Saya ke ATM: 2004, 2024

2955
Anno AS

Catatan ANNO AS

TIGA hari terakhir adalah napak tilas saya keluar masuk di daerah yang pernah kudiami pada kisaran 2004 dan 2005. Masa di mana ketiganya memasuki situasi yang sedang genting. Sengaja tak menguraikan narasi situasi sebab saya yakin pembaca yang budiman dapat memahaminya, bukan?

Saya hanya menceritakan kisah ku beberapa kali ke sana. Hari ini saya kembali menjajal ATM. Menemani Pj Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin, dalam #SapawargaATM. Di sini, Bahtiar berdialog, memberi motivasi, bantuan dan mendengar aspirasi warga.

True Story 2024

Saya pernah ke tempat ini, sedang tugas di Trans TV masa itu. Selalu tiba di mana dalam keadaaan gelap. Suhu udara sangat melekat tubuh, suasananya sangat berbeda dengan apa yang kurasakan kali ini.

Kala itu suara letupan kerap terdengar pada setiap larut malam, gelap gulita, mencekam. Saya ikut bergabung bersama warga di tengah lapangan, pun memakai sarung membungkus badanku. Dinginnya tak keruan, menusuk hingga ke tulang.

Kamera tetap setia menemaniku. Hanya sesekali kukeluarkan, merekam yang benar-benar sangat penting. Demi menjaga batre kamera agar tidak cepat lowbath. Sebab jika lowbath, artinya saya harus tinggalkan Aralle. Mambi atau Tabulahan menuju Makassar. Maka dari itu sekali ke Mamasa kusiapkan 2 sampai 3 batre kamera.

Dulunya di sini gelap gulita, tak ada listrik apalagi jaringan komunikasi. Rumah penduduk dapat dihitung dengan jari. Jalannya penuh kubangan dan berkelolak-kelok entah ujungnya di mana?

Pada setiap persimpangan, kendaraan Taft 4 x 4 yang kusewa selalu dicegat oleh warga. Mungkin 10 hingga 30 orang. Sarung dililitkan pada leher, ada yang memegang parang, kayu yang ujungnya runcing serta celurit.

Saya dapat melihatnya setelah disorot oleh lampu mobil. Mereka tiba-tiba berdiri di tengah jalan, menahan kami. Sebelum bertanya wajahnya telah mencurigai kami, seolah tak percaya apa yang kujelaskan padanya.

Melewati satu kerumunan bukan berarti perjalananku telah mulus. Sebab tak jauh di depan saya pasti akan menemukan situasi seperti itu. Aralle, Tabulahan dan Mambi adalah kisah menjajal masa silam yang hari ini kembali terulang.

Mungkin saja warga yang ketemu atau kutemui bercengkrama sejak di sini ada di antara mereka yang pernah mencegatku. Menghardik, menegur hingga saling menggertak. Tetapi tak sedikit berteman hingga menemaniku sampai meninggalkan Mamasa dan menjemput ketika kembali lagi ke ATM.

Saat ini situasinya sudah sangat jauh berbeda. Gerak warga bergelut dengan kehidupan, nadi ekonomi lebih jelas dan terarah. Harapan pada alamnya untuk maju bersama menggelayut dalam impian mereka. Bohlam bohlam telah menyinari rumah warga, gedget telah dimainkan oleh anak-anak milenial ATM, mereka sudah berselancar dengan dunia luar. Melihat dunia untuk menggapai cita-citanya.

Dari sini sederet putra terbaik yang sukses di perantauan. Ada sahabat saya Tomi Lebang. Pun Rudy Alfonso Dubes Portugal, Anwar Adnan Saleh merupakan diaspora ATM di kancah nasional.

Aralle, 24 Juli 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini