Oleh: JUMAIL
ADA yang khas pada bencana Palu dan sekitarnya. Biasanya dalam suatu bencana hanya ada 1 atau 2 “pembunuh”, yakni gempa saja, atau gempa plus tsunami. Bencana Aceh didahului gempa tapi pembunuh sebenarnya adalah hanya 1 yaitu tsunami.
Sementara di Palu ada 3 penyebab kematian:
- Gempa (banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan)
- Tsunami (sekitar 1000 orang di sekitar pantai sedang persiapan Festival Nomini) tersapu oleh tsunami.
- Likuifaksi (ada perkampungan yang hilang akibat tanah tempat berpijak menjadi lumpur yang kehilangan daya sokong sehingga apa pun yang berada di atasnya akan tenggelam dalam sekejap.
Diperkirakan sekitar 700 orang terkubur hidup-hidup, ada juga sekitar 200 orang siswa SMA sedang berkemah juga terkubur dalam lumpur yang tiba-tiba bergerak menelan apa yang ada di atasnya.
Kampung yang hilang itu adalah Petobo, daerah Sigi. Seorang Bapak yang melaporkan anaknya yang hilang, ketika itu ia mengantarkan anaknya mengaji, rumahnya dan rumah tempat mengaji hanya dipisahkan oleh jembatan.
Begitu anaknya didrop, dia balik ke rumahnya, baru mau masuk ke rumah tiba-tiba mendengar bunyi bbluuumm.. dia balik badan dan hanya melihat hamparan tanah kosong berlumpur kemana perginya rumah-rumah satu perkampungan hanya dalam hitungan detik.
Fenomena likuifaksi (soil liquefaction) yang membuat bangunan dan pohon ‘berjalan’ muncul setelah gempa bumi yang mengguncang Sulawesi Tengah. Fenomena ini juga pernah dialami di berbagai negara akibat gempa bumi.
Likuifaksi merupakan fenomena di mana kekuatan tanah berkurang karena gempa yang mengakibatkan sifat tanah dari keadaan padat (solid) menjadi cair (liquid).
Likuifaksi disebabkan tekanan berulang (beban siklik) saat gempa sehingga tekanan air pori meningkat atau melampaui tegangan vertikal. Inilah yang menyebabkan benda-benda di sekitar lokasi jadi terseret.
“Likuifaksi adalah tanah yang kehilangan kekuatan akibat diguncang oleh gempa, yang mengakibatkan tanah tidak memiliki daya ikat. Guncangan gempa meningkatkan tekanan air sementara daya ikat tanah melemah, hal ini menyebabkan sifat tanah berubah dari padat menjadi cair,” ujar Kepala Bagian Humas BMKG, Harry Tirto Djatmiko, Minggu, 30 September 2018.
Seed dan Idriss (1971) dalam studinya juga menyebut likuifaksi terjadi di daerah yang rawan gempa bumi yang tersusun oleh endapan pasir dengan kepadatan rendah. Potensi likuifaksi dapat dipelajari dengan menggunakan uji penetrasi standard, uji penetrasi konus dan pengukuran kecepatan geser.
Sebelumnya diberitakan, fenomena tersebut terjadi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu, 29 September. BNPB menerangkan, usai gempa di Sigi, terjadi fenomena penggemburan tanah. Akibatnya pondasi bangunan roboh yang menyebabkan amblas.
“Itu karena adanya likuifaksi. Saat gempa terjadi fenomena penggemburan tanah di mana tanah menjadi seperti lumpur atau cairan sehingga kehilangan kekuatan dan tegangan tanah. Hal ini yang menyebabkan sering pondasi rumah roboh,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Lantas, di mana saja likuifaksi ini pernah terjadi?
Sulawesi Tengah
Likuifaksi terjadi sesaat setelah gempa bermagnitugo 7,4 di Sulawesi Tengah, Jumat, 28 September. Rumah dan pohon amblas akibat likuifaksi.
“Ada video yang beredar rumah dan pohon yang kelihatannya berjalan, itu terjadi saat gempa bukan satu hari atau dua hari kejadian. Termasuk rumah yang ada di perumahan Balaroa ini kondisinya amblas. Menyebabkan bangunan rubuh hanyut dan sebagainya. Fenomena liquefaction. Itu adalah fenomena alamiah,” ujar Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Minggu, 30 September 2018.
Ada empat lokasi yang mengalami likuifaksi. Kebanyakan di Kabupaten Sigi.
“Ada beberapa yang karena liquefaction 4 tempat di Jalan Dewi Sartika Palu Selatan, di Petobo, Biromaru (Sigi), dan di Sidera (Sigi),” kata Sutopo.
Niigata, Jepang
Dikutip dari USGS, peristiwa di Niigata (1964) merupakan salah satu likuifaksi yang paling terkenal. Akibatnya, bangunan apartemen amblas.
Fenomena ini terjadi pada 16 Juni 1964 pascagempa bermagnitudo 7,5. Ada sekitar 2.000 rumah yang dilaporkan hancur total.
Christchurch, Selandia Baru
Gempa bermagnitudo 6,3 terjadi pada tanggal 25 Februari 2011 yang mengakibatkan likuifaksi. Dilansir dari The New Zealand Herald, sejumlah bangunan rusak akibat likuifaksi.
Pohang, Korea Selatan
Fenomena ini terjadi tanggal 15 November 2017. Pemerintah Korea Selatan menyebutkan likuifaksi yang terjadi tidak menimbulkan kerusakan signifikan di Pohang.
Dilansir dari Korea Times, Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korsel mengkonfirmasi lima wilayah telah terkena pencairan. Tetapi tingkat keseriusan dari empat lainnya bahkan lebih rendah.
San Francisco, Amerika Serikat
Sebuah rumah di Mission District San Francisco mengalami kerusakan akibat likuifaksi yang terjadi akibat gempa bumi pada 18 April tahun 1906. Guncangan gempa menyebabkan isi buatan mencair dan kehilangan kemampuannya untuk menyangga rumah.
Likuifaksi juga terjadi di Dore Street, San Francisco di periode yang sama. Rumah-rumah di lokasi amblas. Dilansir dari USGS, daerah tersebut dulunya merupakan tanah rawa.
Mamuju, 1 Oktober 2018