Selasar Gedung Perpustakaan Mateng Retak dan Menganga, Efek Perencanaan Awal yang Buruk?

1433
PADA DINDING BANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN MAMUJU TENGAH (MATENG) MULAI RETAK DAN TERKELUPAS. (FOTO: SARMAN SHD)

TRANSTIPO.com, Topoyo – Keramik 60×60 yang tampak baru itu kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Secara kasat keramik pada hampir keseluruhan selasar—terutama di sisi kiri, kanan dan belakang—bangunan Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Sulawesi Barat, itu di banyak titik telah retak dan pada ujungnya tampak menganga.

Ini terpantau pada Sabtu pagi, 30 Maret 2024. Meski belum semua keramik, tapi sepanjang di sekeliling—kecuali bagian depan yang belum tampak menonjol semuanya—sudah mengapa parah. Bahkan, ada di sejumlah titik yang saking menganga lebar sehingga keramik itu sudah tak melekat lagi pada dasarnya.

Salah seorang buruh bangunan ini yang pada Sabtu pagi itu sedang berada di lokasi bangunan, juga hanya bisa geleng-geleng kepala saat ditunjukkan sepanjang selasar yang retak dan menganga itu.

“Iya, tidak tau kenapa begini,” kata salah seorang tukang yang sedang berada di luar gedung bangunan perpustakaan ketika dimintai komentar media ini.

Seorang lelaki paruh baya ini mengaku sebagai buruh bangunan membenarkan jika pondasi bangunan ini turun.

Buruh bangunan ini tak sendiri. Beberapa kawan-kawannya sedang berada di atas plafon lantai dua mengerjakan perbaikan talang air dan pipa yang menjadi penyebab air hujan masuk ke plafon sehingga mengakibatkan plafon itu roboh, Januari 2024 lalu.

Sudah bukan rahasia lagi jika pondasi bangunan Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Mateng itu mengalami penurunan yang kuat dugaan itulah penyebab kerusakan pada selasar dan banyak titik pada dinding di bagian dalam baik di lantai 1 maupun lantai 2 gedung itu.

Media ini melihat secara langsung sejumlah titik pada dinding bangunan yang telah mulai retak. Pada sejumlah sudut tiangnya dan dindingnya pun plesternya terkelupas. Dengan ini kemudian diketahui campuran baru yang dipakai bukan batu cipping, tapi tampak seperti batu kali biasa.

Seorang sumber media ini yang tak bersedia dipublis identitasnya, juga mengakui kalau pondasi bangunan itu turun yang mengakibatkan kerusakan pada selasar dan dindingnya.

Dikonfirmasi pada Sabtu malam, sekitar pukul 21.00 WITA, sumber ini mengatakan, salah satu kelemahan (bangunan gedung Perpustakaan dan Kearsipan Mateng, red) adalah kontur tanah di sekitar kantor bupati.

“Kantor yang kami gunakan sekarang mengalami penurunan. Bahkan konstruksi pondasinya menggunakan jaring laba-laba, tapi toh turun juga. Apalagi kantor perpustakaan yang hanya menggunakan pondasi biasa saja tanpa menggunakan tiang pancang. Pasti akan lebih cepat turunnya,” kata sumber ini dalam keterangan tertulisnya kepada media ini.

Kelemahannya juga, sebut sumber ini, karena kantor perpustakaan itu sepertinya prototipe: konsep perancangan awal dari sebuah konsep atau bukti fisik.

Ia mengatakan bahwa pembangunan ini dimulai tahun 2023. “Kalau saya lihat dari foto bukan fondasi yang hancur tapi pondasi yang turun sehingga kelihatan rabat beton yang ada di samping itu yang kelihatan rusak,” kata sumber ini menambahkan.

Ia mengaku bahwa pada bulan Desember 2023 lalu, ia pernah jalan-jalan ke sana dan mengelilingi lantai satu bangunan itu, “Dan baik-baik saja.”

Hanya memang, katanya, kemarin (Januari, red) ada insiden, karena curah hujan yang sangat tinggi sehigga daya tampung talang air tidak mampu sehingga air melewati talang dimaksud.

Diberitakan sebelumnya, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Mateng, Ifrad mengatakan, “Saat hujan turun aktifitas di kantor terganggu akibat rembesan air hujan yang tetap lari masuk ke dalam gedung akibat konstruksi bangunan yang sedikit mulai miring,” dikonfirmasi pada Jumat, 23 Maret 2024.

Bangunan perpustakaan itu yang kini mulai ramai disorot, sumber media ini menyebutkan, “Sudah diperiksa BPK di daerah dan sudah ada konsep LHP.”

Dikonfirmasi terkait kelanjutan pembangunannya, ia mengatakan, “Masih masuk dalam tahap perawatan. Itu termuat dalam kontrak.”

Kejanggalannya, nasib kelanjutan proyek ini telah diputus kontrak. Seperti yang disampaikan Ifrad. “Bangunan itu sebenarnya belum rampung 100 persen, baru sekitar 90,84 persen. Gedung Perpustakaan Mateng itu dibangun pakai dana DAK (APBN) dengan besaran sekitar Rp11 miliar,” sebut Ifrad.

Meski di awal Ifrad menyebut kalau bangunan ini anggaran dari DAK pusat, Rp11 miliar. “Masa kontrak dengan pihak pelaksana, penyedia, berakhir pada tanggal 10 Oktober 2023. Saat itu belum rampung baru 90,84%, sehingga diberikan perpanjangan waktu 50 hari, namun pihak pelaksana belum juga bisa merampungkan sehingga kita lakukan pemutusan kontrak pada tanggal 29 November 2023,” jelas Ifrad, pekan lalu.

Karena belum selesai, tambah Ifrad, rencananya dirampungkan atau dilanjutkan di 2024 karena sisa anggarannya masih ada sekitar Rp800 juta.

Ifrad, menambahkan, sebenarnya alasan kita numpang di sini karena kontrak di gedung sebelumnya sudah habis, jadi kita inisiatif numpang di gedung (baru) ini.

Dilansir dari Portalsulawesi.id, proyek yang dimenangkan oleh CV. Mattampa Jaya, beralamat di Jl Trans Sulawesi, Desa Tobadak, Mamuju Tengah, semula dilelang dengan nominal angka Rp9.750.000.000.

Saat pengumuman pemenang, perusahaan CV. Mattampa Jaya satu-satunya perusahaan yang memasukkan dokumen pascapendaftaran paket dengan nilai penawaran terkoreksi berkontrak Rp9.747.780.006.39.

Pada saat paket ini dilelang, masih dari media online yang berbasis di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) menyebutkan, ada 10 perusahaan yang mendaftar sebagai perusahaan yang mengikuti lelang. Tapi hingga lelang ditutup dan diumumkan pemenang, hanya satu perusahaan yang melengkapi dokumen tender, dan itu yang dinyatakan sebagai pemenang, yakni CV. Mattampa Jaya.

Media ini menulis, kuat indikasi dugaan kekeliruan dalam pelaksanaan metode kerja oleh kontraktor pelaksana. Beberapa item yang menjadi pekerjaan utama terlihat mengalami retak dan cacat mutu.

“Selain plafon bangunan yang jebol pascadigerus hujan di bulan Januari, tampak juga lantai bangunan sudah mengalami pergeseran dan miring. Kondisi tersebut diperparah retakan memanjang pada selasar dan tembok bangunan yang mengindikasikan cacat struktur pada pekerjaan utama,” tulis Portalsulawesi.id, Selasa, 25 Maret 2024.

Dalam analisisnya, amblasnya pondasi pada salah satu sudut bangunan itu mengindikasikan tak berfungsi maksimal pondasi: sebuah rekayasa tehnik konstruksi yang dipakai pada tanah lunak. Hal ini bisa terjadi disebabkan beberapa hal, di antaranya pengurangan volume pembesian, dangkalnya galian, dan metode kerja yang keliru.

Selain itu, diduga kuat struktur pondasi yang dikerjakan oleh kontraktor pelaksana kemungkinan tak memperhatikan struktur tanah yang labil dan lunak, tak melakukan pengerasan lewat metode penimbunan urugan pilihan atau bahkan pembuatan pondasi yang asal-asalan.

Konsekuensi dari itu, efek dari “kekeliruan” proyek ini, sumber media ini menambahkan, kalau tidak salah, salah satu temuannya adalah denda keterlambatan. “ Masa pemeliharaan itu biasanya 90 hari kelender,” ujar sumber ini.

Konon, dari hasil telusur beberapa hari ini, telah beredar informasi yang mengindikasikan bangunan Kantor Bupati Mateng di Kawasan KTM Tobadak. Mamuju Tengah telah mengalami penurunan pondasi dan itu sudah diperbaiki beberapa waktu lalu.

Terkait itu, sumber ini bilang bahwa memang perlu dianalisis ulang masalah bangunan yang dibangun di sekitar kawasan pemerintahan (Kawasan KTM Tobadak, red) karena beberapa bangunan yang ada mengalami masalah yang sama.

Media ini masih berusaha mendapatkan data perencanaan kegiatan proyek ini.

Pertanyaan yang masih perlu didalami adalah apakah benar perencanaan awal proyek ini buruk?

SARMAN SAHUDING

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini