KETIKA fajar memerah di ufuk timur, lebih dari 400 Passandeq (pelaut Sandeq) pemberani berdiri di hadapan takdir. Matahari menjadi saksi, sementara angin adalah bisikan leluhur yang menuntun.
Sebanyak 55 perahu Sandeq—sang mahkota kebanggaan Mandar—berbaris gagah, siap menaklukkan cakrawala. Bukan hanya sekadar perahu, melainkan perpanjangan jiwa, menyatukan manusia dan lautan dalam satu tarikan napas.
Mereka membelah samudra, bukan sekadar balapan, melainkan Silumba (perlombaan) yang mewarisi semangat nenek moyang. Empat etape terentang jauh dari Pantai Bahari Polewali hingga pesisir Pantai Manakarra, Mamuju, adalah sebuah ritus suci.
Setiap gelombang yang diterjang adalah ujian, setiap hembusan angin yang menerpa adalah anugerah Tuhan. Di belakang mereka, ribuan sanak keluarga dan kerabat tak henti-hentinya mandaraskan Doa, pengiring para kesatria laut dengan armada yang lebih modern—tanda kebersamaan yang tak pernah luntur.
Perhelatan akbar, Sandeq Silumba, bukan hanya event semusim. Ia adalah denyut nadi yang menghidupkan kembali roh maritim Tanah Mandar.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dengan gagah berani memberikan sentuhan baru, bukan demi gemerlap panggung semata, tetapi sebagai janji untuk menjaga dan merawat warisan yang tak ternilai. Ini adalah ikrar suci, bahwa budaya maritim Tappuang Pitu Ulunna Salu dan Tappuang Pitu Babana Binanga (Tujuh Hulu dan Tujuh Muara) akan terus hidup, mengalir abadi dalam darah generasi mendatang.
Sandeq Silumba adalah cermin. Di dalamnya terpancar pesan yang lebih agung dari sekadar adu cepat. Sandeq, perahu layar tercepat di Austronesia, bukanlah sekadar alat transportasi. Ia adalah simbol harga diri, ketangguhan, dan identitas sejati Suku Mandar.
Perjalanan setiap Sandeq adalah metafora hidup. Layar putih yang dikibarkan di tengah lautan adalah simbol kesucian niat dan keikhlasan. Perahu yang melaju kencang di tengah badai adalah gambaran perjuangan manusia yang tidak pernah menyerah. Ia mengajarkan kita bahwa takdir tidak akan datang dengan sendirinya: ia harus diperjuangkan. Betapa indahnya menyelaraskan langkah dengan alam, memeluk angin, dan menundukkan ombak untuk mencapai tujuan. Itulah kearifan Passandeq sejati.
Lebih dari sekadar budaya, perhelatan ini juga menjelma menjadi festival kemanusiaan. Ribuan orang memadati setiap etape—dari Polewali, Pamboang, Sendana, hingga Deking—seperti sebuah pertemuan akbar keluarga besar. Sorak-sorai, tawa riang, dan decak kagum menyatu di bibir pantai. Semua larut dalam satu perayaan megah, merayakan kebanggaan yang sama.
Pantai Bahari Polewali, yang biasanya tenang, kini dipenuhi energi luar biasa. Sama halnya dengan Pantai Manakarra di Mamuju, di mana ribuan pasang mata menanti kedatangan para pahlawan laut mereka. Ada denyut ekonomi yang bergemuruh di setiap etape. Para pelaku UMKM, yang tangannya cekatan dan hatinya gigih, merasakan berkah dari perputaran roda ekonomi.
Sandeq Silumba bukan hanya menggerakkan perahu, tetapi juga menggerakkan dapur-dapur, menggerakkan asa, dan menggerakkan senyum di wajah masyarakat.
Namun, makna terdalam dari Sandeq Silumba adalah silaturahmi. Di tengah sengitnya persaingan, terjalinlah hubungan kekeluargaan yang erat. Perahu-perahu boleh saling mendahului, tetapi hati mereka bersatu. Kisah-kisah dibagikan, pengalaman dipertukarkan. Ada jiwa Sipamandar (saling membantu) yang hidup di antara mereka. Ini menegaskan kembali wajah sejati masyarakat Mandar yang ramah, hangat, dan tanpa sekat.
Pada akhirnya, Sandeq Silumba bukanlah ajang mencari siapa yang terkuat. Semua peserta yang berani berlayar telah menjadi juara sejati. Mereka adalah para pria pemberani yang menaklukkan lautan, yang menundukkan ganasnya gelombang, demi satu pesan yang tegas:
“Saya adalah Orang Mandar!” Sebuah pekikan jiwa yang menggema dari kedalaman samudra.
Apresiasi setinggi-tingginya kepada segenap insan yang telah mewujudkan mimpi ini: panitia, pemerintah, swasta, masyarakat, dan terutama, kepada para pelaut ulung Mandar, para Sawi Passandeq.
Kolaborasi kita semua adalah bukti bahwa semangat Pammulung (persatuan) adalah kekuatan yang tak terlukiskan.
Kami, pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, berdiri tegak dalam komitmen untuk terus mendukung perjalanan Sandeq Silumba.
Semoga perhelatan ini tak hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga sebuah permata budaya yang bersinar di kancah internasional.
SUHARDI DUKA