TRANSTIPO.com, Topoyo – Bocah ini telah ditinggal ibu kandungnya sejak usia 6 bulan. Kini bocah tersebut telah berumur 8 tahun dalam asuhan Nawir Simun (58) dan Istrinya Mumi (56).
Ahmad Salsabila (8) nama bocah ini. Tetangga di dusunnya memanggilnya dek Onta.
Onta memanggil orangtua angkatnya itu sebagai kakek dan Nenek — Nawir Simun dan Mumi).
Bocah Onta berusaha membalas budi kepada kedua pengasuhnya itu dengan cara yang unik.
Meski masih belia, Onta paham betul kalau jualan kue neneknya di pasar terkadang tidak laku.
Dengan begitu, Onta lalu menawarkan diri untuk membatu menjual kue keliling di lingkungan tempat tinggalnya di Topoyo, Mamuju Tengah (Mateng).
Menjual kue keliling ini adalah cara Onta membalas budi kepada kakek neneknya yang telah merawatnya selama 7 tahun lebih.
“Bukan nenek yang suruh jualan, saya sendiri yang mau, kasihan kenek tidak ada yang bantu. Kalau ada hasilnya, nenek belikan baju, tas dan buku sekolah untuk saya juga. Saya sendiri yang mau jualan,” ujar Onta yang kini duduk di Kelas 1 SD Ngapaboa, Topoyo.
Saat diwawancara pada Selasa, 15 Juni 202, Onta duduk bersama kakek dan neneknya. Pengasuh Onta ini adalah warga Dusun, Balata Tomene, Desa Topoyo, Mateng.
Kakek Simun bercerita, dulu ketika Onta masih umur 6 bulan, datang seorang ibu yang seumur istrinya hendak menitipkan anaknya.
“Saat itu tahun 2013. Ahmad atau Onta masih merah-merahnya,” ujar Simun.
Kisah Simun lagi, ibu Onta bilang pada kami untuk dirawatkan anaknya ini.
“Ya, kami merasa kasihan. Dia minta tolong dirawat bayinya,” ujar Simun.
Sejak itu menyerahkan bayinya kepada Simun dan Murni, sampai kini belum sekalipun ibu kandung Onta datang melihatnya.
Menurut Simun, sampai sekarang ia tak tahu kabar ibu kandung Onta.
“Yang saya tau ibu anak ini orang dari Palu,” aku Simun.
Simun dan Murni bersyukur karena bocah Onta ini penurut.
“Malah dia sendiri mau bantu jualan kue. Onta tidak malu,” ujar Simun.
Hasil jualan kue itulah, menurut Simun, yang dipakai Onta bayar uang sekolah dan kebutuhan hari-hatinya. “Maklum neneknya juga sudah sakit-sakitan.”
Ironi bagi keluarga ini. Keluarga ini tampak miskin. Tinggal di rumah tak layak huni.
Keluarga ini tak pernah mendapat bantuan sosial apa pun juga.
Terkait ketiadaan beroleh bantuan sosial bagi keluarga Simun dan Murni, belum terkonfurmasi kepada para pihak yang bertanggungjawab terkait urusan bantuan sosial.
RULI SYAMSIL