TRANSTIPO.com, Topoyo – Jelang tutup tahun 2019, komisioner kepemiluan di Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng) diterpa isu-isu dingin. Isu sedap-sedap ringan itu mengisi perbincangan terbatas di media sosial (medsos). “Tapi tidak terlalu hangat, sebatas obrolan ringan dan penuh tanda tanya,” kata seorang sumber di Topoyo, Mateng.
Sumber laman itu yang bergiat di dunia sosial dan media daring bilang bahwa isu dimaksud di kantor KPU Mateng itu, yakni pergantian ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mateng di tengah jalan tanpa ada penjelasan yang kita tahu.
Ketua KPU Mateng Suryadi Rahmat berhenti di tengah jalan, tepatnya pada 20 Oktober 2019.
“Pada 20 Oktober 2019, kami melakukan pleno. Dan setelah itu belum ada ketua. Semua tidak ada yang mau. Akhirnya pada 30 Desember turun SK dari KPU pusat, dan saat itu saya sebagai ketua,” kata Nasrul, ketua KPU Mateng yang baru.
Tapi sebetulnya, jelas Nasrul, ketua KPU itu beda dengan kepala dinas, misalnya. “Kami ini komisioner semua anggota. Sama misalnya dengan ketua kelas, ya, yang bisa suruh misalnya ambil kapur, dan lain-lain,” tambah ketua.
“Saya sebenarnya tidak mau, tapi tidak ada teman-teman yang mau, ya akhirnya saya terima sebagai ketua,” aku Nasrul.
Terkait keputusan misalnya, tambah Nasrul, itu diputuskan dalam rapat pleno KPU, “Yang itu semua anggota hadir dan hasilnya ya keputusan bersama, yang kami 5 orang komisioner ini,” jelas Nasrul.
Suryadi Rahmat, ketua KPU Mateng yang lama, datang menyusul di ruang kerja ketua KPU saat wawancara berlangsung pada Senin, 27 Januari 2019, siang sekitar pukul 15.18 WITA.
Nasrul dan Suryadi Rahmat tampak akrab-akrab saja. Namun, secara kasat, keduanya sesekali terdiam dan menunduk. Mimiknya—terbaca—seolah ada yang “tak bisa dikisahkan” kepada media.
“Kami ini yang bekerja adem-adem saja. Soal tidak terpublis keluar, yak an tidak semua persoalan kita buka ke media,” kata Suryadi Rahmat.
Suryadi yang mengaku dekat dengan—terutama saat dirinya masih ketua KPU—tapi ia sengaja tak umbar persoalan mundurnya sebagai ketua KPU kepada khalayak.
Apakah ada tekanan atau beban-bena lainnya sehingga mundur sebagai ketua KPU?
“Tidak adaji. Biasa-biasa saja,” jawab Suryadi di Kantor KPU Mateng, Jl Poros Topoyo, Tumbu, Kecamatan Topoyo, Mateng.
Suryadi Rahmat menjabat sebagai ketua KPU Mateng hanya selama setahun lebih. “Saya mundur sebagai ketua atas kemauan sendiri. Tidak ada tekanan dari siapa pun,” kata Suryadi.
Apakah terkait dengan Pilkada 2020?
“Ha ha ha….. Ah, tidak ada itu.” Suryadi mengaku kalau ia masih punya hubungan kekerabatan dengan Aras Tammauni, Bupati Mateng saat ini.
Nasrul tutup perbincangan dengan kru laman ini sebab Rapat Pleno KPU Mateng terkait Persyaratan Pemeriksaan Dokumen Calon PPK Kabupaten Mateng.
“Seperti sekarang, karena kami mau pleno, ya semua anggota hadir dan sama-sama sepakat, bukan kesepakatan ketua.”
Berikut nama-nama komisioner KPU Mateng:
Nasrul (Ketua, Divisi Keuangan, Umum, Logisltik dan Rumah Tangga), Suryadi Rahmat (Anggota, Divisi Teknik Penyelenggara), Jasmuddin (Anggota, Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM), Sampe Amiruddin (Anggota, Divisi Perencanaan, Data dan Informasi), dan Muhdar (Anggota, Divisi Hukum dan Pengawasan)—pengganti Galuh Prihandini yang mundur sebagai komisioner setelah ia jadi ASN di Pemkab Mateng. Muhdar sendiri dilantik sebagai komisioner KPU Mateng pada 21 November 2019.
Pada Rabu pagi, 29 Januari, laman ini mengonfirmasi Suryadi Rahmat terkait dana Pilkada Mateng 2020.
“17 M,” tulis Suryadi melalui WhatsApp.
RULI SYAMSIL/SARMAN SHD