Pemimpin Mengakar: dari Desa ke Puncak Pasangkayu

1884
H. YAUMIL AMBO DJIWA, SH, BUPATI PASANGKAYU (2021-2024). (FOTO: ISTIMEWA)

H. Yaumil Ambo Djiwa, SH, Bupati Pasangkayu (2021-2024).

Menjadi orang tua di kabupaten yang ia perjuangkan adalah dambaannya. Tak ada yang lebih memuaskan batinnya melebihi hadirnya Daerah Otonomi Baru di kampung halamannya. Nama Pasangkayu adalah panggilan sejarah. Strategi perjuangan semata mendorong nama Kabupaten Mamuju Utara (Matra). Seiring waktu, perubahan nama kabupaten menjadi Kabupaten Pasangkayu sebagai jawaban roh perjuangan sejak masa silam.

TRANSTIPO.com, Mamuju – Tuhan anugerahi kekayaan alam kawasan yang luas di Mamuju bagian utara. Kekayaan itu bagai mutiara yang lama terpendam. Yaumil Ambo Djiwa paham benar potensi kekayaan yang menyemayam di kawasan mulai dari Sarudu hingga Randomayang.

Niat tak cukup. Kehendak bukan semata modal moral awal. Mengubah kondisi perlu didukung kesempatan dan iklim yang baik, juga kompetensi dan pergumulan para pihak yang ikhlas dan tulus dalam berjuang. Barulah perjuangan dimulai.

Yaumil terlahir 64 tahun silam di Dusun Nunu, Desa Sarudu, Kecamatan Pasangkayu. Nama dusun ini melampaui ruang lingkup dan batas-batasnya. Dusun Nunu dikenal banyak orang di luar karena potensinya. Memiliki pantai untuk objek wisata: Pantai Wisata Cinoki, indah pemandangannya, bersejarah namanya.

Konon, nama Cinoki disebutkan pertama kali oleh orang Jepang seratusan tahun silam. Referensi penamaan awal pantai itu dituturkan oleh para tetua-tetua di kampung itu secara turun-temurun. Selain eksotis masih terdapat deretan batu-batuan yang tersusun menarik menambah minat banyak orang untuk datang ke pantai Cinoki ini.

Masa kecilnya dihabiskan di Kampung Nunu, Sarudu. Nanti setelah memasuki usia sekolah barulah Yaumil angkat kaki dari kampung halamannya. Salah seorang pamannya membawanya ke Donggala untuk sekolah di wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng) ini. Mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dua belas tahun lamanya ia berjuang di bangku sekolah, lalu ia kembali ke Sarudu, kampung halamannya. Tahun 1978 terbuka penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Mamuju. Yaumil coba peruntungan dan ia dinyatakan lulus PNS.

Ia ditempatkan di Kantor Kecamatan Pasangkayu. Setelah enam tahun lamanya berdinas di kecamatan, ia memutuskan pindah ke Kantor Pemerintah Kabupaten Mamuju. Penempatan pertamanya di bagian personalia atau kepegawaian. Lalu ia dipindahkan ke bagian anggaran, dan seterusnya ke bagian pemerintahan.

Yaumil ingat Kepala Bagian Pemerintahan Pemkab Mamuju waktu itu adalah Yusran, “Orang Mandar, dari Polman. Sekda Kabupaten Mamuju saat itu pak Salipolo Palalloi,” kata Yaumil.

Yaumil Ambo Djiwa menerima penulis untuk sebuah wawancara pada dua waktu di awal Februari 2023: Kamis sore di Kecamatan Sarudu dan Jumat siang di Rumah Jabatan Bupati Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu. Ia rasa sudah cukup waktu mengabdi di kantor induk pemerintahan kabupaten.

Suatu waktu di tahun 1989 ia menemui pimpinannya, Pak Yusran, dan menyampaikan hendak kembali ke Sarudu, Pasangkayu. Ia sampaikan niatnya mau maju jadi Kepala Desa Sarusu yang dalam waktu dekat akan diadakan pemilihan kepala desa di kampungnya itu.

