Pasar yang Dibangun Ratu Victoria di Melbourne Menyedihkan Akibat Pandemi Covid

1259
Victoria Market, Melbourne, Australia. Pasar yang dibangun Ratu Victoria, Inggris tersebut menyedihkan setelah digempur pandemi Covid-19. (Foto: Ilham Bintang)

Penampakan Menyedihkan Ratu Victoria Market Melbourbe Setelah Digempur Pandemi Covid

TRANSTIPO.com, Australia – Menyedihkan melihat penampakan Victoria Market, Melbourne, Australia saat ini. Pandemi Covid19 — yang melanda dunia sejak Maret 2020 — membuat pasar terbesar dan legendaris ini juga kehilangan pesona. Begitulah kesan saya ketika berkunjung kembali ke pasar yang dibangun Ratu Victoria Inggris itu, Senin, 16 Mei, siang.

Sebagian kios masih tutup. Kios yang buka pun masih berisi barang -barang stok lama, sehingga mengurangi minat pengunjung berbelanja. Sekitar satu jam saya berkeliling di sana kemarin, pengunjung pun masih sepi. Hanya resto dan gerai makanan yang tampak sedikit ramai.

Padahal, Melbourne, Ibu Kota negara bagian Victoria, Australia sudah membuka pembatasan aktifitas masyarakat sejak awal tahun 2022. Juga telah membuka pintu bagi pengunjung asing sejak Februari lalu.

Sejak itu sebagian besar orang di Melbourne tidak lagi mengenakan masker. Namun, itu pula agaknya yang membuat wisatawan masih rikuh dan selalu waspada untuk bebas berpergian mengunjungi pusat keramaian. Kondisi itu terkonfirmasi dari data hasil update kasus Covid19 yang tetap tinggi setiap hari.

Foto Ilham Bintang di Australia.

Data harian terbaru Rabu, 18 Mei, di Melbourne kasus positif 13.005. Atau rerata harian dalam seminggu 12.462 kasus. Total yang terpapar pandemi sebanyak 1.77 jiwa atau sekitar 30 % dari populasi Melbourne yang berjumlah 5 juta Jiwa. Sedangkan total yang meninggal dunia 3.194 jiwa atau kurang 2 % dari yang terpapar.

Data ini boleh menjadi perhatian kita di Tanah Air, terutama setelah Presiden Jokowi mengizinkan masyarakat boleh membuka masker di tempat terbuka. Sebab, meski yang mendominasi Covid19 jenis Omicron yang dianggap ringan, tetap saja bagi yang terpapar harus mengisolasi diri beberapa hari dan itu berarti mengganggu aktifitas dan produktifitas.

Kondisi Victoria Market sekarang berbanding terbalik dengan keadaan pasar sebelum pandemi. Pasar itu merupakan pusat penjualan pelbagai aneka macam kebutuhan warga masyarakat.

Sejak dulu pasar ini menjadi salah satu obyek wisata di Melbourne. Seperti tak sah menginjak Melbourne tanpa mengunjungi Queen Victoria Market.

Nama pasar pertama dan terbesar di Melbourne itu memang mengabadikan nama Ratu Inggris, Ratu Victoria yang bertahta pada 1837-1901. Pasar itu kini bagian dari warisan budaya Melbourne. Terdaftar di Daftar Warisan Victoria.

Bekas Kuburan Aborigin

Queen Victoria Market dibangun pada tahun 1878. Terletak di kawasan Elizabeth St, Melbourne, Victoria. Dua blok dari Hotel Nomads Melbourne, hotel yang berumur lebih dari 140 tahun dan merupakan bangunan bersejarah, objek wisata, dan lembaga untuk semua Melburnians (para pecinta produk asli Melborne).

Foto Ilham Bintang di Australia.

Luas pasar bekas pekuburan Aborigin ini mencapai 16 hektare. Sampai sekarang masih ada cerita burung tentang gangguan arwah di areanya terutama malam hari. Mengenai kebenarannya, Wallahualam.

Berkeliling menyusuri pasar ada banyak hal bisa ditemukan pengunjung di sana. Dalam tulisan tahun 2018, saya menguraikan berbagai jenis jualan pasar ini. Termasuk seafood segar, buah-buahan segar, ada pula macam–macam pakaian, mainan, perhiasan, dan pelbagai souvenir khas Australia dengan harga murah. Jaket kulitnya terkenal, bagus, modis, dengan harga terjangkau oleh kantong turis.

