TRANSTIPO.com, Polewali – Gerakan #AyoMenulis yang diinisiasi perusahaan alat tulis Indonesia, PT Standardpen Industries sampai di tanah Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar). Seribu anak Sekolah Dasar (SD) Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulbar mengikuti gerakan Ayo Menulis dengan belajar menulis surat untuk Presiden RI, Polman, Rabu, 25 Oktober 2017.
“Saya Muhammad Fitra, saya ingin mengajukan transportasi bisa masuk desa Mosso seperti bus sekolah agar anak-anak sekolah tidak jalan kaki,” tulis Muhammad Fitra, siswa kelas IV SDN 025 Mosso.
Gerakan #ayomenulis ini diikuti oleh 22 sekolah se-Kecamatan Balanipa dari kelas 3 sampai kelas 6 SD. Bertempat di Desa Tammangalle, anak-anak penuh semangat menulis surat di antara pohon-pohon kelapa. Surat yang ditujukan untuk orang nomor satu di Indonesia kemudian diletakkan di lepa-lepa (perahu sampan) sebagai simbol armada pengangkut para nelayan yang ada di Polman.
Muhammad Ridwan Alimuddin, Ketua Armada Pustaka Mandar, mengaku senang gerakan #ayomenulis sampai di tanah kelahirannya. Menurutnya, selama ini kegiatan literasi lebih banyak melakukan #gerakan literasi berupa mengajak anak-anak atau generasi muda membaca saja.
“Adanya kepercayaan dari pihak Standarpen kepada kami, Armada Pustaka Mandar, dalam Gerakan #AyoMenulis membuat kegiatan kami makin berkualitas. Mengajak generasi millenial menulis, di tengah gencarnya serangan gawai, televisi, dan tsunami informasi pasti berat. Tapi itu harus dilakukan, sebab untuk mengatasi masalah yang banyak terjadi sekarang, di antaranya hoaks, bisa dibendung dan diatasi oleh orang terliterasi. Literasi itu baru lengkap bila dia membaca dan juga menulis,” papar Ridwan Alimuddin.
Irwan S, siswa kelas 4 SDN 046 Baru Parappe, dalam suratnya ia meminta bantuan kambing untuk dikembangbiakkan. “Lewat surat ini saya memohon kepada Bapak Presiden RI Joko Widodo untuk memberikan bantuan kambing untuk dikembangbiakan sehingga saya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya,” tulis siswa Irwan.
Sementara Aura Afifah, kelas 4 SD SDN 033 Tammangalle, mencurahkan kehidupannya pada surat yang ditujukan pada Presiden RI itu. “Saya sangat merindukan ayah saya yang jauh di negeri orang. Andai aku bisa bertemu Bapak Presiden Joko Widodo, saya akan meminta agar pak Jokowi memberikan pekerjaan untuk saya agar bekerja di dalam negeri saja,” tulis Aura.
Lain dengan Haisya, kelas 5 SDN 005 Pambusuang, yang bercerita tentang kedua orang tuanya. “Begini pak Presiden. Hidup saya begitu buruk. Ibu saya bekerja sebagai tukang tenun dan bapak saya bekerja sebagai tukang becak. Penghasilan ibu saya Rp 20 ribu sedang penghasilan Bapak saya Rp 30 ribu, kadang Rp 20 ribu. Sekian terima kasih,” tulis Haisya, tanpa meminta apa pun pada Presiden Jokowi.
Dengan adanya kegiatan belajar menulis surat ini, diharapkan anak-anak kembali giat menulis baik di sekolah maupun di rumah. Selain itu anak-anak diharapkan bisa bercerita tentang daerah atau tentang kearifan lokal setempat.
“Ada banyak cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk memupuk semangat dalam pengenalan literasi pada anak. Dari ajakan membaca 15 menit, menulis 15 menit hingga gerakan #seninmenulis 15 menit di seluruh sekolah,” kata Nury Sybli, pegiat literasi yang mengawal kegiatan Gerakan #AyoMenulis di seluruh Indonesia.
