Innalillahi wainna Ilaihi Rojiun
Turut berduka sedalam-dalamnya atas wafatnya Affan Kurniawan, driver Ojol di Jakarta, dan tiga warga di Makassar semalam. Semoga almarhum-almarhumah Husnul Khatimah, Aamiin.
TRANSTIPO.com, Jakarta – Dari palung hati terdalam, seluruh kapasitas Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi Barat (BPP KKMSB) turut berbelasungkawa atas wafanya anak negeri: di Jakarta dan Makassar.
Seluruh warga Mandar yang tersebar di seluruh pelosok negeri atau diaspora Mandar Indonesia turut prihatin atas kondisi Indonesia terkini. Kita semua berdoa agar apa yang terjadi dua tiga hari terakhir, baik di Jakarta maupun beberapa daerah di Indonesia, kembali dalam kehidupan normal, aman, nyaman, dan terkendali.
Sekjen DPP KKMSB, Isra D. Pramulya (48 tahun) memerhatikan seksama dan berempati penuh atas kondisi yang terjadi saat ini, dan karena itu ia tak berpangku seraya berusaha menebar nilai-nilai kebajikan, seperti nilai ajaran dan kearifan para leluhur Mandar.
“Sebagai perantau, kita harus tetap tenang. Nilai Siri’ dan Pesse’ mengajarkan kita untuk tidak terprovokasi,” ujar Isra D. Pramulya di Jakarta, Sabtu pagi, 30 Agustus 2025.
Nilai luhur orang Mandar itu, terang Isra, menekankan harga diri dan solidaritas, menjadi pedoman untuk kita semua.
Isra menghimbau seluruh bangsa Indonesia untuk mengutamakan perdamaian, persatuan, dan kesatuan bangsa.
Ia berpesan dan mengingatkan untuk kita semua, dalam situasi seperti sekarang ini rawan gesekan.
“Kita semua berkewajiban menjaga Indonesia tetap damai. Persaudaraan kebangsaan jauh lebih penting dibanding kepentingan politik sesaat atau agenda kelompok tertentu,” ujarnya.
Secara khusus, Isra menekankan kepada diaspora Sulawesi Barat agar tetap tenang, beraktivitas normal, dan menolak provokasi maupun tindakan anarkis yang melanggar hukum saat menyampaikan aspirasi.
“Menyampaikan pendapat adalah hak, tapi jika dilakukan dengan cara yang melanggar hukum, justru akan merugikan diri sendiri dan nama baik daerah,” tegasnya.
Bagi warga Mandar Sulawesi Barat, Isra mengingatkan pentingnya menjaga identitas moral Mandar dalam keseharian: santun, beradab, serta menjunjung tinggi siri’ dan pesse’.
Karakter ini menjadi fondasi moral yang menuntun diaspora dalam menghadapi berbagai tantangan di perantauan.
Tak hanya itu, Isra juga menyerukan agar semua pihak senantiasa berdoa dan berikhtiar agar bangsa tetap berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, dijauhkan dari gangguan para pemecah belah persatuan.
“Doa dan ikhtiar kolektif adalah kunci. Bangsa yang besar bukan hanya kuat secara fisik, tetapi juga memiliki spiritualitas yang kokoh,” katanya.
Dalam menjaga stabilitas, Isra menekankan peran aparat penegak hukum untuk bertindak profesional, proporsional, dan tegas terhadap segala aksi yang mengganggu keamanan maupun persatuan bangsa.
“Negara harus hadir dengan cara yang adil dan tegas. Tidak boleh ada pihak yang merasa bisa bertindak di luar aturan hukum,” jelasnya.
Pesan Isra, setiap langkah, setiap tindakan komunitas Mandar di perantauan, adalah lentera kecil yang menyalakan persatuan di tengah keramaian kota yang bergejolak.
“Di mana pun kita berada, menjaga perdamaian dan identitas moral adalah tanggung jawab kita,” ujarnya. Di sanalah, nilai siri’ dan pesse’ hidup, menjadi pengingat bahwa bangsa ini, meski majemuk, bisa tetap bersatu.
Pada konteks daerah, Tanah Mandar bumi Sulbar dibangun dengan susah payah oleh pendahulu kita, jangan kita rusak karena emosi sesaat.
SARMAN SHD