Tahun 1990 adalah awal karier Yaumil menjadi Kepala Desa Sarudu. Ia memimpin pemerintahan dan mengomandoi pembangunan di desanya dengan bekal semangat gotong royong. Dana pembangunan desa saat itu sangat minim.

Memang ada tiap tahun tapi nilainya sedikit, hanya Rp3 juta per tahun. Dana sekecil itulah yang dipakai Yaumil membangun desa. Dan ia sebut lebih tepat kita membangun desa dengan cara swadaya. Ia bertahan lama, hingga dalam hitungannya telah 13 tahun lamanya mengabdikan diri jadi Kepala Desa Sarudu.

Lama ia menunggu momentum yang tepat, dan di tahun 1999 ketika undang-undang terkait otonomi daerah terbit di Jakarta, Yaumil Ambo Djiwa berpikir inilah saatnya bergerak karena sudah ada payung hukum untuk memulai perjuangan pemekaran daerah. Sudah lama ia berpikir bagaimana cara mengubah ini Pasangkayu, bagaimana memperbaiki Pasangkayu.

Tahun 1999 itu juga Yaumil mulai berbicara dari mulut ke mulut. Ia sampaikan niatnya kepada segelintir tokoh: yang tua dan anak-anak muda di daerah itu yang ia anggap bisa bersama-sama mendorong pemekaran daerah.

“Kami mulai bergerak. Memang sejak dulu ada perjuangan pembentukan Kabupaten Budong-Budong Pasangkayu (Bupas), tapi waktu itu ‘kan masih sulit untuk mewujudkan pemekaran daerah karena tidak ada payung hukumnya,” kata Yaumil.

Suatu hari di ruang pertemuan Kantor Desa Sarudu sudah tersusun sekitar 100 kursi. Sebelumnya, Yaumil Ambo Djiwa telah mengundang sejumlah tokoh masyarakat dan para cerdik pandai—pemuda dan mahasiswa di dalamnya—di empat kecamatan yakni Kecamatan Pasangkayu, Kecamatan Sarudu, Kecamatan Baras, dan Kecamatan Bambalamotu untuk hadir di kantornya itu.

“Sekitar 70 orang yang hadir rapat saat itu,” kata Yaumil. Di Kantor Desa Sarudu itulah Yaumil secara terang-terangan menyampaikan kepada para peserta rapat tentang ide pemekaan kabupaten atau rencana pembentukan Kabupaten Mamuju Utara (Matra).

Meski disambut gegap gempita, tapi sejumlah tokoh bertanya: dari mana uangnya? Apakah perjuangan ini akan berhasil? Yaumil jelaskan, “Jangan berpikir uang dulu. Kita berjuang dulu.”

Dengan penuh keyakinan, Yaumil tegaskan, “Kita satukan tekad untuk memperbaiki daerah ini, yang penting niat kita bagus kita yakin pasti berhasil. Jika solidaritas kita tinggi pasti bisa.”

Kantor Desa Sarudu telah menjadi saksi sejarah, di kantor inilah, pada seorang punggawa desa inilah ide pemekaran benar-benar nyata dalam proses awal perjuangan. Pada pertemuan di Sarudu itu dicetuskan sebuah nama wadah perjuangan yakni Komite Aksi Perjuangan Kabupaten Pasangkayu (KAP-KP).

Peserta rapat menyepakati dengan menunjuk tokoh muda pejuang, yakni Agus Ambo Djiwa menjadi Ketua KAP-KP. Di tengah masa perjuangan nama komite diganti menjadi Komite Aksi Perjuangan Kabupaten Mamuju Utara (KAP-KM).

Kepala Desa Sarudu Yaumil Ambo Djiwa masih ingat nama-nama pejuang yang hadir di Balai Desa Sarudu tempo itu yakni, Azis Isham, Yusuf Suli, L. Kamal, Rahmat K. Turusi, Agus Ambo Djiwa, Uksin Djamaluddin, Azis Yanbu, Aqram Tauhid, Musawir Azis Isham, dan Yunus Aslam.

Setelah dua tahun berjalan tak ada yang membantu perjuangan. Para tokoh dan personel yag ada di komite ini berjibaku mencari pendanaan dengan caranya masing-masing, begerak secara gotong royong.

“Lebih tiga tahun kami berjuang, kita tidak dibantu oleh siapa pun termasuk Pemkab Mamuju. Malah Pemkab Mamuju kurang respons,” kata Yaumil Ambo Djiwa.

Cerita Yaumil, pernah sekali waktu kami ditawari semacam rekomendasi untuk mengelola lahan-lahan perkebunan untuk pembukaan perkebunan kelapa sawit. “Saya tolak.” Ia lanjutkan, bahkan ada semacam imbauan ke pimpinan perusahaan yang ada di Pasangkayu untuk tidak bantu perjuangan.

“Mereka dipanggil ke Mamuju, tapi kami jalan saja. Kami jalan terus.” Mengetahui itu, Yaumil juga lancarkan semacam psywar kepada pihak perusahaan, “Kepada perusahaan saya hanya bilang, kalau kalian tidak dukung susah kamu nanti. Akhirnya perlahan-lahan didukung juga. Saya tegaskan kepada mereka kalau berhasil, ‘kan kita yang akan nikmati.”

Kabupaten Mamuju Utara (Matra) resmi terbentuk jadi Daerah Otonomi Baru (DOB) setelah ditetapkan di Jakarta pada 27 Januari 2003, kemudian secara resmi Ulang Tahun Kabupaten Mamuju Utara disepakati pada 18 April 2003. Setelah perjuangannya berhasil membentuk kabupaten, Yaumil Ambo Djiwa keluar dari PNS. Ia masuk Partai Golkar, “’Kan ini partai Bapak saya dulu.”

Peran Yaumil yang kemudian mengajak Abdullah Rasyid masuk ke Mamuju Utara, termasuk mempersiapkan Abdullah Rasyid sebagai penjabat (Pj) Bupati Mamuju Utara sekaligus menjadi bupati yang pertama. Menjadi Bupati Pasangkayu saat ini, Yaumil mengatakan sebenarnya tak pernah ia bayangkan akan jadi bupati.

“Saya sebenarnya tidak pernah impikan mau jadi bupati, setelah Pak Agus jadi bupati.” Ide dasar memekarkan daerah ini karena fakta ketertinggalan, daerah ini masih sangat terisolasi. Setelah itu berhasil, itulah kebanggaan Yaumil.

“Itulah niat saya berjuang dulu,” kata Yaumil. Sejak dari awal ia memikirkan agar Mamuju Utara ini maju. “Seandainya kita tak berbuat dulu, Mamuju Utara ini akan semakin jauh tertinggal dari daerah lain.”

Ia melangkahi keinginannya tak akan menjadi bupati pasca Agus Ambo Djiwa, tapi setelah mendengar masukan dari sejumlah pihak: dari rekan di partainya dan dari tokoh-tokoh masyarakat Pasangkayu, ia kemudian putuskan untuk maju memimpin kabupaten yang ia perjuangkan dulu.

Karena banyak yang sarankan, “Masak orang lain bisa maju kamu tidak, ya, saya maju. Apalagi saya yang gagas daerah ini sehingga jadi kabupaten. Ada yang bilang majulah untuk perbaiki daerah ini, perbaiki masyarakat Kabupaten Pasangkayu,” cerita Yaumil.

Kabupaten Mamuju Utara (Matra) tengah giat-giatnya bersolek di tangan para pejuang yang mendirikan kabupaten ini ketika tiba waktunya nama kabupaten diubah. Nama Kabupaten Mamuju Utara (Matra) berubah menjadi Kabupaten Pasangaku setelah Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2017 tentang perubahan nama Kabupaten Mamuju Utara menjadi Kabupaten Pasangkayu di Provinsi Sulawesi Barat pada 27 Desember 2017.

Peresmian nama Kabupaten Pasangkayu dilaksanakan pada 6 Maret 2018 oleh Gubernur Sulawesi Batat Ali Baal. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Pasangkayu berlangsung pada 9 Desember 2020.

Yaumil Ambo Djiwa berpasangan dengan Herny Agus sebagai calon bupati dan wakil bupati Pasangkayu. Lawannya, dua pasangan lainnya yakni Abdullah Rasyid – Yusri M. Nur dan pasangan H.M. Saal – Musawir Azis Isham.