Pasar terbagi beberapa bagian dengan sekat yang terlihat yaitu area Hall Deli, Elizabeth Street Shops, F laneway, Vic Market Place Food Court, The Meat Hall, Organik, Merchandise Umum, Victoria Street Toko, dan masih ada yang lainnya.

Sebagian besar pasar dalam keadaan terbuka bukan merupakan ruko dengan pintu tetapi para pedagang menggelar dagangannya di atas meja. Pedagang menata dengan rapi dalam satu atap yang panjang. Sedangkan di ruang tertutup untuk penjualan barang–barang yang membutuhkan perlakuan khusus agar tetap terjaga kualitasnya seperti ikan dan daging.

Yang menarik adalah The Hall Deli yang berdiri sejak tahun 1927. Pengunjung dapat menikmati berbagai macam hidangan lezat dari seluruh dunia. Ada pula pasar wine yang menyediakan berbagai wine yang bercita rasa fantastis. Buah-buahan dan sayuran merupakan ikon terbesar pasar bersejarah ini sehingga 50% bagian pasar didedikasikan untuk produk segar.

Dengan luas 16 hektare pasar ini masih juga belum cukup untuk menampung ledakan pengunjung sehingga mereka menutup salah satu jalan yang berbatasan dengan Queen Victoria Market pada hari Minggu (Queen Street) dan diubah menjadi daerah kafe outdoor dengan wahana anak-anak dan kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga pengunjung dapat berlama-lama di pasar yang dinamis dan unik ini.

Queen Victoria Market adalah tempat berkembangnya aset kota Melbourne dan tempat terpenting di Melbourne serta jantung bagi para pedagang. Namun para pedagang tetap bersahabat dan bersaing hingga membuat pasar memiliki pesona dan daya adiktif untuk menarik jutaan pengunjung setiap tahunnya.

Pasar Malam

Setiap tahun saat Musim Dingin pasar dibuka malam hari yang keramaiannya mirip festival. Selain atraksi musik dan tari, juga yang berkesan: kios kuliner menjajakan jenis makanan terkenal dan khas dari seluruh penjuru dunia. Pasar malam berlangsung sekali sepekan setiap Rabu malam selama dua bulan.

Selama musim dingin kegiatan Winter Night Market itu mendapat pengunjung yang melimpah. Saya sempat mengunjungi Pasar Malam Musim Dingin itu pada tahun 2018 dan menulis khusus tentang kemeriahannya.

Waktu itu saya melaporkan suasana Pasar Malam Victoria penuh sesak oleh ribuan pengunjung. Pasar Malam didominasi oleh kios makanan yang menjajakan makanan favorit dunia. Ada Spaghetti Italia, Paela Spanyol, Sashimi Jepang, Bimbibap Korea, China, Brazil, Mexico, dan sebagainya. Sayang makanan Indonesia dan Malaysia tidak ada. Padahal, resto Indonesia dan Malaysia sudah dikenal di beberapa kota dunia.

Mestinya konjen RI bisa berperan memanfaatkan pasar malam itu untuk mempromosikan kuliner kita. Bisa kerjasama dengan banyak rumah makan Indonesia di Melbourne. Termasuk resto Es Teler 77 yang sudah 15 tahun beroperasi di Melbourne.

Foto Ilham Bintang di Australia.

Pemerintah bisa mengenalkan makanan khas seperti rendang, sate, nasi goreng, pecel, dan ikan goreng gurame plus terasi. Saya kira tak akan kalah sensasinya dengan Paela Spayol, misalnya. Pasar malam musim dingin menampilkan juga pelbagai atraksi: musik dan tari. Pokoknya heboh.

Suasana pasar malam itu seperti festival. Pengunjung kebanyakan keluarga dan pasangan yang tujuannya bersantap makanan favorit. Selesai bersantap mereka menyerbu panggung pertunjukan. Malam itu yang tampil menghibur band dari Spanyol.

Di bagian lain ada atraksi senam massal yang diikuti sebagian pengunjung. Yang tampak mendapat perhatian juga kios pelukis wajah. Ada pula atraksi Engran.

Sekarang, sudah memasuki tahun ketiga Pasar Malam itu absen.

ILHAM BINTANG

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini