
TRANSTIPO.com, Mambi – Pasca Idulfitri tahun ini silaturahmi dan anjangsana Halal bi Halal dengan sanak keluarga di kampung-kampung praktis hanya leluasa dilakukan pada hari H lebaran, Minggu, 2 Mei hingga Selasa, 4 Mei 2022 lantaran cuaca memburuk.
Hujan turun mulai Selasa sore dan pada Rabu esoknya, 5 Mei, matahari hampir tak tampak lantaran diselimuti awan, sorenya hujan keras mulai turun sampai malam hari.
Keadaan cuaca tak bersahabat demikian terjadi umumnya di Kabupaten Mamasa. Lalu-lalang warga untuk bersilaturahmi ke rumah-rumah kerabat hingga melintasi kampung-kampung mulai terlihat sepi pada Rabu pekan lalu itu.
Seterusnya — dan seolah ‘terjadwal rutin’ — dari sejak Rabu hingga Sabtu, 7 Mei saban lepas siang, hujan deras turun dengan sesekali bunyi petir yang keras.
Anomali (ketidaknormalan) cuaca selama hampir sepekan itu, puncaknya terjadi mulai pada Sabtu dinihari, 7 Mei.
Informasi tentang dampak akibat hujan tersebut, terjadi longsor di mana-mana di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Media sosial memviralkan gambar dan video pendek longsor yang terjadi hampir di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Mamasa: dari ujung perbatasan dengan Kabupaten Mamuju di Kecamatan Tabulahan hingga ujung Kecamatan Messawa atau perbatasan dengan Kabupaten Polewali Mandar (Polman).
Bisa dibilang pada Sabtu dan Minggu lalu itu, arus lalulintas terganggu, utamanya di jalur poros jalan nasional. Di sejumlah titik jalan terjadi longsor besar dengan material longsoran menutupi badan jalan memanjang.

Jangan dibilang jalan antarkecamatan dan antardesa. Warga kampung hanya bisa mengeluhkan keadaan sulitnya bepergian dengan berkendara mesin di akun media sosial miliknya. Dari luar daerah, sanak famili yang mengetahui keadaan tersebut, hanya bisa mengirimkan pesan bersabar ditambah doa-doa terbaik.
Libur panjang hari raya Idulfitri baru akan berakhir pada Minggu, 8 Mei, ini juga yang membuat pihak pemerintah daerah dalam posisi dilema untuk cepat tanggap ikut terlibat membantu penanganan bencana yang terjadi di banyak tempat di Kabupaten Mamasa.
Sabtu petang, kabar mengenai kejadian longsor tinggal berupa statistik belaka. Titiknya teramat banyak.
Di sepanjang jalan nasional yang membentang seratusan kilometer di Kabupaten Mamasa — termasuk jalan antarkecamatan dan antardesa/kelurahan — umumnya diantarai jurang yang curam dan tebing gunung-bukit yang terjal. Makanya, ketika terjadi hujan dengan intensitas lama, tanah amblas dan longsor begitu mudah saja terjadi.
Di Kelurahan Talippuki, Kecamatan Mambi misalnya — pusat sorotan saat ini — longsor besar terjadi di Lingkungan Ba’ba Sikki, sekitar 4 km dari Kelurahan Mambi.
Menurut keterangan sejumlah warga, diperkirakan longsor terjadi pada Sabtu dinihari.
“Banyak titik longsor antara Mambi dan Talippuki, tapi ini di Ba’ba Sikki yang paling besar karena tertutup jalan,” kata Nurhasan (47 tahun) di Mambi, Senin malam, 9 Mei, sekitar pukul 22.30 WITA.
Lelaki asal Salubulung, Talippuki ini bilang bahwa, pekerjaan pembersihan tanah longsoran itu mereka lakukan sejak Sabtu pagi juga. “Kami gotong rorong. Ya, pakai alat biasa, sekopang (sekop) dan bingkung (cangkul).”
Nurhasan tak sendiri. Ia bersama Lurah Talippuki Badaruddin Abdullah. Badar — sapannya — mengakui kampung-kampung tua yang ia pimpin kini dalam keadaan menyulitkan.

“Banyak longsor di jalan, sementara jalur antara Mambi ke Talippuki yaa hanya itu,” kata Badar.
