

TRANSTIPO.com, Topoyo – Akibat hujan yang mengguyur Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng) beberapa hari terakhir mengakibatkan sejumlah rumah terendam banjir di Desa Patulana Ujung dan Desa Topoyo, Mateng.
Terpantau pada Minggu pagi, 16 Juni 2019, ada empat rumah warga di Dusun Lomba Bou, Desa Topoyo, yang jaraknya tidak jauh dari pasar baru terendam air.
Selain rumah warga, jalan menuju pasar baru di Topoyo juga digenangi air setinggi lutut orang dewasa. Di jalan yang terkena banjir itu, sejumlah warga kemudian memanfaatkannya untuk memancing dan menjala ikan.
Hamka adalah salah satu pemilik rumah di Dusun Lomba Bau, Topoyo, Kecamatan Topoyo, yang mengaku kepada laman ini bahwa di dusun ini kerap kali terjadi banjir.
“Hujan sedikit saja pasti air masuk ke rumah,” ujar Hamka pada Minggu, 16 Juni 2019.
Menurutnya, penyebab seringnya banjir di Dusun Lomba Bou ini karena banyaknya sampah yang menutupi drainase di sepanjang jalan menuju Pasar Topoyo.
“Saya rasa yang menjadi penyebab seringnya rumah-rumah daerah sini terendam karena sampah-sampah yang banyak, yang seringkali menutup drainase. Di mana drenase ini sebagai saluran pembuangan air. Selain itu drainase yang ada belum tahu mengarah ke mana. Tapi bisa kita lihat sendiri di depan rumah, drainasenya tertutup dengan sampah-sampah plastic,” ungkap Hamka, warga Dusun Lomba Bou.
Kami berharap, tambah Hamka, Dinas PU Mateng ada perhatian serius, khususnya perbaikan drainase ini yang sering kali tertutupi sampah.
“Di sini memang tempat sampah belum disiapin dari pihak terkait, sehingga sebagian masyarakat membuang sampah sembarangan,” ujarnya.
Ia berharap semoga ada bantuan khususnya bagi warga yang rumahnya terendam banjir.
Melalui sambungan telepon tanpa kabel, Kepala Dinas BPBD Mateng Rahmat Syam mengatakan, sebenarnya ada beberapa titik saja rumah warga yang sempat terendam banjir.
“Seperti informasi dari tim di bawah, hari ini (Minggu, red) memang ada beberapa rumah warga yang ada di Desa Patulana Ujung dan Desa Topoyo yang sempat terendam. Tetapi sesuai survei tim di lapangan, yang parah akibat luapan banjir luapan karena hujan hampir dua hari ini, hanya jembatan putus yang ada di Desa Tumbu yang menghubungkan antara Desa Tumbu dan Dusun Tanjung Lallere, sekaligus penghubung ke Pantai Darok. Selebihnya tidak ada, baik air genangan genangan di rumah warga yang ada di Desa Patulana Ujung maupun rumah warga di Desa Topoyo yang dekat pasar baru. Menurut tim di lapangan, hanya genangan biasa dan sebentar karena air cepat surut,” jelas Rahmat Syam.
Ia tambahkan, satu hal juga masyarakat perlu tahu, karena selama ini banjir sedikit saja langsung minta bantuan padahal hanya genangan biasa dan sebentar, tidak sempat menimbulkan kerugian bagi mereka.
Rahmat sebut, persoalan bantuan ini bukannya pemda tidak mau menurunkan bantuan, tetapi kita harus turun dulu mengkroscek di lapangan, apakah dampak yang ditimbulkan kepada masyarakat akibat banjir benar-benar membutuhkan atau tidak.
“Ini ada prosesnya, harus kita kroscek ke lapangan dulu, jangan sampai kita turunkan bantuan padahal di bawah tidak masuk kategori untuk dibantu atau tidak. Jadi hari ini belum ada bantuan turun, karena tim di lapangan belum mendapati yang masuk kategori yang benar-benar membutuhkan bantuan,” katanya.
Ia mencontohkan, kemarin terjadi longsor di Kondo Sapata dan banjir di Topoyo dan sejumlah titik lainnya. Kita turunkan bantuan berupa makanan, selimut, tenda, dan kebutuhan lannya, karena memang saat itu warga benar terkena dampak dari longsor tersebut. Mereka butuh dibantu, dan bantuan tersebut dari Dinas Sosial Mateng bukan dari kita. BPBD hanya sebagai penyelenggara dan pendukung di lapangan terkait bencana.
“Kecuali jembatan yang putus hari ini yang ada di Desa Tumbu, karena memang jembatan tersebut terbuat dari kayu, memang butuh perhatian karena itu merupakan akses penghubung satu-satu bagi masyarakat Desa Tumbu dengan Dusun Tanjung Lallere. Ini kita sudah usulkan ke pemda agar secepatnya ada perbaikan,” jelas Rahmat Syam.
RULI SYAMSIL