TRANSTIPO.com, Mamuju – Mungkin lebih tepat bila disebut tiba masa tiba akal. Rapat kecil pada Minggu malam, 26 Agustus, di ruang tengah sebuah hotel kecil tak jauh dari terminal Simbuang, Mamuju, ide audiensi itu terbersit.
Disebut rapat kecil lantaran hanya 9 orang pengurus inti PWI Sulawesi Barat bertemu di malam pada akhir pekan lalu itu.
Selain agenda safari jurnalistik, yang jadi pembicaraan serius adalah telah genap 10 bulan PWI baru di bawah kendali Naskah M. Nabhan – Sarman Sahuding tapi baru sekali dilakukan audiensi dengan pejabat formal daerah, yakni saat bertemu dengan Bupati Mamuju Habsi Wahid beberapa pekan lalu. Sementara ke Gubernur Sulawesi Barat belum.
Selain membaca waktu yang terbilang lama, alasan lain juga karena per 1 September nanti, Naskah M. Nabhan sudah dalam status cuti atau non-aktif sebagai Ketua PWI Sulawesi Barat untuk waktu kurang dari setahun, ke depan.
Alasan formil Naskah cuti sementara lantaran ia ikut berkontestasi dalam Pemilu 2019 ini.
Nah, perbincangan menukik pada soal alangkah eloknya manakala sebelum benar-benar ketua jalani cuti, PWI anjangsana dulu minimal kepada dua petinggi lembaga formil daerah ini: Gubernur dan Kapolda. Itu pun jika di sana tersambut.
Esoknya, Senin, 27 Agustus, salah seorang wakil ketua di PWI mulai bergerak. Tak cukup sehari jawaban dari Rangas baru sudah ada. Maka jadilah audiensi pada Rabu malam kemarin, di awal malam di rumah jabatan Gubernur Sulawesi Barat. Sementara, audiensi berikut baru akan dijadwal layangkan surat pekan ini.
Dalam kemasan santai pada acara silaturahmi semalam di rujab gubernur itu, sepertinya Ali Baal Masdar manfaatkan betul momentum ini sehingga ia bicara panjang lebar. Ia sampaikan banyak hal di hadapan 23 wartawan pengurus PWI.
Mulai dari honor pengurus Masjid dan Gereja di 69 kecamatan yang ada di Sulawesi Barat hingga beasiswa bagi siswa yang berprestasi, termasuk mendorong peningkatan sumberdaya melalui pendidikan jenjang strata dua (S2) dan strata tiga (S3) di perguruan tinggi negeri.
Gubernur Ali Baal juga bicara tentang dari orang sehat hingga orang sakit. “Saya sangat konsen perhatikan warga kita yang sedang dirawat di rumah sakit. Tapi saya berpikir orang sehat perlu diurus baik-baik agar tidak sakit. Jambannya diperhatikan. Warga sudah selayaknya konsumsi air bersih. Kita bersyukur apabila sedikit orang yang berobat ke rumah sakit,” urai lelaki 58 tahun yang akrab disapa ABM ini.
Perihal Masjid dan Gereja tadi, ia bilang, “Saya sudah berkoordinasi baik-baik dengan DPRD Sulawesi Barat. Sebenarnya tadi siang (Rabu, red) saya mau ke kantor dewan, tapi teman-teman dewan pilih datang ke ruangan saya. Kami bicarakan—salah satunya—agenda APBD tahun depan. Ya, saya sampaikan memang aspirasi masyarakat untuk dibantu pembiayaan rumah Ibadah itu penting.”
ABM merinci, di 69 kecamatan, itu tugas provinsi bantu rumah Ibadah, “Kalau Masjid atau Gereja yang ada di desa atau dusun, itu kewajiban pemerintah kabupaten. Provinsi hanya bantu kecamatan, itu pun terkait honor pengurus Masjid dan Gereja, ya. Setiap Masjid kita bantu Imamnya dan 4 pengurus Masjid lainnya. Begitu pula Gereja, Pendeta dan 4 pengurus Gereja lainnya kita bantu. Kalau bangunan Masjid dan Gereja, ya, itu swadaya Jamaahnya masing-masing.”