Dia menjelaskan, kegiatan menulis surat untuk Presiden RI ini diharapkan menjadi pengalaman yang bernilai dan menjadi tradisi bagi anak-anak dalam menulis tangan. “Akar dari pengetahuan itu Baca Tulis. Jadi butuh kerjasama yang baik antara guru dan orang tua untuk mengenalkan literasi sejak dini,” papar Nury.
Gerakan #AyoMenulis dan pembagian Satu Juta Bolpoin untuk Anak Indonesia di Sulawesi Barat ini digerakan oleh para pegiat literasi Armada Pustaka Mandar dan beberapa pegiat literasi di Kabupaten Majene, Kabupaten Polman dan sekitarnya.
“Saya percaya kegiatan ini akan diingat oleh anak-anak dengan kenangan yang kolektif,” kata Ridwan Alimuddin yang menjadi pelopor berlayarnya Perahu Pustaka.
Bulukumba juga Menulis
Syifa, siswi SD 279 Talle Talle, menyampaikan harapannya agar Presiden RI Joko Widodo datang ke sekolahnya. ”Saya ingin Bapak Presiden datang melihat sekolah kami, melihat anak-anak yang kurang mampu, juga untuk melihat anak-anak yang berprestasi,” demikian surat yang ditulis Syifa.
Lain lagi surat yang ditulis oleh Dian Fadillah, siswi kelas 5 SDN 279 Talle-Talle, yang menyampaikan keinginannya agar Presiden Joko Widodo menghajikan neneknya. “Saya ingin meminta tiket haji untuk nenek saya, karena saya ingin membahagiakan nenek saya dan orang tua saya.”
Gerakan #ayomenulis di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, dimulai sejak satu pekan terakhir, mengawali kegiatan di Kecamatan Kajang, Pulau Liukang Loe Kecamatan Bonto Bahari, Kahaya Kecamatan Kindang, dan pada Kamis, 25 Oktober, kegiatan diselenggarakan di Kecamatan Rilau Ale. Sementara di Kabupaten Sinjai, kegiatan dilaksanakan di SDN 45 Boja (fillial) Desa Puncak.
Ratusan lembar surat ditulis anak-anak dengan berbagai bahasa dan ungkapan. Ada yang bercerita tentang kondisi sekolah, menulis cita-cita, ungkapan kepedulian terhadap teman-temannya, ada yang meminta buku, ada juga yang bercerita tentang kondisi orang tuanya. Seperti Fatin Jusnira Fasira, siswi kelas 279 Talle-Talle, bercerita tentang orang tuanya yang sudah berpisah.
“Melalui surat ini saya sampaikan tentang keluarga saya yang sudah tidak utuh atau tidak harmonis. Saya tidak memiliki Bapak, KK juga akta kelahiran. Saya butuh akta kelahiran dan kartu Kartu Indonesia Pintar (KIP) karena orang tua saya tidak bisa membiayai semuanya. Saya juga ingin memiliki keluarga seperti Bapak yang harmonis,” tulis Fatin dalam suratnya.
Nury mengaku prihatin melihat mentalitas anak-anak di Sulawesi yang masih terbiasa dengan mencontek atau menulis dengan bahasa keseharian. “Masih banyak anak-anak yang menulis dengan bahasa Bugis Konjo. Misalnya, menyebut Presiden dengan Presideng (NG), Nelayan dengan Nelayang (NG). Ini tugas kita untuk mengenalkan bahasa Indonesia yang baik sekaligus kapan kita menggunakan bahasa daerah,” papar Nury.
Ingin Memberi Ikan ke Presiden
Seperti surat Nira Sania, siswi kelas 3 SD Pulau Liukang Loe, Desa Bira, Kecamatan Bonto Bahari. Dalam suratnya dia bercerita tentang Pulau Liukang yang banyak ikan. “Pulau Liukang itu pasirnya putih, banyak ikan, lobster, ikan kodo-kodo dan sunu. Saya ingin kasih Bapak Presiden ikan yang bermacam-macam karena Bapak saya nelayan yang mencari ikan. Tapi saya hanya makan lobster, tidak makan ikan, supaya ikannya dijual jadi uang untuk bayar sekolah saya,” tulis Nira.
Selain bercerita tentang keindahan Pulau Liukang, Nira juga menyampaikan harapannya agar Presiden Joko Widodo mengirimkan buku sekaligus berkunjung ke Liukang. “Saya ingin Pak Presiden Joko Widodo berkunjung membawakan buku cerita untuk kami semua.”