Pilkada ini dimenangi oleh pasangan Yaumil – Herny dan keduanya dilantik oleh Gubernur Sulawesi Barat Ali Baal di Mamuju pada Jumat sore, 26 Februari 2021.

Bupati Pasangkayu Yaumil paham apa yang akan ia lakukan membangun Pasangkayu. Ia pernah menjadi Ketua DPRD Mamuju Utara selama 10 tahun. Ia tahu ke mana melangkah. Yaumil punya niat yang tulus untuk sejahterakan masyarakat kabupaten yang dinakhodainya kini.

Sejak masih di dewan dulu, ia telah sambangi semua desa yang ada di Kabupaten Pasangkayu. Potensi perkebunan yang luas dengan melibatkan banyak petani ter utama perkebunan kelapa sawit, begitu juga pertanian. Petani minta perbaikan jalan. Masyarakat minta jalan-jalan ke pelosok agar diaspal.

“Tahun ini kita sudah aspal semua, kalaupun masih ada yang belum, ya tinggal sedikit,” kata Yaumil. Salah satu kabupaten di Sulbar yang paling dekat dengan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur, makanya itu Yaumil mengajak masyarakat Pasangkayu untuk menjemput peluang ini.

Ia imbau agar masyarakat melakukan penanaman tanaman jangka panjang, tapi perlu juga tanaman jangka pendek karena memang dibutuhkan di Balikpapan, IKN. Misalnya, sayur mayur. Yaumil komitmen dukung dan siap jadi salah satu penopang kebutuhan di IKN. Ia dorong agar masyarakat tanam pisang, ternak kambing, ternak sapi, dan ayam petelur.

“Kita persiapkan semua untuk kita bawa ke Balikpapan, Kalimantan Timur.” Bulan Maret 2023 ini kapal veri akan sandar di Pelabuhan Pasangkayu yang memang sudah dipersiapkan. Jalur kapal veri ini nantinya akan berlayar dengan rute Pasangkayu, Mamuju, Kota Baru, dan Balikpapan.

Pasangkayu belum dapat apa-apa dari akselerasi dan dukung ke IKN, Dana? “Kita hanya dapat angin segar,” kata Yaumil. Ia akui bahwa selama ini yang didapat Kabupaten Pasangkayu adalah Dana Bagi Hasil (DBH) sawit. Pelabuhan yang dimiliki Pasangkayu saat ini juga dipinjam pakai oleh perusahaan yang punya pabrik CPO (minyak sawit) di Pasangkayu.

Terkait pelabuhan yang ada saat ini, Yaumil katakan pihak perusahaan kebun sawit masih diizinkan untuk pakai, tapi ke depan pihak perusahaan harus bangun sendiri pelabuhan untuk keperluan tempat bongkar muat CPO mereka. Kontribusi perusahaan sawit yang ada di Kabupaten Pasangkayu, menurut Yaumil tidak ada.

“Rata-rata sawit ini ‘kan ekspor. Tidak bisa dipungut untuk PAD, paling yang Pemkab Pasangkayu dapat, ya DBH sawit.” Memang ia akui sumber daya manusia yang ada di perusahaan-perusahaan sawit lebih banyak didatangkan dari luar daerah, karena sesuai tuntutan tenaga teknis manajemen mereka. Kalaupun ada tenaga kerja lokal hanya sedikit. “Tapi ‘kan mereka anak Indonesia juga.”

Bupati Yaumil Ambo Djiwa sumringah karena tahun 2023 ini akan masuk perusahaan industri, namanya KIPAS: Kawasan Industri Pasangkayu yang akan berkedudukan di Kecamatan Tikke, Kabupaten Pasangkayu.

Perusahaan ini akan mengelola serat seng, baja, dan baterai yang akan membutuhkan 10 ribu lebih tenaga kerja. Tantangan terbesar Yaumil dan Herny Agus kini adalah mewujudkan apa yang pernah ia ikrarkan sejak dulu:

“Sejak ide membentuk KAP-KP muncul, harapan kami adalah membawa nama Pasangkayu menjadi daerah maju, mampu bersaing dengan daerah lain, dan memberikan kesejahteraan dan martabat kepada masyarakat.”

