TRANSTIPO.com, Mamasa – Di Mamasa, seorang anak perempuan bernama Riska (16 tahun) digigit anjing gila dan ia langsung sakit lalu meninggal dunia. Riska adalah siswa kelas dua di Sekolah Menengah Teologia Kristen (SMTK) Mamasa.
Kejadiannya, beberapa waktu lalu Riska sedang berjaklan menuju ke sekolahnya. Lalu naas baginya, seekor anjing gila melumatnya. Sebelum korban dimakamkan, puluhan keluarga dekatnya datang melayat. Banyak yang histeris ketika melihat jasad Riska. Riska disemayamkan di rumahnya di Dusun Rante Pongko, Desa Tondok Bakaru, Kecamatan Mamasa, Mamasa pada Sabtu, 25 Maret 2017.
Salah seorang keluarga dekat korban atau saudara ayah Riska, Tandikaraeng, bercerita kepada laman ini. “Bulan lalu, Riska sedang menuju ke sekolah bersama teman-temannya ketika tiba-tiba diserang anjing gila dengan menggigit salah satu lengannya. Sebenarnya ia berusaha menghindari gigitan namun anjing terus menyerang lalu menggigitnya,” cerita Tandikaraeng.
Masih Tandi, sebetulnya Riska sempat dibawa ke Puskemas terdekat untuk diobati namun karena tak ada vaksin rabies di Puskesmas itu sehingga korban lalu dirujuk ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, salah seorang dokter arahkan keluarga korban untuk terlebih dulu temui Dinas Kesehatan Mamasa. Di rumah sakit Mamasa juga tak ada vaksin. Merasa berliku dan sulit, kemudian pihak keluarga korban memilih memulangkan Riska ke rumah. “Di rumahpi diobati seadanya,” kata Tandi yang tampak lemas, kesal.
Keluarga korban lalu mengobati Riska dengan segala rupa obat ramuan kampung. Ini diharap bisa menangkal ganasnya serangan rabies dalam tubuh korban. Namun apa daya, beberapa hari kemudian Riska sudah tak tertolong lagi: ia meninggal dunia.
Sementara salah satu kakek korban, Kalep, mengatakan, “Seharusnya vaksin rabies itu mesti selalu tersedia di rumah sakit. Semoga ke depan tak terulang lagi kepada warga Mamasa lainnya.”
Ketika dikonfirmasi pihak Dinkes Mamasa pada Jumat, 24 Maret 2017, mereka malah membantahnya. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Mamasa dr. Hajai Tanga, paihaknya menerima laporan jika ada dua siswi yang menjadi korban digigit anjing gila dan ditangani Puskesmas Mamasa.
“Pihak Puskesmas bikin surat pengantar permintaan vaksin ke Dinas Kesehatan Mamasa, namun yang mengambil vaksin hanya satu orang yang bernama Destin. Sementara korban lainnya, yakni almarhum Riska atau kerabatnya tak tercatat meminta vaksin rabies di Dinas Kesehatan Mamasa,” jelas dokter Hajai.
Masih Hajai, pada kasus ini kemungkinan terjadi diskomunikasi. “Keterangan yang menyebut tak tersedia vaksin mungkin yang dimaksud tidak tersedia di Puskesmas Mamasa,” kata Hajai.
FRENDY CRISTIAN