TRANSTIPO.com, Mamuju – Memang, posisi Anwar Adnan Saleh sebagai Gubernur Sulawesi Barat dan sebagai suami Enny Anggraeni sulit untuk dipisahkan dalam dinamika apa pun.
Adalah kenyataan bahwa, Enny Anggraeni adalah istri Anwar. Di Pilgub Sulbar 2017 ini, Enny Anggraeni Anwar maju sebagai bakal calon Wakil Gubernur Sulbar, berpasangan dengan Ali Baal Masdar sebagai bakal calon Gubernur Sulbar.
Keduanya kemudian mengenalkan diri sebagai pasangan ABM-Enny, dengan mengambil tagline Maju & Malaqbi. Pasangan ABM-Enny maju sebagai cagub-cawagub yang diusung oleh 7 parpol besar, sedang, dan kecil. Masih ditambah lagi 3 parpol yang tak punya kursi di parlemen Sulbar serta partai baru.
Pasangan ABM-Enny, dan partai pengusung dan pendukungnya, telah mendaftar di KPU Sulbar, Jumat pagi, 23 September 2016.
Anwar datang tentu dalam posisinya sebagai ‘keluarga paling dekat’ Enny Anggraeni, cawagub Sulbar. Anwar datang berkemeja putih, dan lebih banyak duduk di luar kantor KPU, berpanas-panas dengan wartawan dan siapa saja, mengobrolkan apa saja.
Ketika deklarasi pasangan bakal calon salah satu peserta Pilgub 2017 ini, Anwar tak terdepan di gelanggang untuk ‘membuka jalan’ untuk ribuan orang yang berada di belakang ABM-Enny.
Anwar cukup datang, bersama Zulkifli Hasan—Ketua DPP PAN—dengan naik di panggung tempat deklarasi di Anjungan Pantai Manakarra, Mamuju, persis setelah ashar, sore.
Masih terlihat berkemeja putih, tapi jaket kulit hitam berlengan sudah membalut luarnya. Ia duduk-duduk saja sembari sesekali bertepuk dan menganggak jemari jempol jika yang ada pemandangan yang dipanjang serasi dengan gerakan sumringah.
Laman ini berasumsi, tampak sekali Anwar—AAS—sudah seolah ‘Bapak Sulbar’, padahal ia masih punya tugas formal hingga 15 Desember nanti, dan karena dengan itulah ia ‘tak boleh’ tampil selayaknya ketika ia masih ketua partai besar, seperti bertahun-tahun lamanya yang lalu.
Massa berteriak-teriak agar Anwar tampil menyapa mereka semua, tapi Anwar tahu aturan dan batas-batas yang masih harus dipegangnya hingga tiba waktunya leluasa ‘bermain’ politik—dunianya yang sangat diminatinya selepas ia meninggalkan bisnis besarnya di Jakarta, tempo dulu.
SARMAN SHD