Misteri Salubue dan Empati Kuat Bupati Welem

119
KI-KA: DANDIM 1428/MAMASA LETKOL ARH EDWIN HERMAWAN, SH, M.A.P., ANGGOTA DPRD MAMASA YEHISKER, BUPATI MAMASA WELEM SAMBOLANGI, DAN AJUDAN BUPATI MAMASA SEDANG MELIHAT LANGSUNG PONDOK DI KEBUN DAMPO (LELAKI YANG DIDUGA HILANG PADA 25 OKTOBER 2025). KEBUN SALUUBUE, KECAMATAN MAMASA, KABUPATEN MAMASA, SULAWESI BARAT, SELASA SORE, 28 OKTOBER 2025. (FOTO: SARMAN SHD)

TRANSTIPO.com, Mamasa – Memang hujan turun tak sederas hari-hari kemarin dibanding pada Selasa yang tampak rerintik belaka. Tapi nyaris sejak siang hingga menjelang larut malam, bumi Mamasa diselimuti gelap dan hujan gerimis. Mamasa sungguh kian dingin.

Pada Selasa, 28 Oktober 2025, sejak pagi hingga petang, Bupati Mamasa Welem Sambolangi menggenapi agenda penting ketiganya selaku kepala daerah dengan mengunjungi daerah muasal lelaki Nompo hilang di Salubue, Kecamatan Mamasa, Sulawesi Barat.

Seusai memimpin upacara rutin tahunan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025 di halaman Kantor Bupati Mamasa pagi, setelah itu — sekitar pukul 09.30 Wita — bupati Welem bergerak ke Desa Lambanan, 8 kilometer di ujung kota Mamasa, menyaksikan pertandingan final sepakbola Bupati Cup 2025.

Welem Sambolangi belum hendak menenangkan penat di rumah jabatan atau kembali ke ruang kerja apik di kantornya di Rante-Rante. Ia malah memacu adrenalin ke Dusun Salubue mengunjungi langsung keluarga Nompo yang diduga terseret air sungai yang meluap akibat hujan deras sepekan ini. Seterusnya bupati Welem menyisir jalan setapak sampai di titik awal di mana korban mengalami nasib naas.

BUPATI MAMASA WELEM SAMBOLANGI TIBA DI KEBUN KELUARGA NOMPO DI DUSUN SALUBUE, MAMASA, SULBAR, SELASA, 28 OKTOBER 2025. (FOTO: SARMAN SHD)

Meski jarak dari rumah keluarga Nompo atau jalan utama Trans Nasional Mamasa ke kebun sejauh tak lebih 800 meter, tapi jalan setapak berkelok naik-turun lagi licin itu justru memacu antusiasme berjalan kaki serembongan besar pengawal bupati yang sungguh menantang.

Inilah petang di bawah mendung yang akut untuk agenda ketiga di hari Selasa yang justru tak menyurutkan kecapaian sedikit pun Bupati Welem.

Meniti jembatan gantung berpengikat besi tua dengan tiga bambu bersambung sepanjang 30-an meter, hanya bisa dilintasi satu arah sambil berpegangan kuat pada besi induk di dua sisi yang menjulur, yang ujungnya diikatkkan pada kayu hidup masing-masing di tepian sungai.

Welem Sambolangi meniti di atas jembatan gantung — jembatan krusial laiknya pertarungan nyawa — itu, yang hanya setinggi dua tiga meter dari air sungai dalam keadaan normal.

BUPATI MAMASA WELEM SAMBOLANGI STAR DI DASAR KEBUN UNTUK BERLARI DI PENDAKIAN TERJAL DI KEBUN SALUBUE, MAMASA, SULBAR, SELASA SORE, 28 OKTOBER 2025. (FOTO: SARMAN SHD)
BUPATI MAMASA WELEM SAMBOLANGI SEDANG LARI DI KEBUN MENUJU PONDOK DI KETINGGIAN DI SALUBUE. (FOTO: SARMAN SHD)
BUPATI MAMASA WELEM SAMBOLANGI DULUAN MENCAPAI PUNCAK DI KEBUN SALUBUE. (FOTO: SARMAN SHD)

Sementara di saat air sungai meluap seperti halnya — dalam dugaan kuat — ketika Nompo sedang menyeberang jembatan pada tiga hari lalu untuk pulang ke rumahnya, arus sungai kian deras dan meninggi. Bekas luapan air sungai masih tampak benar secara kasat pada Selasa sore di mana sepanjang perjalanan dari samping jembatan hingga ke jembatan gantung, kiri-kanan pinggiran sungai semak-semak dan kebun warga bawaan luapan air sungai masih jelas membekas.

Seliweran cerita, diduga pada saat Nompo turun dari kebunnya dan di atas jembatan gantung itulah kakinya terpeleset di alas jembatan dari dua bambu bundar itu, lalu terpelanting ke sungai, dan hanyut. Itu asumsi awal yang berkembang.

Otoritas tim SAR bersama TNI, Kepolisian dan BPBD Mamasa yang bergerombol melakukan pencarian pascahilangnya Nampo pada Sabtu lalu di kebun Salubue, pun belum berani manarik kesimpulan penyebab utama hilangnya Nompo. Upaya pencarian terus dilakukan, seperti pada Selasa petang, semua pasukan air naik ke darat menampakkan diri di sekitar rombomgan Bupati Mamasa dan Dandim 1428/Mamasa, dan unsur Forkopimda Mamasa lainnya.

Radius puluhan meter sekitar area jembatan Salubue, tampak banyak sekali orang dengan rupa-rupa seragam mentereng.

Bupati Welem Tanpa Sepatu Laras Telusur Salubue

Sungguh trengginas.

Seolah tak ada payung sebelum hujan. Bupati Mamasa Welem Sambolangi bergerak ke jalan setapak berlumpur dengan bekal pengalas sepatu kets. Pakaian penutiup badan yang  dikenakannya sejak menonton bola di pinggir lapangan Lambanan, sebelumnya.

Tak ada laras yang disediakan secara cekatan oleh pihak bawahan. Mungkin lupa. Waktu mepet. Beda dengan komandan TNI di Mamasa, pakai laras bergigi kuat. Seragam serasa menantang ganasnya perjalanan menjangkau kebun Nompo yang berliku, naik turun, tanah licin.

BUPATI MAMASA WELEM SAMBOLANGI DI ATAS JEMBATAN TRADISIONAL DUSUN SALUBUE, MAMASA, SULBAR, SELASA PETANG, 28 OKTOBER 2025. (FOTO: SARMAN SHD)

Di perjalanan menuju kebun keluarga Nompo (18 tahun), Jurnalis senior Mamasa, Hamzah –disapa Anca’– coba memacu langkah melanggar jalur jalan tradisional warga kampung untuk melewati Bupati Welem yang terus melaju di depan.

Dalam jarak terukur Jurnalis Anca’ memformat balik pengambilan gambar di layar kamera ponselnya sembari mengajukan pertanyaan singkat kepada Bupati Welem yang beriring di belakangnya. Sekelebat bupati menjelaskan singkat padat seraya terus bergerak melangkah maju.

“Mohon doanya, kiranya tim SAR, keluarga dan masyarakat, semoga diberi kesehatan, diberi kekuatan, tetap semangat untuk mencari saudara kita Nompo,” serunya meyakinkan.

Bupati Mamasa periode 2025 – 2030 ini menutup komentar pembukanya pada kunjungan Selasa petang kemarin, seraya mengajak mendaraskan Doa-doa pilihan untuk Nompo yang hingga Selasa malam masih tak ditemukan.

“Semoga beliau ditemukan dalam kondisi selamat. Namun apa pun kondisinya, mari kita berdoa semoga saudara kita ditemukan,” ajakan kuat dari Welem Sambolangi sebagai cara berikhtiar kuat seirama terus melangkah di bawah petang berkabut.

Setelah bupati dan puluhan orang dalam rombongan melalui jembatan gantung, belok kanan susuri pinggir sungai sekitar 50 meter, dari bawah dasar kebun keluarga Nompo, tantangan berikut sungguh nyata: harus mendaki di tengah kebun rupa-rupa tanaman yang sangat licin.

DARI KEBUN SALUBBUE, BUPATI MAMASA WELEM SAMBOLANGI MENDENGAR MASUKAN WARGA TERKAIT PERMINTAAN BANTUAN BANGUNAN PONDOK BARU DI KEBUN SALUBUE, MAMASA, SULBAR, SELASA, 28 OKTOBER 2025. (FOTO: SARMAN SHD)

Secara kasat jarak dekat, bupati Welem mengatur nafas berpuluh detik, lalu berlari memanjat tebing mengikuti undakan buatan yang cukup berukuran injakan kaki, dan sekelebat itu tiba di atas pondok seadanya, tempat terakhir Nompo menampakkan diri.

Rombongan lainnya masih tersengal-sengal berusaha merayap perlahan untuk bisa sampai ke atas sekitar 50an meter pendakian terjal sejadi-jadinya.

Ketika di pondok berpengalas seadanya yang ditutupi terpal berumur, bupati Welem bersama tiga-empat pengawal duduk, yang lainnya mengambil posisi berdiri di sekitar pondok sembari merasai arah angin untuk pengipas badan yang berkeringat. Teramat capai mendaki di atas tanah kebun gembur berair.

Berusaha sesantai dan melepas pandang ke perbukitan di seberang sungai, dan kebun sekitar yang luas, Welem berkata singkat memuji Nompo.

“Kita saja ini normal na oleng ki masuk. Gimana dengan korban kasian yang sering sakit-sakit,” empati Welem ke Nompo.

“Hebat juga itu orang (Nompo),” puji Welem. “Hebat itu,” sambungnya, dipertegas.

BUPATI MAMASA WELEM SAMBOLANGI (KIRI) DI SALUBUE, MAMASA, SELASA, 28 OKTOBER 2025. (FOTO: ANCA’)

“Saya ini orang sehat, nah….!” kalimat pendek itu ia ucapkan sembari perlahan menuruni jalan liciin nan terjal.

“Yang paling penting, diliatmi sumbernya,” singkat Welem Sambolangi.

Pemuda Nompo, seperti diberitakan SULBARKINI.COM, Sabtu, 25 Oktober 2025, dilaporkan hilang. Ia keluar dari rumah untuk ke kebun di Dusun Salubue, Kecamatan Mamasa.

Kepada media itu di Mamasa pada Sabtu, pihak keluarga Nompo mengatakan ayah kandung Nompo masih sempat melihat anaknya sedang berada di pondok kebun milik keluarga pada Sabtu sore. Namun sudah tak pulang ke rumah hingga upaya pencarian dilakukan di malam hari. Di kebun bahkan menyisir penggir sungai di Salubue. Sudah tiga hari lamanya upaya pencarian dilakukan, hingga Senin, 28 Oktober. Hasilnya nihil. Nompo entah di mana berada. Terseret arus sungai? Bersembunyi di tengah hutan?

Entahlah.

Dugaan kuat Nompo terseret arus sungai yang deras dan meninggi lantaran hujan turun deras berhari-hari, bahkan di Rabu, 29 Oktober, ini.

Bupati Welem yang turut ditemani sang istri setelah dari meninjau sumber naas korban, termasuk pak Dandim Mamasa, duduk di teras rumas loteng milik famili Nompo.

Tuan rumah menyediakan rupa-rupa kuliner Mamasa, termasuk di dalam sebuah gardu kecil tempat Posko SAR Gabungan Kabupaten Mamasa, dua meja penuh tempat kue dan minuman dingin segar.

Pekarangan rumah loteng yang melempang pada pemandangan Selasa sore itu, tampak warga cukup ramai, di antaranya berjubel hendak foto sama Bupati Welem bersana istri.

Untuk sepatu Welem yang penuh lumpur, pun hingga celana jins hitam sampai betis, ia seolah abai.

Sesekali ia selonjorkan kakinya melemaskan ketegangan setelah mendaki lumpur, dari kursi berjarak keluarga korban bermohon: bantukan todak pak.

“Iya, iyo. Lakubantuki’ atap untuk pondok di kebun le. Lasangaka atap?” tanya bupati Welem.

Satu dua warga menawar, “Si 18 atau 20 atap seng pak. Seng 7 kaki. 18 lembar,” usul seorang tetua, terinci.

FOTO BERSAMA BUPATI MAMASA WELEM SAMBOLANGI DAN ISTRI BERSAMA WARGA SALUBUE, MAMASA, SELASA, 28 OKTOBER 2025. (FOTO: SARMAN SHD)

Tetua yang lain di dekat bupati Welem, “Kasi cukup 18 lembar seng pak, adapun lebihnya dipake yang lain.”

Welem menyanggupi. Manggut-manggut.

Karena Bupati Mamasa masih kerasan duduk didampingi istrinya, tetiba usulan baru masuk.

“Sekalian balok dan papan pi tau pak bupati!”

Kian sore, bu ibu mengerubungi bupati, entah apa penyampaian mereka. Dan… makpoto bersama pi tauwa, pak.

Setelah sesi foto di bawah rerintik hujan, bupati Welem susul istri naik ke mobil dinas, membawa lumpur terlekat erat di sepatu kets menuju kota Mamasa menjemput awal malam tiba.

SARMAN SHD

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini