TRANSTIPO.com, Mamuju – Erni Agus dan Jumriah Ibrahim bisa ketiban durian runtuh manakala Musda III DPD Golkar Sulawesi Barat berjalan sesuai “skenario” politik.
Musyawarah Derah (Musda) DPD Golkar Sulawesi Barat (Sulbar) baru akan berlangsung hari ini dan besok, 18-19 Juli 2020.
Perhelatan Musda Golkar ini sejatinya akan dihelat April lalu namun larangan bergiat ramai di tempat umum belum diizinkan oleh pemerintah lantaran pandemi Covid-19.
Perhelatan partai berlambang Pohon Beringin ini tak seramai biasanya. Sejumlah titik jalan utama di kota Mamuju baru dipasangi umbul-umbul partai Golkar pada Jumat malam, 17 Juli 2020.
Pemasangan spanduk dan baliho oleh elit partai Golkar juga tampak sepi di area publik.
Di tempat acara Musda di d’Maleo Hotel & Convention Mamuju, mobil yang terparkir terhitung jari. Kader partai berkaos kuning juga tak tampak.
Sejumlah sumber menyebut, tak ada pengerahan massa kader Golkar. Tak seperti biasanya — pertemuan partai besar di sebuah acara bergengsi sebelum pandemi corona.
Semalam hingga pukul 11.55 WITA, nyaris tak ada pimpinan partai yang berkeliaran di Hotel Maleo itu.
Penelusuran di akun facebook (FB) yang ditengarai bagian dari pengurus Golkar dan simpatisan, beberapa pemilik akun memosting sejumlah foto.
Pengurus DPD Golkar Sulbar dan DPD kabupaten serta wakil-wakil “pemilik suara” sedang melakukan rapat internal. Waktu dan tempat rapat itu tak disertakan penjelasan.
“Tidak begitu jelas di rumah atau di hotel,” kata seorang Wartawan di Mamuju.
Sejumlah foto yang telah beredar luas itu, tampak benar Aras Tammauni sumringah. Lebih selusin pengurus Golkar mengelilinginya. “12 pemilik suara” di Musda sudah ada di sini.
Laman ini coba mengonfirmasi Aras Tammauni melalui telepon, tapi di ujung telepon tak ada penjelasan berarti sebelum telepon mati.
Kompak. Enam ketua DPD Golkar kabupaten di Sulbar tak ada yang mau bersuara. Telepon seluler rerata tak aktif, aplikasi whatsapp (WA) juga timbul tenggelam. Jika pun ada yang mengaktifkan, hingga tulisan ini dibuat, pertanyaan yang dilayangkan belum juga dibaca.
Pada pukul 22.00 WITA, Fariruddin Wahid melayani wawancara singkat melalui WA.
Siapa yang akan didukung oleh DPD Golkar Polewali Mandar (Polman) pada di Musda kali ini?
“Nampak mengarah ke Mateng. Tapi segalanya bisa saja berubah… hhhh,” tulis Fariruddin di WA.
Arah Mateng yang disinggung politisi muda Golkar Polman ini, Aras Tammauni.
Bekas ketua DPRD Polman ini masih belum percaya bahwa Musda “telah selesai” sebelum dimulai.
Nama Andi Ibrahim Masdar (AIM) yang disebut-sebut dan juga ditulis banyak media ikut bertarung calon ketua Golkar Sulbar, tak disangsikan Farid.
“Besok kita lihat. Ada tim AIM yang jalan.”
Sinyal Farid semalam itu seolah menutup ruang AIM. Jika benar “tim AIM” jalan, lalu siapa yang ia temui? Bukankan foto-foto yang beredar di FB itu seolah telah menggaransi bahwa “pemilik suara” di Musda Golkar telah berapat (baca: merapat) ke Aras Tammauni?
Politik kadang tak bisa diduga atau politik pilih memilih itu bisa diduga sebelumnya.