Ungkapan tulus dan jujur anak-anak yang mengikuti Gerakan #AyoMenulis ini diharapkan dapat membantu anak berani bertutur. “Kami percaya, dengan menulis, anak-anak akan terbiasa daya berfikirnya semakin kreatif.”
Satu Juta Bolpoin untuk Anak Indonesia
Polewali Mandar adalah kota pertama yang dikunjungi Standardpen di Sulawesi Barat setelah sebelumnya melakukan perjalanan di wilayah Sulawesi Selatan; Bulukumba, Sinjai dan Makassar. Bulan sebelumnya (September) Standardpen mengunjungi anak-anak di Bima, Tambora, Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB) dan bulan Agustus untuk anak-anak Flores NTT.
“Kami ingin anak-anak di timur Indonesia mendapat kesempatan menggunakan bolpoin dalam negeri melalui program Satu Juta Bolpoin untuk anak Indonesia. Ini bentuk kepedulian kami pada pendidikan di nusantara,” kata Shara Christanti, Public Relation Standardpen.
Kegiatan sosial ini sejatinya sudah berlangsung sejak 2015 dengan mengawali kegiatan di Indonesia barat yakni Sinabung, Sumatera Barat, lalu ke Banten, Pulau Jawa, Lampung dan sekarang di bagian timur Indonesia.
Cinta Produk Indonesia
Dalam kegiatan #ayomenulis yang digelar di Bulukumba ini, Standardpen membagikan ribuan lusin bolpoin legendaries AE7. Bolpoin Standard AE7 menjadi legenda turun temurun dengan pilihan warna hitam. AE7 dikenal sebagai pulpen terbaik yang banyak disukai masyarakat terutama di kalangan pelajar. Bukan hanya enak di jari tetapi kualitas tulisan dari AE7 menjadi identitas berkembangnya Standardpen, perusahaan bolpoin terbesar di Asia Tenggara.
Di sisi yang lain sebagai kampanye Cinta Produk Indonesia, Standardpen juga berusaha menjaga kualitas demi kepuasan konsumen dalam menggunakan produk alat tulis lokal. Sebab saat ini begitu banyak produk alat tulis impor dari luar negeri yang beredar di masyarakat, namun kualitasnya tidak memuaskan, bahkan ada yang memalsukan brand terkenal baik brand lokal maupun produk luar.
Tentang Standardpen
Beroperasi selama hampir setengah abad, produsen bolpoin terkemuka, PT Standardpen Industries (Standardpen), terus berkembang penuh inovasi. Sejak didirikan pada 1962 Standardpen telah memproduksi lebih dari 109 varian alat tulis. Seluruh produk dibuat dengan ratusan mesin canggih yang beberapa di antaranya diimpor dari Jepang dan Swiss. Standardpen mampu memproduksi sekitar 120 juta batang bolpoin dalam sebulan, juga memproduksi alat tulis lain seperti spidol, penghapus, dan oil pastel.
Salah satu penemuan terbesar Standardpen adalah oil gel, yaitu tinta dengan viscosity yang rendah dan super liquid. Pada pameran perdagangan 2003, Paperworld, di Frankfurt, Jerman, Standardpen menunjukkan teknologi tinta terbarunya, yakni G’soft (teknologi tinta gel berbasis minyak), dan menarik perhatian perusahaan-perusahaan manufaktur pena terbesar di dunia. Fakta ini merupakan bukti Standardpen adalah inovator kelas dunia.
Standardpen mulai memasok kebutuhan pasar domestik Indonesia pada tahun 1971. Sejalan dengan perkembangan kualitas dan inovasi produk yang semakin diterima pasar, saat ini produk Standardpen sudah melayani permintaan sampai ke mancanegara. Amerika, Jerman, India, Filipina, Thailand, Malaysia, Mesir, Iran, Dubai, Singapura, dan Australia. Indonesia sudah tentu menjadi leading company dengan pangsa pasar mencapai 50 persen.
Ayo bangga dengan produk lokal kualitas dunia.
Dirilis oleh Muhammad Ridwan Alimuddin
FRENDY CHRISTIAN