Audiensi ini baik. ABM akui itu. “Saya tidak akan mencampuri urusan redaksi teman-teman pengelola media. Tapi saya mohon tulislah juga apa yang baik-baik yang kita kerjakan. Kalau saya salah, kritik saya. Begitu pula OPD-OPD. Tapi sesuai dengan fakta,” sebut Ali Baal Masdar dalam sambutannya.
Pilpres dan Polewali Mandar
ABM membaca desas-desus yang berkembang di luar selama setahun belakangan ini. Dari cara penyampaiannya di rujab semalam itu, ia paham benar di luar pemerintahannya—atau mungki pula di dalam?—ada pihak-pihak tertentu yang tak suka padanya. Atau tak suka kekuasaannya? Entahlah.
Hanya ia akui, “Kenapa banyak wartawan tidak suka saya?” katanya sembari tertawa, dan disambut tawa hadirin.
“Waktu saya bupati di Polman dulu, eh banyak juga wartawan tidak suka saya. Tapi saya jadi bupati dan jadi gubernur,” canda ABM.
Soal suka atau tidak suka, ia jujur mengakui, saya dan rekan-rekan wartawan perlu saling memahami.
“Cara silaturahmi seperti ini bagus. Saya harap jangan hanya sekali ini. Jangan hanya saat mau wawancara baru temui saya. Kita sama-sama luangkan waktu diskusi untuk daerah ini ke depan.”
ABM lantang—atau mungkin ia keseleo bicara—dengan menyebut posisi jabatannya itu. “Sudah ada yang bilang saya ini gagal, ha ha ha ….” Ia teruskan, “Kalau saya tidak baik, atau tidak disuka orang, ya… itu nanti. Siapa yang tidak mau dua periode,” celoteh ABM yang mengundang gelak tawa semua orang yang mendengarnya.
Tidak hanya itu. Kontestasi politik pemilihan presiden (Pilpres) 2019 pun ia umbar dengan begitu santai. Ia sadar betul jika posisi Andi Ruskati—istrinya—yang tak sekali pun bergeser dari tempat duduknya selama acara inti silaturahmi itu, bahwa dia, Ruskati, adalah Ketua DPD Partai Gerindra Sulawesi Barat.
Tentang Gerindra Sulawesi Barat dan Pilpres 2019, jauh-jauh hari Ruskati telah memimpin sebuah pemakluman bersama separtainya mendukung secara resmi Prabowo Subianto sebagai calon Presiden 2019.
Faktanya kemudian—seperti hari-hari ini yang kita tahu bersama—bahwa memang Prabowo adalah satu-satunya rival Joko Widodo di Pilpres nanti.
Ali mafhum betul posisi istrinya itu. Dan, ia sadar benar akan kondisi ini. Makanya, di depan wartawan ia buka semuanya.
“Kasimi pak Suhardi Duka jadi ketua pemenangan di sini. Syahrir yang sekretaris, dan Asri wakil ketua atau bendahara. Ibu (Ruskati, red) di dewan pembina saja. Terlalu sibukki’ kalau ketuaki’,” begitu lugasnya ABM bicara sambil menyeruput sayur sop—yang ia akui saat beri sambutan jika menghabiskan 2 mangkuk sop itu.
Andi Ruskati yang duduk tak jauh dari sisi suaminya ini, hanya menyela sekenanya, lalu diam dan bergeser memilih tempat duduk di mana di situ sudah banyak ‘ibu-ibu PKK’ duduk berdiam.
“Kalau ada yang tanya saya siapa yang didukung di Pilpres, ya, saya juga punya pilihan secara pribadi to,” ujarnya sembari terkekeh.
Dan, ia lanjutkan sambil menoleh ke kanan di mana Ruskati duduk di situ, “Biarlah Ibu di Prabowo, saya pak Jokowi karena komandanku.” Bersahut-sahutanlah suara tawa beragam irama bunyi sebagai bentuk kelucuan ulah candaan serius ABM pada semalam.
SARMAN SAHUDING