TRANSTIPO.com, Mamasa – Tamrin adalah seorang pemuda asal Desa Salukepopo, Kecamatan Bambang yang beberapa tahun belakangan lebih banyak bermukim di Mamasa, ibu kota Kabupaten Mamasa.
Dari data telusur, Tamrin diketahui ‘dekat’ dengan salah seorang elit politik dan pemerintahan di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
Pemuda ini geram saat menjelaskan sebuah foto yang diketahui, salah satunya adalah Yacub F. Solon, salah seorang calon Penjabat (Pj) Bupati Mamasa.
Umum diketahui bahwa pada 19 September 2023 Ramlan Badawi dan Marthinus Tiranda akan habis masa jabatannya selaku Bupati dan Wakil Bupati Mamasa.
Pasangan dengan tagline ‘Harmonis’ ini genap memimpin pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Mamasa selama 5 lima tahun: 2018-2023.
Sumber di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat menyebutkan, sekarang ada 4 nama pejabat birokrasi yang sedang digodok di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sebagai calon Pj Bupati Mamasa.
Informasi dari sumber yang kredibel itu tak merinci 4 nama dimaksud itu. Tapi telah beredar luas satu dua pekan terakhir, nama calon Pj Bupati Mamasa berpusar di nama ini: Habibi Aziz dan Yacub F. Solon (pejabat Eselon II di Pemprov Sulawesi Barat), serta Muh. Sukur (Sekda Mamasa) dan Ardiansyah (Sekda Majene).
Kepastian siapa ketiban rezeki menjadi Pj Bupati Mamasa, Pj Guberbur Sulawesi Barat Prof Zudan Arif Fakhrulloh yang dikonfirmasi pada Kamis, 7 September, menjawab singkat.
“Saya belum dapat info dari kemedagri, mas,” ujar lelaki asal Sleman, Yogyakarta itu.
Tamrin menunjukkan ketidaksukaannya pada sosok Yacub F Solon dengan membuat seruan tertulis di salah satu WAG Mamasa.
Ia menulis, “Koalisi Aktivis Mamasa (KAM) menolak Pj Bupati Mamasa yang terduga lahir dari produk politik PDIP.”
Produk politik yang dimaksud pemuda Tamrin merujuk pada sebuah foto salah seorang calon Pj Bupati Mamasa, Yacub Solon, yang Tamrin ketahui bahwa foto itu dipotret di salah satu ruangan petugas partai PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta.
Pemuda ini tak menjelaskan kapan hasil jepretan foto tersebut. Ia hanya tengarai bahwa yang bersangkutan — Yacub F Solon — mendatangi kantor DPP PDIP di Jakarta, yang ia duga terkait pencalonan bersangkutan sebagai calon Pj Bupati Mamasa.
Dari empat poin tuntutan “koalisi sendiri” pemuda Tamrin, salah satunya menegaskan: “Mendesak Kemendagri menolak (calon) Pj Bupati Mamasa yang diduga lahir dari partai politik karena akan menciderai marwah pesta demokrasi 2024 yang lahir dengan kepentingan politik.
Seruan Tamrin tersambut luas. Sejumlah media mengutip utuh pernyataan tertulis Tamrin itu. Lalu disebar kembali di beberapa WAG.
Sejumlah penghuni group whatsapp pun memberi argumentasi yang beragam. Ada yang mendukung langkah Tamrin, tak sedikit pula yang ‘mencibir’ ocehan Tamrin.
“Bos mu dukak produk politik,” salah satu pendapat dari riuh beragam pendapat publik di WAG
Tamrin dicemooh dekat dengan salah seorang tokoh parpol di Mamasa. Termasuk ada yang pertanyakan, akan pakai uang berapa untuk fasilitasi demonstrasi nanti?
Begitulah. Ini demokrasi.
Yohanis Karatong, Ketua DPC PDIP Kabupaten Mamasa menanggapi dingin apa yang berkembang terakhir ini, yang ‘tetkesan’ menyudutkan partainya, dikaitkan dengan pencalonan Yacub Solon sebagai calon pemimpin Mamasa baru.
“Penolakan Pj Bupati Mamasa ini tidak beralasan sebab telah sesuai dengan mekanisme berdasarkan Permendagri Nomor 4 Tahun 2023, dan surat Menteri Dalam Negeri Nomor 100.2.1.3/3736/sj, apalagi kalau yang tidak menerima juga berlatar belakang dari partai politik,” Yohanis Karatong dalam keterangan tertulisnya.
Yohanis juga tak menampik dengan foto yang menjadi sumber ‘kemarahan’ pemuda Tamrin.
“Alasan foto silakan ditanyakan ke pak Yacob Solon karena saya sama sekali tidak mengetahuinya, dan saya kira semua nama-nama calon Pj diusulkan oleh fraksi sebagai perpanjangan tangan partai politik di gedung DPRD (Mamasa),” sebut politisi PDIP ini.
Berbilang jam yang lalu, Yacub F Solon menyambut konfirmasi dengan menyebutkan sedang rapat anggaran 2024, dinda.
Sembari dengan itu, lelaki asal Mamasa ini mengirimkan sebuah foto hasil tangkapan dari layar dengan aplikasi Zoom.
Dalam foto ini, ada Prof Zudan, Sekprov Dr. Muhammad Idris, Dr. Jamil Barambangi, Yacub Solon, dan Herdin Ismail.
SARMAN SAHUDING
Kalau berfoto bersama dgn politisi seorang ASN dianggap sudah berpolitik ini sudah kesimpulan yg tidak berdasar.
Bagaimana kalau seorang ASN berfoto bersama Presiden atau duta Negara lain apakah bisa disimpulkan seorang ASN sudah menjadi WNA atau paling tidak mendukung kebijakan negara lain?