TRANSTIPO.com, Mamuju – Nukilan pendek ini hanya mewakili diri pribadi saya. Saya menyukai kepribadian dan cara memimpin Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok.
Saya tak pernah bertemu dengan Ahok, karena itu tentu saya tak mengenal detail pribadinya. Saya hanya melihatnya di televisi dan selalu membaca koran, majalah, dan beragam portal-portal berita yang mengulas tentag Ahok.
Saya tentu tak punya hak suara ketika Pilkada DKI Jakarta 2017 nanti. Saya tinggal di Mamuju, Sulbar. Tapi dari jauh, saya mendukung dan mendoakan Ahok sukses memimpin DKI Jakarta. Dan semoga terpilih kembali memimpin Jakarta lima tahun lagi, pasca Pilkada serentak tahap kedua nanti.
Gaya Ahok unik. Ketika ada yang bilang dia tak sopan dalam berbicara, itu gaya dia. Sulit dianalogikan bahwa Ahok dinilai gagal jadi pemimpin formal DKI Jakarta lantaran karena gayanya yang ceplas-ceplos.
Semua pemimpin—setingkat kabupaten/kota dan provinsi—di Indonesia punya gaya pribadi masing-masing. Adil dan jujur dalam memimpin, itu yang penting. Makanya Ahok dicintai warga Jakarta. Tapi tentu ada juga yang tak suka. Memang Jakarta masih ada bopengnya, tapi secara umum banyak yang berubah maju dan baik.
Jakarta, setahu saya, tak butuh pemimpin dengan berlagak santun. Kelihatan adem-ayem. Jakarta butuh pemimpin yang betu-betul melayani rakyat Jakarta yang sangat heterogen, multikultur, dan multi-kelas.
Jakarta dihuni warga dari yang pra-sejahtera hingga yang kaya raya. Jakarta adalah ibukota Negara kita—Republik Indonesia. Karakter Ahok, di tengah dinamika kehidupan Jakarta cocok dengan apa yang telah ditampilkan dan dilakukannya.
Warga Jakarta, dari pelbagai bacaan saya pada sumber-sumber tulisan yang terpercaya, Ahok disukai warga Jakarta lantaran ketegasannya, keterbukaannya, dan ada yang bilang lantaran kesederhanaannya.
Dalam risalah perjalanan politik pemerintahan Ahok, sejak jadi Bupati Belitung Timur, Bangka Belitung, Ahok dikenal penderma. Ia mengakui dalam data-data pribadinya di banyak ulasan di internet, bahkan pribadi Ahok dan keluarganya sering bantu pembangunan pondasi sejumlah Masjid di Belitung Timur sana.
Karena ia bersama dengan mayoritas warga Muslim di Belitung Timur, Ahok bisa menempatkan diri sebagai seorang yang menganut Protestan. Ia kaya, ia penderma untuk banyak warga yang tak berkecukupan.
Saya teman Ahok.
Ahok yang benama asli Basuki Tjahaja Purnama lahir di Kabupaten Belitung Timur, 29 Juni 1966. Ia beristrikan dengan seorang perempuan yang bernama Veronica Tan. Ahok dan Veronica telah dikaruniai 3 orang anak.
Ahok pernah jadi Bupati Belitung Timur (2005-2010). Lalu jadi Anggota DPR RI (2009-2014). Pada tahun 2012, Ahok berpasangan dengan Jokowi di Pilkada DKI Jakarta.
Joko Widodo – Basuki Tjahaya Purnama (Jokowi – Ahok) memenangkan Pilkada Jakarta. Jokowi – Ahok mengusung jargon Jakarta Baru. Keduanya sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta membuat provinsi ini berubah. Banjirnya berubah jadi berkurang sekali. Kanal dan sungai-sungai yang membelah Jakarta diperbaiki, dibangun, dibersihkan sekitarnya.
Ketika Joko Widodo jadi Presiden RI pada 2014, Ahok kemudian jadi Gubernur Jakarta. Ia didampingi Djarot Saiful Hidayat sebagai Wakil Gubernur Jakarta.
Ahok dan Djarot bersih-bersih Jakarta. Ia tegakkan dalam birokrasi provinsi yang ia pimpin bebas korupsi. Ditekankan agar aparatnya melayani warga Jakarta setulus hati, semaksimal mungkin.
Gaji PNS dalam Pemprov Jakarta—dan mungkin juga yang masih kontrak dan honor—dinaikkan, dengan jaminan kualitas kerja dan disiplin yang tinggi pula. Ahok tahu bahwa Jakarta sebagai salah satu kota dunia harus bisa melayani ragam, warna, dan kepentingan warga yang tinggal dan yang datang di Jakarta.
Prestasi Ahok sebagai pemimpin formal Jakarta diakui di dunia internasional. Masak kita warga Indonesia tak mau mengakuinya..! Memang, saya bukan warga Jakarta—warga Sulbar yang menetap di Mamuju—tapi salut dan bangga pada Ahok. Ini hak saya secara pribadi mengakuinya.
Sekian dulu nukilan pendek ini. Di kesempatan lain, saya akan mengulas tentang Ahok lebih panjang. Saya punya pengalaman pribadi, melihat kota Jakarta secara langsung dari empat kali berkunjung selama Ahok jadi wakil gubernur dan ketika jadi Gubernur Jakarta.
SARMAN SAHUDING