Beberapa waktu lalu berseliweran informasi di sejumlah kanal bacaan — media daring dan sosial media — beberapa pengurus Golkar telah publis kemesraan dengan Aras Tammauni, mulai di tingkat DPP Golkar hingga pengurus daerah.
Penelusuran laman ini, meski lebih banyak “kode” off the record (keterangan yang tak boleh diberitakan), Aras Tammauni meminang calon ketua DPD Golkar Sulbar tak sendiri.
Ada kekuatan lain yang “menemaninya”: uang.
Terkait mahar politik kepada setiap pemilik suara di Musda itu, tak terendus benar. “Biasanya sudah panjar, dan itu besar, sebelum calon pemenang diketahui.”
Keterangan demikian begitu tertutup rapat.
Haji Damris misalnya, jauh-jauh hari telah beri dukungan pada Aras. Selaku ketua DPD Golkar Mamuju, Damris kerap bersama Aras — sering dilihat di akun FB milik Damris Aralle.
Haji Sudirman, ketua DPD Golkar Mamasa, malah seolah “juru bicara” pemenangan Aras. Di banyak pemberitaan dalam pekan ini, Sudirman kerap beri keterangan mengenai kepemimpinan Aras di Golkar.
Sinyal dari DPP Golkar juga sudah bulat. Di pelataran Hotel Maleo, sekitar pukul 23.45 WITA, semalam, laman ini mengorek informasi dari salah seorang utusan DPP Golkar.
Apakah AIM kuat menantang Aras?
“Mau nabrak tembok!”.
Lelaki ini masih muda. Pakai masker saat dikonfirmasi. Bersama rombongan yang tak jelas siapa mereka, ia menutup obrolan singkat.
“Aklamasi ini (Aras Tammauni). DPP sudah,” kata lelaki H.
Keterangan yang paling ditunggui dari Usman Suhuriah. Maklum, kapasitasnya selaku Panitia Penyelenggara Musda III DPD Golkar Sulbar, Mamuju, 18-19 Juli 2020.
Usman terlampau sibuk. Jaringan komunikasi hampa. Tapi ponsel tetap aktif. Hanya kemarin, Jumat siang, ia masih beri jawaban sesingkat-singkatnya.
Sejak ia tinggalkan KPU Sulbar setahun lebih lalu, Usman masuk Golkar dan seterusnya menyemangati Golkar dengan ide-ide penyegar.
Pada Pileg 2019, ia raih satu kursi ke DPRD Sulbar sebagai wakil politik Polman, dan ia ditunjuk Wakil Ketua DPRD Sulbar.
Terkait Musda Golkar ini, hanya laman FB miliknya jadi penunjuk.
Tiga hari lalu ia menulis “idealisme Golkar”:
Eksistensi partai politik dengan potensi kekuatannya diuji lewat momentum pemilu atau pilkada terutama dalam “perebutan akses” untuk pengisian kepemimpinan di eksekutif maupun di legislatif baik di tingkatan nasional juga di daerah. Tujuannya tak lain agar perwakilan partai berada secara penuh dalam struktur pengambilan keputusan oleh usaha bersama bagi perbaikan kehidupan masyarakat banyak.
Namun demikian eksistensi partai tidak hanya ditentukan lewat ujian pemilu atau pilkada. Tetapi juga diuji lewat fase sebelum pemilu (pra election) dan setelah pemilu (post election)
Momentum Musda sebagai upaya untuk kembali meneguhkan struktur partai atau untuk melahirkan pikiran strategis partai merupakan bentuk perkuatan partai di antara fase sebelum dan setelah pemilu. Dan partai Golkar yang eksis sejak 1964 memiliki energi yang cukup untuk mengelola dua hal dimaksud.
Kutipan di atas merupakan “Energi Golkar”.
DPP Partai Golkar hendak mengukuhkan energinya, termasuk kader non Golkar yang mau bergabung — terlebih hendak mengetuai partai beringin.
