Alamsyah ulas makna ‘ayam’ pada pakaian penari Pammose’ di tugu sejarah Mateng, semalam.
TRANSTIPO.com, Topoyo – KPU Mamuju Tengah meluncurkan Maskot dan Jingle Pilkada 2024. Peluncuran ini dilaksanakan di area tugu Benteng Kayu Mangiwang, Tobadak, Sabtu, 28 Juli, malam.
Terpantau, para tamu undangan menikmati malam pembukaan kirab terutama penampil tarian dengan sebuah tarian tradisional Mateng: tarian Pammose’.
Para penampil dalam tarian ini masing-masing membawa sebilah parang, dan parang itu sesekali diayunkan yang mendapat ekspresi penonton dengan teriakan dan meringis. Tarian Pammose’ ini oleh leluhur punya makna.
Selain tarian tradisional, pihak KPU Mateng juga persembahkan hiburan dari band lokal Mamuju Tengah, Sulawesi Barat: Band Projek Mangibang.
Ketua KPU Mateng Alamsyah, mengatakan, malam ini merupakan malam kirab Maskot dan Jingle Pilkada 2024 menandakan dimulainya tahapan pelaksanaan Pilkada 2024.
Menurut Alamasyah, maskot yang digunakan adalah hasil lomba sayembara sebelumnya. Maskot ini pemenang, terdapat gambar Ayam berkostum baju ‘Tarian Pammose’ — tarian tradisional Mateng.
Filosofi Pammose’ terutama pada ayam bermakna pluralisme, prinsip nilai pegangan KPU Mwteng pula. “Kan, ayam itu ada di mana-mana,” Alamsyah menginterpretasi filosofi itu.
Makna kedua, sambung Alamsyah, bahwa ayam itu mengayomi, ketika keluarga ayam diganggu misalnya (jnduk) ayam akan coba melawan: menunjukkan cara pengamanan keluarganya.
“Tentu filosofi ini sama dengan pemilu, bahwa KPU siap menjaga hak suara papak-bapak dan Ibu-ibu sekalian,” kata Alamsyah di atas podium dengan suara meninggi.
Makna ketiga, beber Alamsyah, ketiga malam tiba ayam kembali teratur ke kandangnya masing-masing. Filosofi ini memiliki kesamaan dalam proses pemilu.
Ia berharap agar KPU dan kita semua dalam pelaksanaan pilkada ini berjalan lancar tanpa ada gangguan dan kendala apa pun.
Ia tambahkan, masih pada ‘ayam’ di tarian itu, bahwa kostum tarian Pammose’ pada ayam — yang dikenakan penari — dimaknai masyarakat Mateng sedang mencari lahan dan waktu yang baik untuk melakukan penanaman agar tanaman itu tumbuh subur tanpa gangguan hama.
“Begitu pula di pilkada ini, ketika masyarakat mulai menanam kepercayaan, jaga masa depan calon yang telah dipilih,” ujar Alamsyah.
Menurut Alamsyah, banyak makna lain pada maskot pilihan itu, baik selama proses dan setelah pemilu. Terutama bagi seluruh jajaran pelaksana pilkada, waktunya banyak tersita untuk urusan kepemiluan — tidak siang tidak malam. Waktu urusan keluarga di rumah kerap berkurang.
Kegiatan ini turut dihadiri Ketua KPU Sulbar, Ketua KPU 6 kabupaten di Sulbar, seluruh jajaran KPU Mateng, Ketua Bawaslu Mateng, Ketua BPKD Mateng, Ratusan Badan Ad hoc (jabatan dan fungsi situasional), Anggota DPRD Mateng, Kapolres Mateng beserta jajaran, para tokoh masyarakat serta pimpinan di Pemkab Mateng.
RULI SYAMSIL