TRANSTIPO.com, Polewali – Usai melakukan penelitian dan belajar teknik mengolah bahan baku makanan tradisional Golla Kambu di Desa Renggeang, Polman, rombongan peserta AIESEC—Program Kebudayaan dari 10 Negara—menyempatkan diri melakukan komunikasi sosial dengan masyarakat setempat. Mereka ingin mengembangkan pendidikannya selama Pra-PIFAF 2017 ini.
Mereka penyempatkan pula menyambangi salah satu sekolah mengengah atas untuk menularkan ilmu ekonomi bisnis. Ketika berlangsung proses belajar mengajar di SMA Negeri 1 Tinambung, tampak interaksi satu sama lain.
Setibanya di SMAN 1 Tinambug, Polman, Senin, 31 Juli 2017, peserta Pra-PIFAF ini disuguhi atraksi tarian tradisional dan modern. Hal ini dilakukan sebagai pembuka perjumpaan antara pelajar dan guru di panggung Loa-loa sekolah itu.
Mahasiswa AIESEC menyapa siswa-siswi yang tengah belajar di ruang kelas. Perkenalan satu sama lain tampak bersahaja. Sesekali canda tawa dan sharing pengalaman.
Mohammed, Katerina, dan Ruth Huang coba menanyakan pengetahuan pelajar tentang pemasaran usaha Golla Kambu sebagai usaha andalan di Tinambung. Mereka kemudian balik menyampaikan cara kerja bisnis yang baik sesuai ilmu yang mereka peroleh di perguruan tinggi Negara asalnya. Ini pula salah satu misi mereka—berbagi ilmu.
“Golla Kambu, usaha rumahan yangg turun-temurun. Dengan ide yang disampaikan kakak dari mahasiswa AIESEC, sangat berarti bagi kita dan masyarakat yang berkecimpun di usaha rumahan kuliner Golla Kambu,” kata sejumlah siswa saat tanya jawab berlangsung.
Marina, mahasiswa dari Ukraina, mengatakan Renggeang Mammis, bisa jadi salah satu nama produk yang digunakan untuk pengemasan dan pemasaran Golla Kambu hingga keluar negeri.
Produk makanan olahan rakyat ini adalah salah satu bukti aktifitas ekonomi yang menggerakkan roda ekonomi masyarakat desa. “Banyak cara dapat ditempuh dalam memasarkannya,” kata Marina kepada siswa.
Siswa bersyukur mendapat pengetahun baru dari mahasiswa asing ini yang notabene adalah mahasiswa dari sejumlah universitas ternama di negaranya. Mereka datang untuk membekali ilmu yang bermanfaat.
“Maka ilmu pengembangan hasil kerajinan nenek moyang kami—Golla Kambu—secara turun-temurun, menjadi modal utama masyarakat kita. Masuknya peserta AIESEC memberikan pembelajaran khsusus kepada peserta didik tingkat SMU, ini luar biasa,” kata Topan, pembina OSIS SMAN 1 Tinambung.
MEDIA CENTER KOMINFO/FRENDI CHRISTIAN