Beredar luas soal ketentuan DPP Golkar kepada figur yang “melamar” jadi calon ketua DPD Golkar Sulbar.
Ali Baal Masdar sempat moncret namanya di Golkar beberapa bulan lalu. Bisa dibilang ABM menutup tahun di 2019 dengan sinyal bakan nakhodai beringin. Itu dilihat dari intensnya konsolidasi ke “pemilik” suara di Golkar.
Pemilik suara Golkar dimaksud adalah lembaga kekaryaan yang mendirikan Golkar dan lembaga sapihan yang didirikan Golkar: DPP pusat, DPD I Sulbar, 6 DPD kabupaten di Sulbar, KOSGORO, SOKSI, MKGR, KPPG.
Memasuki 2020 Aras Tammauni menggeliat dan seterusnya menggaransi apa pun syarat yang disodorkan.
Menarik ketika Aras Tammauni “menyetujui” anak-anaknya yang bernaung di partai lain mesti meninggalkan partai itu. Soal mereka bergabung satu gerbong dengan ayahnya di Golkar nanti, tak begitu jelas. Ini juga bakal jadi batu sandungan ke depan.
Siapa saja anak-anak Aras Tammauni di partai lain?
Arwan Aras (PDI Perjuangan) yang kini duduk di DPR RI; Amalia Fitri Aras (Partai Demokrat) yang kini duduk di DPRD Sulbar; Arsal Aras (Partai Demokrat) yang kini Ketua DPRD Mateng; dan Nirmalasari Aras (Partai Demokrat), anggota DPRD Mateng. Kerabat lainnya ada di partai lain, salah satunya Perindo.
“Syarat” lingkaran sedarah inilah yang “menggugurkan” ABM untuk diberi amanah memimpin Golkar. Oleh DPP.
Andi Ruskati Ali Baal, istri ABM, konon tak sudi meninggalkan Partai Gerindra dus enggan “keluar” dari DPR RI hasil Pemilu 2019 lalu.
Maka gugurlah nama ABM. Adeknya, Andi Ibrahim Masdar (AIM) alternatif dari Polman pesaing Aras. Nyatanya, hingga kini, AIM belum mengembalikan formulir pendaftaran yang ia ambil saat mendaftar sebagai calon ketua dua hari lalu. Pengembalian berkas pencalonan ketua itu berakhir hari ini, sebelum Musda dibuka secara resmi.
Syarat “diskresi” oleh DPP Golkar di atas bisa mempertemukan awal alur sajian ini.
Jika Arwan Aras Tammauni sebagai wakil PDIP Sulbar di Senayan “harus mundur” dari partai dan keanggotaan di DPR RI, maka rival separtainya pada Pileg 2019 lalu yakni Erni Agus (nomor urut 3) dan Jumriah AIM (nomor urut 4), salah satunya mengganti Arwan Aras.
Semalam hingga dinihari, sebuah mobil mewah dengan pelat “AD-Pasangkayu” kerap memutari Maleo. “Sepertinya mobil Agus, Bupati Pasangkayu yang juga dari PDIP,” seloroh seorang Wartawan.
Ini keputusan politik luar biasa, pada pihak Aras Tammauni tentunya. Empat kursi di dewan akan lenyap yang direngkuh oleh anak-anaknya dalam pertarungan politik Pemilu yang sungguh ketat, digaransi satu kursi Ketua DPD Golkar Sulbar.
Tapi primadona pemilihan Gubernur Sulbar (Pilgub) Sulbar 2022 juga kemilau yang tak gampang ditakar. Mungkin Aras Tammauni telah menatap selurus itu.
Walau satu klan politik baru tak jadi “menggurita” di banyak partai politik, tapi kekuatan baru telah digenggam: Golkar.
Selamat Musda III DPD Golkar Sulbar di masa pandemi.
Di Maleo Hotel, setiap pengunjung cuci tangan dengan air mengalir pakai sabun, ukur suhu, dan tetap pakai masker.
SARMAN SHD