YES-SMART adalah tagline pasangan H. Yaumil Ambo Djiwa, S.H. – Dr. Hj. Herny, S.Sos., M.Si.

VISI: Mewujudkan masyarakat Pasangkayu yang lebih sejahtera maju dan bermartabat berlandaskan keberagaman.

MISI: Sumberdaya manusia berkualitas: Perluasan kualitas layanan jaminan gizi dan tumbuh kembang anak. Perluasan kualitas layanan sistem kesehatan. Perluasan kualitas layanan pendidikan. Meneruskan bangsa dewa (pengembangan desa dengan wirausaha).

Menguatkan fungsi keluarga dan perempuan. Mengembangkan kepeloporan pemuda dalam kemajuan kebudayaan. Menguatkan Struktur Ekonomi Produktif dan Berdaya Saing: Meguatkan nilai tambah dari pemanfaatan infrastruktur. Mempersiapkan infrastruktur pendukung revolusi industri 4.0. Mengembangkan sektor-sektor ekonomi baru.

Mengembangkan sektor ketenagakerjaan. Akselerasi Pemerataan Pembangunan: Mengembangkan produktivitas dan daya saing UMKM koperasi. Mengembangkan ekonomi kerakyatan. Penguatan pemanfaatan dana desa untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan di pedesaan. Mempercepat penguatan sistem keluarga’.

Mengembangkan potensi ekonomi desa untuk pemerataan pembangunan antarwilayah. Ruang dan lingkungan yang berkelanjutan;

Mengintegrasikan kebijakan tata ruang. Mitigasi perubahan iklim dan pengelolaan lingkungan. Tata pemerintahan yang bermartabat (bersih, efektif, dan tepercaya):

Mengembangkan aparatur sipil negara yang profesional; Sistem perencanaan, perencanaan dan akuntabilitas birokrasi; Percepatan sistem pemerintahan berbasis elektronik; Reformasi pelayanan publik; Sinergitas penyelenggaraan pemerintahan daerah; Melanjutkan pembinaan mental spiritual; Penguatan pembinaan pengawasan pembangunan.

Program Aksi SMART PAS UNIKON (Pasangkayu untuk ibu kota negara); Program retrival dan transisi (Pemastian semua anak usia sekolah bersekolah); Bangsa Desa (Pengembangan desa dan wirausaha); Strong from Home (Penguatan fungsi rumah tangga dan keluarga);

Sanro Sakti (Sandro sebagai tenaga kesehatan terlatih); Ekinov Centre (Pusat edukasi, kreasi dan inovasi); Pembangunan taman sorga (Tempat bermain dan sarana olahraga); Agro Smart (Wisata kebun buah, kampung vaname, dan bandeng, demonstrasi farm); Gerakan cinta Masjid cinta Al Quran (CMCA); 1 kecamatan, 1 rumah tahfidz, dan 1 Masjid 1 tahfidz.

Data Diri

Lahir: Sarudu, 6 Maret 1959

Istri: Hj. Aulia M. Amin Al Idrus

Anak: 6

Agama: Islam

Pekerjaan: Birokrat, politisi

Riwayat Pendidikan

SD Negeri 2 Donggala (1965–1971)

SMP Negeri Donggala (1971–1974)

SMA Negeri Donggala (1974–1977)

S-1 Universitas Muhammadiyah Palu (2007–2011)

Riwayat Organisasi

Ketua KONI Kabupaten Pasangkayu

Ketua PSSI Kabupaten Pasangkayu

Ketua Pramuka Kabupaten Pasangkayu

Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Matra (2003–2015)

Wakil Sekretaris DPD Partai Golkar Sulbar (2016–2018)

Ketua DPD Partai Golkar Pasangkayu (2018–2022)

Karier Ketua DPRD Kabupaten Matra (2004–2019)

Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Matra (2019–2020)

Bupati Pasangkayu (2021–sekarang)

Sumber: Buku Jejak Langkah dan Pemikiran Bupati di Sulawesi Barat, 1960-2023 (Penerbit Buku Kompas, Desember 2023).

SARMAN SAHUDING

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini