TRANSTIPO.com, Mambi – Bukan Laksamana Madya TNI (Purn.) Freddy Numberi yang hadir melakukan gunting pita saat peresmian pemakaian Bandara Sumarorong. Tapi nama lelaki kelahiran Papua, 15 Oktober 1947, ini tak akan pernah terlupa — paling tidak bagi warga Kabupaten Mamasa.
Ketika masih menjadi Menteri Perhubungan, pada tahun 2010 Freddy Numberi memberi “hadiah” Kabupaten Mamasa dengan sebuah bandar udara (bandara).
Kementerian Perhubungan mengalokasikan anggaran tak sedikit sejak dimulai pembangunan bandara ini.
Setidaknya, dikutip dari laman kompas.com, Sabtu, 17 April 2010, alokasi anggaran pembangunan Bandara Perintis Sumarorong, Kabupaten Mamasa, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2010 sebesar Rp25 miliar.
Tak berhenti sampai di angka itu. Dua tahun lebih kemudian, di bawah Menteri Perhubungan yang baru, E.E. Mangindaan, gelontorkan anggaran yang fantastik.
Media online Antara News pada Minggu, 11 November 2013 menulis, Pemerintah pusat melalui kementerian yang dinakhodai E.E. Mangindaan, menambah anggaran pembangunan Bandara Sumarorong sebesar Rp115 miliar.
Kantor Bandara Sumarorong berdiri, landasan pacu sepanjang 900 meter dan lebar 30 meter.
Kehadiran Bandara Sumarorong yang sementara melayani penerbangan perintis Mamasa – Makassar – Mamuju sekali dalam sepekan, menjadikan Kabupaten Mamasa di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) kian bersolek di bidang pariwisata.
Kado terindah. Pada 10 Maret 2014, sehari sebelum puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-12 Kabupaten Mamasa, Bandara Sumarorong diresmikan oleh Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan.
Saat peresmian bandara ini, perubahan telah dilakukan pada landasan pacu dengan panjang 1.150 meter.
Pesawat udara berkapasitas tempat duduk 24 orang ini berumur pendek — paling tidak dalam hal operasional. Hanya sekitar dua tahun setelah diresmikan, atau pada 2016, bandara ini berhenti beroperasi.
Setelah empat tahun dingin berselimut kabut, kabar menyegarkan datang sebelum tutup tahun setahun lalu.
Disiarkan rri.co.id, 24 Oktober 2020, Kepala Satker Otorita Bandara Wilayah V Sulawesi yang berkedudukan di Makassar, Baitul Ikhwan menyebutkan, Bandara Sumarorong perlu dilakukan perpanjangan landasan karena yang ada saat ini baru 1.150 meter.
“Dengan penambahan landasan sekitar 450 meter, maka sudah dapat dilalui jenis pesawat ATR.”
Harapan Baitul Ikhwan senada dengan yang disebutkan Bupati Mamasa Ramlan Badawi. “Perlu ditambah landasannya agar pesawat jenis ATR bisa mendarat,” katanya di Mamasa pada Kamis petang, 4 Maret 2021.
Banyak pihak prihatin melihat bandara ini. Salah satunya, seperti kata Ramlan, “Kasihan bandara ini, sudah menghabiskan banyak anggaran.”
Sinyal akan datangnya titik terang bandara ini kembali menyilaukan cahaya saat sebuah pesawat akan mendarat, paling tidak bisa dilihat dari giat serius para pihak yang kompeten mengurusi bandara.
Misalnya, pada Sabtu, 24 Oktober 2020, perwakilan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Baitul Ikhwan, Kepala Dinas Perhubungan Sulbar Maddareski Salatin, Kepala Biro Tapem Sulbar Muhammad Saleh Rahim bertemu dengan Ramlan Badawi di rumah jabatan Bupati Mamasa.
Siang hari itu juga rombongan kecil ini menuju ke Sumarorong meninjau bandara. Kunjungan kerja ke Bandara Sumarorong ini tak lain untuk upaya pengembangan bandara, dan yang lebih penting bisa beroperasi kembali.
Siapa menjamin akan ada tambahan anggaran untuk pengembangan Bandara Sumarorong?
Pada petang, 4 Maret, sekitar pukul 16.15 WITA, Ramlan Badawi kurang yakin. “Kita memang berharap dari pusat, tapi kayaknya belum ada (tahun ini).”
Santer dibicarakan bahwa bandara di Sumarorong itu akan disuntik anggaran secara keroyokan. “Kita juga akan ada sekitar Rp3 miliar.”
Dari histori penganggaran bandara ini, dari sejak Obed Nego Depparinding hingga Ramlan Badawi, Pemkab Mamasa telah mengalokasikan anggaran berkisar 10-an miliar.
Pernyataan Ramlan Badawi itu sekaligus menjadi “jawaban” dari beberapa pertanyaan yang diajukan kepada Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Mamasa Domina Mogot pada 26 Februari 2021, sekitar pukul 20.00 WITA.
Upaya konfirmasi yang dilakukan kru laman ini tak beroleh respon. Pesan ke nomor Whatsapp Domina Mogot hanya menunjukkan dua centang biru.
Kepala Dinas Perhubungan Sulbar Maddareski Salatin yang dikonfirmasi pada 26 Februari 2021, sekitar pukul 21.46 WITA, mengatakan bahwa untuk APBD 2021 tak tersedia anggaran untuk Bandara Sumarorong.
“Baru akan dibicarakan tindaklanjut surat Bupati Mamasa berupa permintaan dana hibab tanah melalui BKK.”
Maddareski menambahkan, di tahun 2020 sudah teralokasi dana hibah sekitar Rp3 miliar, namun kebijakan pusat terkait dengan pandemi Covid-19 maka dilakukan refocusing.
Benar apa kata Maddareski. Dikutip dari laman Kementerian Keuangan, 30 April 2020, Pemaparan Menteri Keuangan tentang refocusing kegiatan dan realokasi anggaran Kementerian dan Lembaga (K/L) tahun 2020 terkait pandemi Covid-19 dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR secara teleconference.
Dari pemaparan Menkeu itu, dari tiga langkah yang diambil Pemerintah dalam menjalankan APBN 2020, salah satunya, refocusing anggaran K/L dan pemerintah daerah (Pemda) untuk percepatan penanganan Covid-19.
Anggaran sebesar Rp3 miliar di 2020 lalu itu untuk hibah atau Bantuan Keuangan Khusus (BKK) dari Pemerintah Provinsi Sulbar, menurut Maddareski, pihak DPRD Sulbar mendukung.
“InsyaAllah dipertahankan,” Maddareski Salatin yakin.
“Keyakinan” serupa datang dari Syamsul Samad. Anggota DPRD Sulbar ini dikonfirmasi terpisah pada 26 Februari, sekitar pukul 22.17 WITA.
Meski tersirat nada setuju untuk beri dukungan anggaran bandara Sumarorong melalui mekanisme BKK, tapi Syamsul tak setuju jika anggaran itu dikaitkan dengan pembebasan lahan untuk perluasan landasan pacu bandara.
“Bukan pembebasan lahan ya.” Kembali Syamsul mempertegas, “Bukan ini ya.”
Letak geografis dengan relief berundak dan bergunung-gunung, ditambah Iklim Kabupaten Mamasa yang dingin, kehadiran Bandara Sumarorong seolah klop dengan Puisi Sapardi Djoko Damono: Aku Ingin.
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Tak salah Ramlan menyebut, “Bandara ini memang sangat cocok karena berada di kawasan yang kaya potensi wisata alam.”
Berada di puncak yang dingin, pikiran bisa tenang dan damai. “Orang suka kesini untuk menenangkan pikiran,” kata Ramlan.
Orang luar yang hendak ke Mamasa tentu ingin melalui penerbangan yang nyaman sebelum tiba di darat dengan kabut yang dingin — biar pun dalam selimut.
SARMAN SAHUDING