TRANSTIPO.com, Topoyo – Kenikmatan dalam Ramadhan tidak saja saat datangnya waktu berbuka puasa. Tapi berbagi kepada sesama juga hadirkan kenikmatan tiada tak terkira.
Tuhan memang adalah seKuasa-Kuasanya mengatur hidup ini. Yang tak berpunya dan yang sedikit berkelebihan—bahkan yang melimpah seolah tiada takaran lagi—hidup rukun berdampingan.
Begitulah Sunnatullah—hanya Tuhan yang tahu rumusnya, mengapa hidup di dunia tak diseragamkan saja.
Yang miskin kerap menengadahkan tangan, dan yang berpunya dus yang kaya raya sudihlah berbagi.
Harmonika kehidupan indah bukan! Yang terutama bagi kaum yang berpikir.
Salah satu contoh harmonisasi atau keseimbangan hidup itu, boleh disebut itu terjadi pada sebuah titik kota, di pusaran Benteng Kayumangiwang di Topoyo, Mamuju Tengah, Minggu, 10 Juni 2018.
Pemandangan itu mewujud dalam dua lakon yang berbeda namun bertemu dalam satu pusaran yang sama: penyedia barang didatangi oleh pengunjung yang hendak memiliki barang itu.
Rasionalitas pun terbangun di sini.
Sang pemilik hajatan ini adalah Kerukunan Keluarga Wajo (KKW). Dari sejumlah pengurusnya, laman ini kemudian mengetahui tentang KKW ini adalah sebagai sebuah paguyuban masyarakat rantau dari tanah Bugis yang telah merenggang masa hidup beranak pinak di Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.
Dalam KKW ini, yang terutama yang berkelebihan, tumbuh solidaritas yang sama untuk berbagi kepada sesama. Cara berbagi yang mereka lakukan adalah dengan menjajakan sejumlah barang murah.
Inilah yang KKW Mamuju Tengah sebut Pasar Murah.
Bagi sejumlah pengunjung di pasar murah KKW itu, mereka menyambutnya begitu antusias.
“Sebuah ide yang luar biasa dari komunitas KKW di Mamuju Tengah ini. Kegiatan seperti ini setidaknya sedikit membantu masyarakat Mamuju Tengah dengan dibukanya pasar murah ini,” demikian pandangan dari penginisiatif kegiatan ini.
Yang tampak memang di lokasi pasar murah itu, banyak barang yang dijajakan. Dari beras, pakaian hingga perlengkapan dapur. Harga semua barang murah atau di bawah dari harga pasar umum, konvensional.
Meski niat awal bagi KKW, pasar murah ini diperuntukkan bagi masyarakat ekonomi lemah, namun kenyataannya tak sedikit warga dari kalangan ekonomi cukup juga datang berbelanja di pasar murah ini. Dari banyaknya pengunjung, yang sekadar melihat-lihat saja juga ada.
Dengan harga sembako yang murah ini menjadi daya tarik bagi masyarakat Mamuju Tengah. Harapan warga, ke depan bukan sekadar komunitas KKW yang tunjukkan andil begini, “Kalau perlu pemerintah daerah juga bikin seperti ini.”
Pertalian silaturahmi juga hadir secara bersamaan dalam ajang jualan murah ini. Sudah umum diketahui bahwa di Mamuju Tengah ini bermukim sekian banyak komunitas dengan latar belakang suku-suku bangsa yang berbeda.
Harmonisasi terbangun manakala keragaman itu menyatu dalam irama kehidupan dengan secara sadar hendak tumbuh dan berkembang bersama, bersaing secara sehat, dan yang lebih penting adalah tumbuhkan semangat berbagi tiada terikat waktu.
Lalu apa kata Nia? “Semoga Ramadhan nanti begini lagi, jika Tuhan panjangkan umur.”
Harapan Nia, yang seorang ibu rumah tangga di Topoyo, bahwa ini adalah awal yang baik. Nia juga punya idealisme merefleksikan pasar murah ini: semaraknya kegiatan ini sekalian menjalin silaturahmi antar-komunitas dari lintas suku-suku beradab sebagai awal titisan di Nusantara ini.
RULI SYAMSIL