TRANSTIPO.com, Mamasa – Menyikapi korban kekerasan seksual terhadap siswa disalah satu sekolah negeri di Mamasa, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mamasa H. Muhammad Syukur, akan memberikan jaminan pendidikan non formal.
Menurut Syukur, pada pelaksanaan ujian nasional nantinya korban dipastikan tidak akan bisa mengikuti ujian nasional karena bertepatan dengan proses melahirkan.
Meski begitu kata Syukur, pihaknya telah meminta kepada pihak sekolah untuk tidak menghapus namanya, namun, tetap terdaftar sebagai peserta ujian nasional.
Dengan begitu kata dia, hak pendidikan bagi korban akan tetap terpenuhi meskipun pada akahirnya, hanya akan mengikuti ujian kesetaraan paket B. Terlepas dari itu, apakah korban akan melanjutkan pendidikan tingkat atas, atau hanya akan mengikuti ujian paket C, itu kembali pada korban sendiri.
“Yang penting kami tetap memberikan hak pendidikan bagi korban, untuk melanjutkan sekolahnya,” kata Muhammad Syukur, saat dijumpai di ruang kerjanya, Selasa 4 Februari 2020.
Sementara itu Kepala Sekolah salah satu SMP Negeri di Mamasa YN mengatakan, tidak ada penekanan terhadap korban terkait kelanjutan pendidikannya, pihak sekolah akan tetap memberikan ruang untuk menyelesaikan pendidikan ditingkat pertama.
Dikatakannya, pada proses ujian nasional nantinya, pihak sekolah akan melihat kondisi korban, jika tidak bisa mengikuti ujian, maka tetap diikutkan dalam ujian kesetaraan paket B.
YN menuturkan, pada pelaksanaan semester beberapa bulan lalu, korban hanya bisa mengikuti dua hari saja. Karena kepedulian pihak sekolah, korban disusul ke rumahnya untuk menyelesaikan soal-soal semester itu.
“Tapi saat itu kami belum tau kondisi korban seperti apa, alasan korban tidak mengikuti semester karena tengah menderita penyakit maag,” kata Kepala Sekolah pagi tadi.
Kata YN, sebelumnya sikap korban tak seperti biasanya, terlihat seakan pikirannya sangat berat dan tertekan. Namun, pihak sekolah tak pernah curiga jika sikorban mengalami maslah besar seperti itu.
“Terkadang kalau ditanya, hanya mengangguk tapi pandangannya lain, biasa juga lain ditanyakan lain dia jawab,” katanya.
Pihak sekolah berupaya mencari tau masalah yang tengah melanda siswanya itu, tapi tidak pernah berhasil, hanya mendapat jawaban jika anak itu sering menderita penyakit maag saja.
Tak berselang lama setelah proses semester dilaksanakan kata dia, pihak sekolah menerima kabar terkait siswanya yang mengalami perlakuan tak wajar dari pihak keluarganya sendiri.
“Setelah keluar dari berita baru kami juga tau ternyata selama ini ada masalah besar yang dialaminya,” kata YN.
Berkaitan dengan hal tersebut selaku kepala sekolah YN, berharap kepada seluruh orang tua siswa, untuk tetap bekerjasama dengan pihak sekolah dalam melakukan pengawasan terhadap anak.
“Terutama diluar sekolah, harus dipantau satiap hari saat berangkat ke sekolah, apakah benar – benar samapai ke sekolah atau tidak,” pungkasnya.
WAHYUANDI