSIL