TRANSTIPO.com, Mamuju – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia serta Forum Koordinasi Pencegahan Terorisma (FKPT) Sulbar menggelar seminar hasil penelitian pemetaan Potensi Radikal Terorisme di Sulbar, berlangsung di d’Maleo Hotel & Convention Mamuju, Rabu, 19 Oktober 2016.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Kasubdit Kewaspadaan BNPT Andi Intan Dulung, Reviewer Penelitian Kewaspadaan BNPT Rabiatul Adawiah, Ketua FKPT Sulbar Rahmat Sanusi, Andi Maksum Dai (Raja Mamuju), Thamrin Syakur (tokoh masyarakat), Dir Intel Polda Sulbar Kombes Pol Heri Susanto, AKP Taufiq (Kasat Intel Polres Mamuju), Adi Arwan Alimin (seniman/budayawan), Kepala Kesbangpol Mamuju), dan Suparman Sopu (seniman/tokoh masyarakat).
Andi Intan Dulung mengatakan, sejumlah wilayah di Sulbar berpotensi munculnya pergerakan paham radikalisme bahkan terorisme. Ia menyebutkan, Kabupaten Mamasa bahkan pernah dikunjungi oleh teroris sekaliber Santoso, sebelum ditembak mati oleh pasukan Operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng).
“Peristiwa terorisme di mana-mana ada. Karena itu kewaspadaan harus selalu kita kedepankan. Yang penting adalah ketahanan keluarga dengan membina anak sejak dini. Selain itu kearifan lokal dan budaya juga sangat penting dalam menangkal pengikisan jiwa nasionalisme anak-anak yang dipengaruhi dari luar. Teroris sekaliber Santoso saja itu pernah berada di Mamasa, ini tentunya menjadi kewaspadaan kita bersama,” urai Andi Intan.
Menurut Andi Intan, di Desa Sarjo dan Letawa (Matra), Desa Ulumanda (Majene), dan masih ada satu wilayah di Mamasa belum tersentuh. “Di Ulumanda pernah melaporkan gerombolan kadang datang dan menghilang, kami sudah laporkan kepada pihak terkait,” katanya.
Peneliti Yusran pernah memetakan potensi dari April hingga Juli. Kata Yusran, di Sulbar ini kami memilah dan telusuri lebih jauh dan fokusnya di Matra dan Majene, bukan berarti kabupaten lain tak dijadikan tempat penelitian.
“Di Majene kami petakan di lokasi Kelurahan Lembang Kecamatan Banggae Timur dan Desa Ulumanda. Di Matra kami fokuskan di Kecamatan Sarjo yakni Desa Sarjo dan Desa Letawa. Desa ini berbatasan langsung dengan Sulteng. 384 orang menjadi sumber informasi. Kami melakukan selam 6 bulan.
“Kami mengumpulkan 384 sample. Rata-rata responden menyebutkan keyakinan agama tidak menjadi potensi radikal atau hanya 50,3 persen. Faktor ekonomilah yang dapat memicu terjadinya potensi radikal di Sulbar,” uarai Yusran.
ZULKIFLI/RISMAN SAPUTRA
Kalau ulumanda desa di majene, yg masuk mamasa itu desa pamoseang . Pamoseang desa yg bebtsan dng majene, pada saat ini desa popenga dulu desa ulumana