Ulasan singkat ini intisari dari Laporan Utama TIPO dalam Edisi Khusus Desember 2016. IZ itu adalah Ismail Zainuddin.
LAMAN ini jadi penyaksi untuk tiga kegiatan yang diikuti oleh Carlo Brix Tewu dengan Ismail Zainuddin. Acara pelantikan dan pengukuhan sejumlah pejabat eselon di kantor Gubernur Sulbar pada 3 dan 4 Januari 2017, termasuk jumpa pers menjelang Ma’rib pada tanggal 3 sore itu.
Dia tampak begitu ‘cemistry’, antara Carlo dan IZ. Semua orang—termasuk ‘calon’ pejabat Eselon II dan III Pemprov Sulbar—yang duduk rapi dengan handphone aktif di tangan tanpa suara dan getaran, ketika menanti detik-detik hadirnya dua sosok penting di provinsi saat ini.
Detik-detik kehadiran dua sosok penting itu—Carlo dan IZ—selalu bisa ditebak lantaran staf Keprotokoleran Humas Pemprov Sulbar yang sebelumnya tampak berkeliaran, dan saat itu akan siap siaga merapikan seisi ruangan. Termasuk berdiri di titik-titik tertentu sambil saling menyapa di antara mereka dengan ‘gerakan sandi’.
Sejurus dengan itu, Carlo dan IZ memasuki ruangan ‘kehormatan’ di auditorium lantai 4 itu. Dari kasat mata kami yang duduk di bawahnya, Carlo dan IZ hanya bergerak beberapa langkah saja untuk tiba di tempat duduknya yang telah disiapkan.
Hanya mereka berdua yang duduk di atas. Di belakangnya terpampang spanduk besar dengan tulisan mata acara yang akan segera digelar.
Saat keduanya melangkah, Sekda IZ selalu berada di posisi belakang Carlo, tapi agak dekat. Yang menarik ditulis, derak langkah Carlo seolah ‘berat’ untuk belakangi IZ. Tapi prosedurnya sudah harus begitu. Penjabat gubernur di depan, dan sekda di belakang.
Tapi Carlo—semoga saya tak salah menilainya—seakan selalu ingin ‘menyilahkan’ IZ berdiri di sisinya, bukan di belakngnya. Karena itu, dari kasat mata penulis, Carlo sekali dua kali ‘menengok’ ke belakang. Gerakan badan sedikit sekali. Tapi itu jelas bahwa ia hendak ‘permisif’ untuk ‘menyilahkan’ IZ di dekatnya.
Di kala duduk pun, Carlo kerap kali membungkukkan badan tatkala ia menyapa IZ. Mungkin saat ia hendak menanyakan sesuatu kepada IZ. Yang satu ini, bukan hanya sekali atau dua kali, tapi tampak beberapa kali.
Pada kejadian-kejadian yang sedikit langkah itu, saya terkadang berbisik kepada rekan sebangku. “Pak Carlo ini pemilik bintang dua di kepolisian (Irjen). Penjabat Gubernur Sulbar. Itu bukti bahwa dalam struktur, sekda di bawahnya. Tapi, dengan kelenturannya berhormat pada pejabat Eselon I itu, seolah menjelaskan pada dirinya bahwa dia begitu beradab, dan sudah pasti penghormat pada kultur daerah Mandar,” begitulah saya berceloteh dalam penyaksian saya di ruang besar itu dalam dua hari berturut-turut.
‘Kelembutan’ Carlo secara kasat mata itu, tetap tak menyembunyikan bahwa ia berasal dari institusi ‘jalur komando’. Dari isi pidatonya yang singkat, menyentuh pokok-pokok soal yang penting dan substantif, juga selalu menyiratkan pesan-pesan yang inspiratif.
Ketika hendak berjalan untuk berpidato atau pun saat kembali ke tempat duduknya, Carlo selalu menundukkan badan pada sekda IZ. Luhur sekali dipandang. Menyejukkan, sebab sebagai sesama pejabat level atas telah menampilkan adegan yang layak ditiru.
Di jemari IZ, tak pernah lepas bolpoin berwana biru muda. Itu pertanda bahwa—semoga tak salah mengartikannya—IZ akan senantiasa mencacat hal-hal yang penting. Atau bisa pula dimaknai bahwa itu adalah simbolisme sebagai ‘pejabat ganda’.
Apa itu maksud ‘pejabat ganda’? Sebagai penjelas dari judul di atas, IZ miliki ‘kekuasaan’ lain yang penulis sebuat “wakil gubernur”—meski posisi ini tak ada dalam struktur saat ini.
Dalam ulasan TIPO, IZ terurai agak panjang. Anggaplah ini ‘kado khusus’ untuknya sebagai birokrat senior yang mantan Pelaksana Harian Gubernur Sulbar.
Sajian ini teramat singkat. Untuk memaknai kandungan judul di atas, sekiranya ini sekadar pintu pembuka dalam memori penterjemahan kita bersama yang telah menyaksikan ragam kegiatan untuk seminggu terakhir ini, di pusat ‘gravitasi’ provinsi tercinta ini.
Mohonkan maaf jika ada kata dan sajian yang tak bersesuain dengan fakta yang sesungguhnya. Wassalam
Mamuju, Kamis siang, 5 Januari 2017
SARMAN SHD