Sisa hari libur dua hari Sabtu dan Minggu itu, Lurah Badar mengomandoi warga kelurahan untuk bahu-membahu bersihkan material longsoran. “Asal bisa dilewati,” ujarnya.
Tapi apa daya. Pembersihan secara ‘manual’ cukup mengandalkan puluhan tenaga manusia, tentu tak signifikan. Paling tidak kendaraan roda dua (motor) bisa lewat. Tapi bongkahan besar tanah bercampur kayu dan batu-batuan masih saja terlihat.
Upaya Badaruddin terus menghubungi para pihak di Pemkab Mamasa tiada henti pada Sabtu dan Minggu. Di Mamasa permintaan Badar untuk alat berat pengeruk tanah tersambut.
“Hari Senin, sekitar jam 8 pagi datangmi mobil doser (excavator) dari Dinas PU Mamasa. Jadi mulai pagi langsung bersihkan itu tanah,” ujar Nurhasan yang sejak Sabtu siang setia berada di Ba’ba Sikki, lokasi longsor.
Tak sedikit warga Kelurahan Talippuki berada di dekat lokasi longsoran pada saat alat berat excavator dari Mamasa itu sedang melakukan pembersihan material longsoran.
Naas pun tiba.
Pengerjaan pembersihan tanah longsoran di Talippuki itu sudah akan berakhir menjelang awal malam tiba.
Menurut keterangan Badar dan Nurhasan, sekitar jam 5 sore lewat, tiba-tiba kami dikagetkan dengan bunyi keras.
“Tiang listrik patah. Trafo listrik jatuh. Orang mulai teriak karena melihat ada anak kecil tertimpa itu trafo,” cerita Nurhasan tampak tegang.
Nurhasan kerap menyapu raut wajahnya dengan telapak kanan sembari menyebut kebesaran Tuhan dalam nada kecil.
“Kuasa Puang. Itu kabel listrik rapat mi ke tanah. Tapi tidak ada juga yang dikontak (kesetrum) listrik. Pokoknya kami panik, nah ini maumi malam.”
Ia lanjutkan bercerita, teriakan bercampur suara tangis saat melihat tiga orang anak kecil tertimpa travo listrik PLN.
“Kan, banyak anak-anak menonton, melihat kerja itu alat berat. Karena hujan juga, anak-anak itu berteduh di bangunan pos jaga,” kata Nurhasan.
Sembari bercerita, Nurhasan juga menyilakan menyaksikan beberapa video berdurasi singkat pekerjaan pembersihan material longsor.
“Untung tidak terbakar itu trafo. Begitu memang katanya, kalau sentuhmi tanah, ya tidak terbakar itu,” cerita Nurhasan.
Terkait jatuhnya trafo listrik akibat salah satu tiang listrik patah di Talippuki, pihak otoritas PLN di Kabupaten Mamasa belum memberikan keterangan resmi.
Baik Badar dan Nurhasan, setelah menyaksikan secernat mungkin video pendek tersebut, keduanya tak berani menyimpulkan apa penyebab terjadinya tiang listril PLN patah.
Dari video itu memang kalau excavator yang terus bergerak tak jauh dari salah satu tiang listrik berdiri.
Dugaannya, mungkin kena tali penyangga tiang listrik. “Saya juga tidak bisa pastikan apakah alat berat itu kena tali penyangga atau apa, kan sudah panik orang setelah ada korban,” ujar Badar.
Nurhasan bilang, kami langsung larikan itu anak-anak ke Puskesmas Mambi. “Sudah malam kami tiba di Puskesmas.”
Badaruddin dan Nurhasan diwawancara di sebuah teras pojok pada salah satu bangunan di Puskesmas Mambi, Senin malam, 9 Mei, sekitar pukul 22.30 WITA.
Saat itulah diketahui tiga bocah asal Talippuki yang tertimpa trafo listrik PLN di Lingkungan Ba’ba Sikki, Talippuki. Ketiga korban dimaksud yakni, Rafil alias Asil (11 tahun), Wadil (9 tahun), seorang perempuan bernama Wahdania (10 tahun).
Terpantau di Puskesmas Mambi, ketiga bocah anak sekolahan ini dirawat intensif oleh sejumlah perawat di Puskesmas Mambi. Dua bocah berbaring di atas bangsal, sementara yang seorang (Wadil) tetap dalam pangkuan Ibunya.
Nurhasia membiarkan anak bungsunya itu memeluknya dalam gendongan bersarung. Wadil kerap bicara pada Ibunya dengan mengajaknya pulang ke rumahnya di Salubulung, Talippuki.
Tapi atas saran sejumlah pihak, si kecil Wadil bersedia lepas dari gendongan untuk dibaringkan di bangsal tak jauh dari tempat Rafil yang juga sedang terbaring kesakitan.
Terdapat sejumlah luka di badan bocah Wadil, dari kaki hingga tangan, terutama di bagian kepala. Perawat di Puskesmas Mambi telah kasi perban di kepalanya.
Begitupun dengan Rafil. Tangannya yang terluka akibat tertimpa trafo atau material listrik lainnya, pihak perawat telah lakukan perban medis.
Dari Nurhasan, si mungil Wahdania mengalami luka parah pada jemari. “Hampir putus kasian jari-jarinya.”
Keterangan lainnya dari Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Mambi, IPDA Ahmad Khaerul pada Selasa, 10 Mei, sekitar pukul 13.08 WITA.

“Pada hari Senin, 9 Mei 2022 sekitar pukul 8 pagi di Lingkungan Ba’ba Sikki, Kelurahan Talippiki dilaksanakan pembersihan jalan akibat adanya longsor dengan menggunakan alat berat excavator di jalan tersebut. Sekitar jam 17.30 WITA tiba-tiba tiang listrik milik PLN roboh dan menarik tiang yang lain dan mengakibatkan kedua tiang roboh dan menimpa 3 orang anak yang sedang berteduh di pos ronda yang di atasnya ada tiang listrik beserta trafo jatuh dan menimpa anak tersebut. Selanjutnya dibawa ke Puskesmas Mambi untuk diperiksa intensif oleh petugas puskesmas,” demikian keterangan tertulis Ahmad Khaerul kepada transtipo.
Penyebab patahnya dua tiang listrik PLN di Talippuki itu hingga kini masih dalam penyelidikan serius pihak kepolisian.
Sejak kejadian hingga sekarang, informasi yang dihimpun, dua orang tenaga operator mesin excavator tetap dalam keadaan aman.
“Dua orang operatornya langsung tinggalkan itu alat berat, kasian. Selama satu hari kerja itu biasa gantian jalankan eskavator,” kata Nurhasan.
Terpisah, di ujung telepon pada Selasa pagi, 10 Mei, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Mamasa Daud Tandi Arruan mengaku prihatin atas musibah yang terjadi di Talippuki barusan.
“Saya sudah perintahkan kepala bidang di kantor yang sedang berada di Mambi untuk ikut membantu fasilitasi kalau mau dirujuk itu tiga orang anak. Mau ke Mamasa atau ke Polewali kami pasti akan perhatikan,” kata Daud Arruan.
Punggawa PUPR Mamasa itu mengaku tidak bisa ke lokasi saat ini karena akan mengikuti rapat persiapan menyambut kedatangan Menteri Pariwisata, Sandiaga S. Uno di Mamasa.
Daud juga bilang bahwa pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Lurah Talippuki dan Kapolsek Mambi.
Masih pagi pada Selasa tadi ketika rombongan kecil dari Mamasa tiba di Mambi.
Sebuah mobil innova putih milik RS Kondosapata’ tiba di Puskesmas Mambi untuk keperluan menjemput dua sang bocah yang dirujuk ke RS Darma Polewali Mandar. Satu bocah lainnya — oleh pihak keluarga dekat korban — memilih kembali ke rumahnya di Talippuki.
Rombongan lain yang dimaksud tadi, jajaran kepolisian dari Polres Kabupaten Mamasa turun langsung ke TKP di Talippuki.
Sejumlah gambar yang diterima laman ini, Kapolres Kabupaten Mamasa yang didampingi Kapolsek Mambi tampak berada di lokasi longsor dan tempat ketiga korban tertimpa trafo listrik akibat tiang beton yang patah.
SARMAN SAHUDING