SMK Negeri 1 Tobadak, Mamuju Tengah. (Foto: Ruli)

TRANSTIPO.com, Topoyo – Dua orang siswa di SMKN 1 Tobadak yakni, Greis Vani Totong (15) dan Desi Yanti (15) mengalami perlakukan yang tak siangka-sangkanya—yang sungguh merugikan pihaknya.

Pihak kuasa di sekolah menerbitkan surat rekomendasi yang intinya memindahkan siswa Greis dan Desi ke sekolah lain. Sumber laman ini menyebutkan bahwa keduanya tidak dikeluarkan melainkan dipindahkan ke sekolah lain.

Penyebab “hukuman” untuk sisawa Greis dan Desi bermula saat keduanya membuat cuitan di grup messenger siswa. Kedua siswa ini mengakui cuitannya itu yang oleh pihak lain dianggap bernada provokasi.

Kejadiannya, beberapa hari sebelum puncak Hari Guru Nasional yang jatuh pada 25 November 2019.

Ketika dikonfirmasi pada Kamis, 5 Desember 2019, Greis dan Desi mengakui perbuatannya tersebut.

“Memang ada postingan itu, tapi kami keberetan atas keputusan sekolah yang tidak adil, seakan pilih kasih itu guru,” kata Greis Vani, kepada wartawan, belum lama ini.

Keduanya menilai sanksi yang diberikan pihak sekolah tidak adil.

Justru kehebohan atas cuitan itu terjadi setelah rekan di kelasnya mengambil screenshot dari layar android atas sebagian percakapan di grup messenger itu, lalu menyebarkannya di dinding facebook. Dari sinilah pihak sekolah gerah, terutama saat ia melapor kepada seorang guru.

Greis Vani bilang, dua temannya itu tidak diberi sanksi oleh pihak sekolah, padahal mereka yang menyebarkannya ke media sosial—facebook—atas hasil screenshot tersebut.

Greis Vani (15), siswa SMK Negeri 1 Tobadak, Mamuju Tengah. (Foto: Ruli)

“Teman saya itu malah ia jadikan story di dinding facebooknya dari screenshot itu,” cerita Greis, yang ia bilang bahwa kejadian itu telah diketahui oleh guru di kelasnya.

“Siswa siapa yang berani memukul guru”. Itulah salah satu isi percakapan dalam grup messenger siswa yang dibuat oleh Greis Vani yang kemudian disebarkan oleh rekannya.

Greis keberatan. “Facebook itu kan tempat umum, semua orang tahu, sedangkan saya (memosting) hanya di group messenger. Mengapa mereka berdua aman-aman saja dan tidak ada hukuman?” dengan nada serius, Greis bilang, “Saya sungguh heran.”

Greis Vani hanya menerima keputusan pihak sekolah dengan harus pindah ke sekolah lain. Ia tak berani melapor ke pihak berwajib atas kebijakan kuasa sekolahnya itu.

“Mamaku takut karena guru bilang harus terima keputusan rekomendasi pemindahan ke sekolah lain. Kalau tidak, akan dilapor kasus ini ke polisi, bisa dipenjara,” cerita Vani mengulang bunyi ancaman dari pihak sekolahnya itu.

Greis dan Desa kerap mengulang, “Kenapa kami langsung dipindah, sementara Dea Pratia dan Hendra Trisno serta siswa yang menyebarkan ke facebook tidak diberi kebijakan.”

Dikonfirmasi pada Kamis, 5 Desember, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Nirwana Aras meminta agar hal itu dikonfirmasi ke pihak sekolah. Hal itu agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menyikapi kasus tersebut.

“Harus dikonfirmasi dulu ke pihak sekolah maupun siswa, seperti apa. Jangan sampai kita menanggapinya salah. Sebenarnya hal ini bukan domain kami tapi yang punya domain adalah dinas provinsi,” kata Nirwana Aras.

Isi cuitan di grup messenger siswa SMK Negeri 1 Tobadak, yang di-screenshot rekan Greis Vani lalu disebarkan ke facebook. (Foto: Ruli)

Jika memungkinkan, lanjut Nirwana, siswa tersebut bisa diberi kebijakan berupa bimbingan khusus, harapannya agar siwa dapat berubah.

“Tapi kalau sudah diberi bimbingan pelatihan dan masih juga tidak berubah, pihak sekolah berhak mengambil kebijakan. Apalagi jika siswa bersangkutan sudah berulangkali melakukan hal yang sama, ya, langsung dikeluarkan dari sekolah,” tegas Nirwana.

Sementara, Kepala Sekolah SMKN 1 Tobadak, Muhlis menjelaskan, perbuatan Vani dan Desi dianggap mencemarkan nama baik sekolah.

“Ini siswa kita rekomendasikan untuk pindah sebab perilaku seperti ini tidak mencerminkan sebagai siswa. Apalagi mengancam gurunya, perbuatan itu dianggap mencemarkan nama baik sekolah,” ungkap Muhlis melalui sambungan telepon tanpa kabel, kemarin.

Menurutnya, Vani dan Desi mengajak sesama siswa yang ada di grup messenger untuk memukul guru.

Menurut Muhlis, ada empat nama guru yang disebut sebagai target tantangan pemukulan.

Ia menambahkan, Vani bukan kali ini saja menunjukkan perilaku tidak baik terhadap guru.

Saat siswa tersebut masih di kelas satu, Greis Vani juga pernah melakukan kesalahan yakni tidak menghargai guru.

Tapi ketika itu, akunya, pihaknya masih memberi kebijakan dengan harapan bisa berubah.

“Anak ini mengajak temannya untuk melawan guru. Ini bisa berdampak tidak baik terhadap teman-teman lainnya, guru pun sudah tidak sanggup untuk membina anak ini,” ketus Muhlis.

RULI SYAMSIL

2 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Mita Batal membalas

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini